Bab 56 Memburuk

272 17 7
                                    

Halow ... Halow ....



Lelaki itu menyeruput kopinya lalu menaruhnya di meja dan kembali bersender dengan kakinya yang menyilang tenang. "Jadi, bagaimana Nita?"

Nita terdiam sesaat melirik ke kanan kiri, ia menarik napas dalam lalu menghembuskannya pelan. "Oke, yang dikatakan Nico benar. Vio yang menyebabkan fitnah atas dirimu beberapa tahun lalu, dan ... gak munafik aku juga ikut serta di dalamnya."

"Vio menyukaimu sudah sangat lama, tapi dari kamunya gak ada feedback sama sekali." Nita tersenyum miring dengan menggelengkan kepalanya.

"Mangkannya aku nekat lakuin hal itu biar kalian bisa deket. Tapi aku juga gak nyangka endingnya bakal dihukum berat, Ri."

"Setau aku, menghukumi seseorang yang ketahuan berbuat hal tidak senonoh, terutama pada zina ghairu muhsan, itu harus setidaknya dengan saksi mata empat laki-laki. Bukannya waktu itu hanya ada Febi, kamu dan Gio? Febi dan kamu dihitung sebagai satu laki-laki, jika ditambah dengan Gio harusnya hanya ada dua saksi laki-laki di sana. Bukti tidak kuat, aku masih heran mengapa dulu tetap ditakzir." Jelas Fizo panjang lebar.

"Qori ... Qori, kamu lupa ada tim keamanan? Yang stay 24/7?"

Fizo mengerutkan keningnya heran. "Lalu? Kalau ada tim keamanan, kenapa kalian bisa dengan gampangnya bawa aku sama Gio masuk asrama putri?"

"Karena ... aku anaknya Kiai, haha."

Fizo menatap malas ke arah Nita yang sedang asik tertawa dengan ucapannya sendiri. "Alasan yang tidak logis."

Nita sontak menghentikan tawanya. "Oke-oke, maaf. Aku alihkan perhatian tim keamanan dengan Dion dan Cika lalu memintamu menemaniku kembali dari ndalem ke asrama, aku sengaja ngajak Gio biar tambah saksi. Terus ... siapa sangka rezeki datang lagi, tim keamanan pada datang waktu aku teriak kamu ketahuan berduaan. Bersyukur alhamdulillah dapat saksi pas sesuai aturan hukuman."

Fizo benar-benar dibuat tidak percaya dengan semuanya. Ia terngangga bahkan untuk mengucap istigfar saja kini ia hanya bisa membatin. Padahal Nita sudah ia anggap seperti saudara sendiri karena atas semua jasa Kiai terhadapnya. Sangat tidak menyangka jika sifat mereka sangat bertimbal balik.

"Jadi gimana?" Tanya Nico.

Fizo menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya kesal. "Oke, sekarang semua sudah jelas. Makasih," ujarnya dengan menekan kata terakhirnya. Ia berdiri dan segera beranjak pergi dari cafe itu.



"Assalamualikum."

"Waalaikumussalam," jawab Vio dengan senyum manisnya di ambang pintu.

Melihat Vio kali ini sudah membuat Fizo muak. Namun ia tidak ingin memulai perdebatan lagi, ia langsung masuk dengan tidak sengaja sedikit menyenggol tubuh Vio. Hal itu membuat Vio merasa ada yang aneh dengan sikap suaminya itu.

Namun ia tidak menghiraukannya, masih dengan senyuman manisnya ia berlari kecil menyusul Fizo. Dengan sangat berbakti ia membantu membawakan blazer serta berusaha membantu melepas dasi Fizo, namun langsung ditepis oleh lelaki itu.

"Gak perlu, aku bisa."

"Ah, kalau gitu kamu pasti capek kan? Tuh mukanya lemes banget, aku udah masak loh, makan malam dulu yok."

"Gak usah, udah makan di luar." Fizo langsung berjalan cepat menuju kamarnya. Ia mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang, menatap lekat surat wasiat yang Abbanya berikan itu. Rasanya, setelah semua drama kebohongan di kehidupan ini, ia jadi mempertanyakan keaslian surat wasiat ini.

Fizo menggelengkan kepalanya mencoba menenangkan diri dengan menepis segala pikiran-pikiran negatif itu. Ia kembali menyimpan surat itu lalu segera bersih diri dan keluar menuju kamar Fira.

