Bab 49 Mindset

254 17 5
                                    

Halow ... Halow .... 😁

بسم الله الرحمن الرحيم

Serius tadi siang aku coba pelajari lagi cerita ini dari awal😭 jujur aku sempet lupa banget sama alurnya mangkannya lama lanjut takut ada bagian² yang ketinggalan soalnya udah lama gak kesimak.

Yaudah coba lagi yuk😁



Berbeda dengan hari hari sebelumnya. Kini bahkan dari luar rumah mereka terlihat meredup, rumah mereka sudah tidak seterang biasanya. Dengan Fira yang terus mengurung dirinya di dalam kamar, sedangkan Fizo dan Vio sudah berusaha membujuknya agar mau keluar setidaknya untuk sekadar makan.

Fizo menghela napas berat. Ia menatap Vio yang masih berusaha mengajak Fira bicara dari luar pintu. "Huft, maaf Vi. Seharusnya moment tahfidz kamu dirayakan dengan bahagia, tetapi malah seperti ini jadinya."

Vio yang mendengarnya hanya tersenyum tipis. "Gak papa, Mas. Aku ngerti."

"Makasih." Fizo menatap dalam wajah Vio. "Andai saja pemikiran Fira bisa seperti kamu. Dia terlalu kekanak-kanakan hingga mengurung diri di kamar, jadinya ikut menyusahkanmu kalau seperti ini." Keluh Fizo seraya memijat keningnya yang terasa sangat pusing.

"Wajar Fira seperti itu, ingat, peran dia di sini bahkan lebih besar dariku. Fira harus berperan sebagai pelajar, kakak dan seorang istri sekaligus. Sedangkan aku? Aku hanya menjalankan peran istri saja, itupun istri kedua. Mas tidak boleh terlalu menghakimi sifat Fira, pada usia remajanya seperti ini memang belum sepatutnya dia melakukan pernikahan. Dia belum mengerti, Mas. Pemikirannya masih seperti anak-anak."

Fizo terdiam merenung saat Vio menyampaikan segala tutur katanya padanya. Ujung bibirnya tertarik membentuk simpul tipis, ia menarik Vio ke dalam pelukannya. "Terima kasih, terima kasih untuk semuanya."

Hal berbeda yang dirasa Vio. Ini kali pertama Fizo memeluknya, rasanya ... jantungnya tidak bisa mengontrol kecepatan berdetak. Ia berdetak sangat kencang sekali, semoga saja Fizo tidak bisa mendengarnya.

Fizo mulai melepas pelukannya. "Kamu istirahat saja di kamar. Aku coba bujuk Fira lagi." Dengan patuh Vio mengangguk dan pergi. Lagipula ia tidak bisa di sana terus menerus menahan rasa salah tingkahnya.

Fizo kembali mengetuk pintu kamar Fira. "Ra ... Ya Humairaku ... tidakkah kamu merasa kasihan pada Abimu ini?"

"Alay!" Jawaban tak terduga dari dalam kamar membuat Fizo mengusap dada sabar. Tetapi ... tunggu, Fira mulai berbicara padanya?

"Ra ... kalau kamu mau makan, aku janji akan belikan kamu apapun serba alpukat. Mau tidak?"

Hening. Tidak ada jawaban lagi dari dalam sana. Fizo menghela napas berat, ia mengusap wajahnya gusar. "Yasudah, aku belikan untuk Vio saja. Karena Humaira Fizo tidak mau," sindir Fizo. Ia membalikkan tubuhnya untuk melangkah pergi. Baru saja ia melangkah, suara pintu terbuka dari belakangnya membuatnya tersenyum manis.

"Untuk Fira! Jangan berani Abi berikan alpukat kepada gadis selain Fira, ya!" Ancamnya dengan wajah tidak suka.

Fizo membalikkan tubuhnya menatap gadisnya itu. Senyumannya sedikit luntur saat melihat gadis yang dicintainya itu dalam keadaan sekacau ini.

Perjodohan Tidak Seindah Bayangan [END]Where stories live. Discover now