Bab 19 Status Mereka?

261 17 0
                                    

Halow ... Halow ....

بسم الله الرحمن الرحيم

Hehe yang nonton tiktok sama ig Cado sudah dapat bocoran cerita yaw kiw ....



Fizo masih sibuk menata semua barangnya ke dalam bagasi. Dibantu juga oleh Dino, karena lelaki itu sudah pulang kemarin. Sebab itu juga Fizo memutuskan kembali ke kota karena pengurus rumah, sawah dan ternaknya juga sudah kembali.

Dino hanyalah bawahan Fizo yang sudah sangat akrab seperti kerabat sendiri. Kemarin Dino tiba di rumah sekitar pukul tujuh malam. Setelah ia bersih-bersih, bukannya tidur malah duduk di teras dengan secangkir kopinya. Untuk itu, Fizo pun memutuskan menemani Dino begadang. Mereka berbincang sampai malam sudah larut. Berbicara dari hal pekerjaan sampai menyimpang menjadi kebiasaan pribadi. Bahkan Dino sempat mengajak Fizo untuk menggibah, tetapi hal itu langsung dibungkam oleh Fizo.

Enak saja. Mengumpulkan pahala susah-susah, lalu menghabiskannya dengan sia-sia. Hingga berakhir pagi ini Fizo dibuat mengantuk karena kemarin ia tidak tidur.

"Ri, kamu yakin berangkat sekarang? Lihatlah matamu, sudah merah." Fizo mengaca pada kaca mobil, memang, matanya kini sudah sangat merah karena menahan kantuk.

"Lalu? Saya sudah janji kepada Bunda untuk pulang hari ini. Kasihan beliau sudah masak banyak makanan hanya demi menyambut kami pulang."

"Tapi lihatlah kondisimu, apa tidak bahaya menyetir dalam keadaan kantuk berat seperti ini?" Sela Dino lagi. Ia benar-benar khawatir dengan atasan serasa kerabatnya itu. Selama ini Fizo selalu berlaku baik untuknya. Tidak mungkin jika ia diam saja kali ini.

"Kalau begitu, biarkan saya saja yang menyetir."

"Tidak tidak, lalu bagaimana cara kamu pulang?"

"Di sana ada taksi bukan?" Tanya Dino meyakinkan.

"Kamu naik taksi perjalanan kota-desa bisa menghabiskan waktu delapan jam lebih. Biayanya mahal. Lagipula jika kamu pergi, siapa yang mengurus rumah saya? Sudah biar saya sendiri saja," bantahan Fizo.

"Sudah, biar Fira saja." Sela Fira di antara keduanya. Daripada ribut tidak jelas, Fira langsung mengusulkan dirinya. Lagipula hanya menyetir mobil, Fira juga bisa. Sedikit.

"Kamu bisa?" Tanya Dino.

"Bisa," jawab Fira penuh keyakinan, "sedikit."

"Tidak tidak, Humairaku tidak boleh menyetir. Bagaimana jika dia kelelahan nanti? Tidak ... kau tidak boleh. Sudah jangan banyak drama, ayo masuk, Ra." Fizo membukakan pintu untuk Fira, lalu berjalan memutar mobil, baru saja akan membuka pintu, suara gadis lain terdengar di telinganya.

"Biar saya saja," ucapnya membuat semua menoleh ke arah sumber suara.

"Nita?"

●●●●

Sepanjang perjalanan, Fira duduk di belakang dengan Fizo yang tidur bersandar di bahunya. Fira mengusap lembut puncak kepala Fizo. Lelaki itu tampak sangat lelah. Bahkan tidurnya pulas sekali dari dua jam lalu. Sedangkan gadis yang mengemudi di depan hanya tersenyum sinis melihat kedua pasutri itu dari spion depan.

Perjodohan Tidak Seindah Bayangan [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz