Bab 32 Salat

209 12 0
                                    

Halow ... Halow ....

بسم الله الرحمن الرحيم

Semoga bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya yaw.

Astagfirullahaladim ... spam istighfar hehe.



"Belum, dari magrib."

"Kenapa?"

"Gak mood," cicit Fira.

Fizo menghela napas berat, ia mengambil duduk di samping Fira yang kini tertunduk. "Ra ... salat adalah syarat masuk surga, kamu gak salat hanya karena gak mood?" Fira mengangguk.

"Bayangkan, nanti waktu di akhirat kamu tidak dimasukkan surga terus kamu bertanya, "kenapa Fira tidak dimasukkan ke surga?" Malaikat menjawab. "Gak mood." Gimana?"

Fira meringgis mendengarnya. "Ish, serem. Ya sudah, ayo!"

"Aku sudah berjamaah tadi. Tapi kamu bisa jamak salat kan?"

"Bisa. Ayo temani Fira saja di kamar. Fira kangen."

Keduanya menaiki tangga. Fira terus bercerita tentang hari-harinya selama lelaki itu tidak ada. Bahkan sampai kekeliruan sistem peringkat, Fizo dibuat gemas sendiri dengan cara bicara istrinya yang lucu itu. Tanpa aba-aba Fizo langsung mengendong tubuh Fira, membuat gadis itu tersentak kaget akibat perlakuannya. "Membuat kaget saja!" Sentaknya hanya membuat laki-laki itu terkekeh.

Setelah memasuki kamar, Fizo menurunkan istrinya itu. Ia merebahkan dirinya di sofa, jujur perjalanan desa--kota membuatnya sangat kelelahan. Selesai dengan wudhunya, Fira segera melaksanakan salat magrib dan isya. Lalu dilanjut zikir ringan dan tidak lupa selalu memanjatkan sholawat pada Baginda Agung Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam. Hari ini juga hari jumat, lebih banyakan membaca sholawat kepada beliau. Agar mendapat syafaatnya di yaumul qiyamah kelak.

Dari sofa, ia menutup kitabnya saat mendapati Fira sudah selesai ibadah. Sudut bibirnya membentuk lengkungan tipis. Ternyata banyak perkembangan juga dalam diri istrinya itu, sehabis salat, tanpa ia ingatkan, Fira langsung berzikir, bersholawat, beristigfar dan berdoa pada Tuhan Yang Maha Kuasa.

"Ma sya allah Ya Humaira," gumamnya kagum.

Selesai salat, Fira menoleh ke belakang. Lalu ia merapikan sajadah dan mukenahnya dan menaruhnya kembali pada tempatnya. Ia mengambil duduk di samping suaminya itu.

"Bi, mengapa kita tidak boleh meninggalkan salat? Bahkan Fira pernah mendengarkan suatu kajian, jika seseorang dengan sengaja meninggalkan salat, maka kafirlah dia saat itu juga."

Fizo memposisikan duduknya agar lebih leluasa dalam menjelaskan pada istrinya itu. "Karena tidak ada alasan untuk meninggalkan salat, Ra."

"Tapi-" Fizo menarik wajah Fira agar menatapnya. "Sekarang seperti ini, kalau kamu memanggil seseorang lalu orang itu tidak menjawab dan berlalu begitu saja. Perasaan kamu bagaimana? Kamu marah tidak?" Fira mengangguk.

"Jelas. Sombong sekali, kayak paling wah aja dia," jawabnya seraya kedua tangan bersedekap dada.

"Nah, sekarang bayangkan perasaan Allah yang setiap sehari lima kali memanggil kita dengan kumandang azannya. Berapa kali mengabaikan panggilan Tuhamu?" Fizo menjeda ucapannya membuat Fira terdiam.

"Kita hidup dengan diberi nyawa dan napas gratis sama Allah. Diberi tumpang hidup di bumi-Nya, tetapi masih melanggar perintah-Nya? Dan dengan baiknya Allah masih mau mengabulkan doa kita."

Perjodohan Tidak Seindah Bayangan [END]Where stories live. Discover now