Bab 20 Aib

288 17 0
                                    

Halow ... Halow ....

بسم الله الرحمن الرحيم

Votmen ayow ayow ... bonusnya polow jugaw ndawk papaw ....

Tiba-tiba suka sekelek huruf W^^



Tanpa memperdulikan ucapan Nita lagi, Fizo langsung memasuki rumahnya. Ia mengucap salam lalu masuk dan langsung menyalimi Bunda dan Ayahnya. Untuk Bunda sendiri tidak lupa juga ia menaruh sedikit jilbabnya di telapak tangan agar tidak bersentuhan langsung dengan tangan Fizo. Tidak lupa dengan saudara angkatnya juga, ia berpelukan ala lelaki dengan satu saudaranya. Dan mengatupkan kedua tangannya saat bertemu adik yang paling kecil di antara mereka.

"Sudah?" Tanya Nico dengan senyum tenggilnya.

"Apa kamu ini!" Kesal Fizo seraya meninju pelan kening lelaki itu. Hal itu sontak membuatnya terkekeh pelan, ia merangkul Fizo dan berpamitan pada Bundanya untuk mengajak Fizo berbicara empat mata.

"Kamu mau bawa saya ke mana? Bisa tidak biasa saja, jangan dirangkul seperti ini?" Tanya Fizo kesal. Rasanya risih saat Nico merangkulnya seraya berjalan. Pasalnya tinggi tubuh Nico sedikit lebih rendah dari Fizo, hal itu tentu saja membuat Fizo harus sedikit merendah seraya berjalan mengikuti langkah kaki lelaki di sampingnya itu.

Nico melepaskan rangkulannya seraya menatap Fizo sinis. "Iya-iya si paling tinggi."

Mendengar itu, Fizo melipat kedua tangannya di depan dada seraya menatap Nico dengan tatapan datar. "Saya tidak tinggi, kamu saja yang pendek."

"Hei ... tidak sopan sekali kamu dengan kakak ini. Tinggi saya 190." Ujarnya sontak membuat Fizo tertawa sejadi-jadinya. Mendengar gelak tawa dari adiknya itu membuat senyuman bangganya memudar. Kini ia berdecak kesal saat Fizo mulai mengguncangkan tubuhnya. "Kamu serius 190? Bukannya 188?"

Nico menepis tangan Fizo dari kedua pundaknya. "Dibulatkan dong!" Sentaknya tidak terima. Fizo dibuat semakin geli dengan khayalan Nico. Lelaki satu ini berambisi ingin lebih tinggi dari Fizo.

"Berarti kalau dibulatkan, saya jadi ...." Fizo mengetukkan telunjuknya di kepala, ia sedang berpikir.

"Tidak! Jangan kamu bulatkan!"

"HAHAHA ... kamu takut saya menjadi 200 cm?"

"Gila, jauh banget!" Sentak Nico seraya memukul lengan adiknya itu. "Kamu 191, jangan ditinggikan lagi. Kasihan istrimu, menjadi kurcaci saat kalian jalan berdua."

"Yee ... istri saya lucu kalau pendek. Kalau kamu yang pendek lebih mirip jenglot."

"Mana ada jenglot 188cm?!" Nico menjeda ucapannya, detik selanjutnya ia melirik Fizo dengan senyuman anehnya. "Jeng-long haha." Lanjutnya yang diakhiri dengan tawa.

"Jenglong kan nyamuk?"

"Hah?" Nico mengerutkan keningnya bingung. Apa maksudnya? Jenglong? Nyamuk? Kenapa jenglong bisa menjadi nyamuk?

"Mangkannya belajar bahasa jawa! Hu!"

"Babi ... lihatlah sosis ini," teriak Fira. Ia berlari menuju suaminya dengan membawa piring berisi satu sosial berbentuk aneh. Bahkan Nico melonggo dibuatnya.

 Bahkan Nico melonggo dibuatnya

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.
Perjodohan Tidak Seindah Bayangan [END]Kde žijí příběhy. Začni objevovat