Perlahan Fizo membuka kamar tidur Fira yang tidak terkunci. Ia tersenyum tipis saat melihat Fira hanya duduk diam di ranjangnya. "Assalamualaikum, Ra."

"Waalaikumussalam."

"Lihat aku bawa apa? Alpukat kocok loh, mau gak? Kalau gak mau biar aku aja yang habisin." Goda Fizo namun tidak membuat pergerakan sama sekali pada tubuh Fira.

Lelaki itu menghela napas pasrah, ia berjongkok tepat di samping ranjang Fira. Mengenggam lembut telapak tangan gadisnya itu, "ikhlaskan ya, Ra. Jangan sedih terus nanti Jack ikutan sedih di sana."

"Kenapa Jack gak kasih tau Fira soal penyakitnya? Apa karena Fira sudah menikah?"

"Jadi ... semua ini karenaku, Ra?"

Gadis itu menggeleng lembut. "Bukan. Semua ini karena Fira," ujarnya dengan kedua mata berkaca-kaca.

"Berhenti salahkan diri kamu, Ra. Semua sudah ada garis takdirnya masing-masing."

"Tapi kalau Fira gak egois membuang Jack hanya demi novel, semuanya gak akan terjadi kan? Jack akan tetap hidup kan? Semua jelas salah Fira, Bi!" Teriak gadis itu seraya mencengkram kepalanya kuat.

Fizo yang melihat itu segera berusaha menenangkan istrinya. Ia membawa Fira ke dalam pelukannya. "Ra jangan seperti ini ... kamu pasti menyesal menikah denganku, kan? Gara-gara aku yang harusnya kamu menikmati masa remajamu, tetapi malah seperti ini karenaku. Maaf Ra."

"Fira tidak tau ... Fira tidak bisa berpikir lagi!" Tangis gadis itu semakin pecah dibuatnya.

"Ra ...."

"Abi keluar! Fira ingin sendiri."

"Ra, kamu jangan-"

"Abi!" Dengan sangat terpaksa Fizo meninggalkan alpukat kocok itu di nakas lalu beranjak keluar.

Baru saja ia keluar dari kamar Fira, ia sudah dihadapkan dengan Vio yang berdiri di sana. Sepertinya ia mendengar semuanya tadi. Fizo berusaha menghindari wajah itu, tetapi baru saja melangkah tangannya sudah dicekal lebih dahulu.

"Kamu menghindar dari aku? Aku ada salah apa sama kamu?"

Fizo membalikkan tubuhnya menatap Vio serius. "Aku udah tau semuanya, fitnah itu, aku tidak menyangka."

"Tapi ... aku lakuin itu karena aku cinta sama kamu, Ri."

Fizo menggelengkan kepalanya dengan raut wajah datar. "Kamu obsesi, bukan cinta."

"Oke. Aku akui aku memang obses sama kamu sampai ngelakuin hal bodoh itu, tapi soal cintaku sama kamu benar-benar tulus."

Fizo terkekeh sinis mendengarnya. "Sayangnya aku gak bisa percaya omong kosongmu itu." Fizo membalikkan tubuhnya untuk kembali melangkah pergi, namun perkataan Vio membuatnya kembali terhenti.

"Kenapa sih? Apa karena masa laluku buruk lalu kamu membuangku? Manusia bisa berubah kan, Ri? Aku juga gak pernah marah kalau kamu lebih dominan ke Fira, kamu pikir aku gak tau soal sikapmu itu? Aku tau, kerasa banget di aku. Kalaupun sekarang aku masih obses sama kamu, udah dari dulu aku singkirin Fira biar aku jadi satu-satunya. Tapi kenyataannya apa? Enggak Ri, aku gak lakuin itu!"

"Kamu selama ini jadiin aku yang kedua juga aku gak marah. Bahkan di saat kamu bilang, gak akan sentuh aku sebelum Fira dahulu yang mendapat hakmu. AKU TETAP TERIMA SEMUA PERLAKUAN KAMU!"

Fizo sontak membalikkan tubuhnya cepat. "ITU KONSEKUENSI YANG HARUS KAMU TERIMA KARENA MENGANGGU KETENTRAMAN RUMAH TANGGA AKU DENGAN FIRA!"

"Jangan pancing emosiku, Violet."



Cado semakin bingung dengan rumah tangga mereka😭🙏

Perjodohan Tidak Seindah Bayangan [END]Where stories live. Discover now