2. Kabur yang tertunda

15.4K 1.3K 1K
                                    

Tidak ada celah bagi Violet untuk kabur sedetik pun. Sepanjang jalan, Violet tidak diberi jalan baik depan maupun belakang untuk pergi, hingga pada akhirnya dia sampai di sebuah rumah bertingkat tiga yang berada di sebuah kawasan sepi dengan letak di tengah kawasan pepohonanㅡ dan kalau Violet menyebutnya, rumah ini berdiri di tengah hutan karena tempatnya yang jauh dari kawasan pemukiman.

Rumah bertingkat tiga itu terlihat sangat besar dengan halaman di sekitarnya yang sangat luar. Bahkan saat melewati gerbang, ada sebuah air mancur yang terletak di tengah halaman. Rumah tersebut berwarna putih dipadukan hitam, dengan gaya moderen dan hampir sebagian berdinding kaca.

"Rumah lo kayak rumah di film horor, tengah-tengah hutan." Violet mendumal sembari melempar tasnya ke sofa dan melompat duduk. Dia menyandarkan kedua lengannya di punggung sofa, mengunyah permen karet hingga mengeluarkan suara decakan yang mengganggu.

"Gak sopan banget lo jadi cewek, Vot." Rajash mendecih, duduk di sebelah Violet dengan kesal karena perilaku Violet yang tidak mencerminkan seorang gadis sama sekali. Lihat saja bagaimana perilaku Violet di rumah orang lain. Dia bahkan tidak terlihat canggung menunjukkan kesembronoannya di depan laki-laki tampan dan populer seperti dirinya!

Kairo berhenti mendorong kursi roda Agraish tepat di ruang kosong sekitar sofa, sebelum duduk di sofa lain dan menonton pertikaian Rajash dan Violet yang akan meletus.

"Komentar mulu kerjaan lo. Emang ini rumah lo?" Violet dengan sengaja mengunyah permen karetnya lebih keras, seolah ingin membuat Rajash semakin terganggu.

Rajash menggeram, lalu mengulurkan kakinya untuk menendang kaki Violet yang bergoyang kiri dan kanan. "Najis, gak ada malu di depan cowok-cowok ganteng! Minimal jaga image dikit, bego."

Violet meniup permen karetnya hingga meletus sebelum menyahuti ucapan Rajash. "Jaga image? Dari siapa?"

"Kita berempat, lah!" Rajash menggertakkan gigi, semakin gemas dengan muka masa bodoh yang terpampang di wajah Violet. "Asal lo tau, kita berempat itu cowok-cowok idaman sekolah! Banyak cewek yang ngantri! Lo gak sadar kelas kita ramai didatengi cewek-cewek karena apa? Harusnya lo sujud syukur sering sekelompok sama kami berempat!"

"Ngapain?" Violet tersenyum miring. Dia memangku kaki kanannya ke atas kaki kiri lalu menggoyangkan kakinya santai. Punggungnya bersandar pada sofa dengan kedua tangan terlipat di depan dada. "Kalian bukan inceran gue. Gue gak peduli image gue di mata kalian."

"Buset, dah. Songong banget jadi cewek," ucap Rajash sembari memutar bola matanya.

Kairo hanya tersenyum kecil dan menggeleng, sedangkan Agraish sibuk memainkan ponselnya.

"Oi, Agraish." Violet tiba-tiba memanggil. Tidak ada sahutan dari laki-laki itu. Namun gadis itu tidak peduli dan tetap saja bersuara, "Kaki lo kenapa? Diinjek semut?"

Meski mereka sekelas dan sering sekelompok, mereka tidak begitu dekat untuk sekadar saling menyapa. Violet sadar Agraish telah menggunakan kursi roda sejak sebulan yang lalu.

Agraish adalah laki-laki paling cuek di sekolah, tipe idaman di novel-novel teenlit. Agraish juga berasal dari keluarga terpandang, sehingga sering kali dia memandang rendah orang lain. Meski minus di otak dan sikap, siapa gadis-gadis di zaman sekarang yang memedulikan hal itu? Asalkan harta dan tampang menarik, hati gadis-gadis pasti akan selalu tergoda.

"Lo lupa? Sebulan yang lalu lo injek kaki gue, makanya jadi lumpuh." Suara berat dan rendah Agraish terdengar. Tanpa mengangkat pandangan dari ponselnya, Agraish kembali berceletuk, "Berat kayak gajah."

Seorang Agraish yang memiliki EQ minus memang tidak ada tandingannya menyakiti hati gadis-gadis.

"Waduh, masa iya?" Sayangnya Violet tidak peduli dihina oleh laki-laki yang tidak menarik baginya. Violet melirik Agraish dengan tatapan jenaka. "Jadi lo lebih lemah dibanding gue dong? Ah, cupu."

REDAMANCYWhere stories live. Discover now