7. Bocor

11.8K 1.2K 1.1K
                                    

Saat ini, entah sudah hari ke berapa Violet datang ke rumah Jaskaran. Dia berdiri di depan rumah megah itu, menunggu Kairo dan Agraish keluar dari mobil.

Jeevans yang berdiri dari jendela perpustakaan langsung tersenyum lega melihat kedatangan gadis itu lagi. Walaupun setiap malam mereka selalu video call, dia tidak bisa menampik bahwa sejak melihat Violet secara langsung, dia ingin terus melihatnya.

Melihat gaya penampilan gadis itu yang hanya mengenakan sweatshirt hitam dengan celana jogger abu-abu membuatnya mengekeh pelan karena kehidupan nyata Violet sangat berbeda dari apa yang dia tunjukkan melalui layar.

Bisa dikatakan jika menyangkut Jeevans, Violet bisa menjadi dua orang. Violet yang asli adalah gadis tomboy yang lebih suka mengenakan kaos distro oversize dengan celana jeans boyfriend. Namun saat mengirim foto dan video call dengan Jeevans, dia rela merias wajahnya lebih dahulu dengan pakaian feminim.

Bukan tanpa alasan dia melakukan hal tersebut. Dia melakukannya karena teman Jeevans yang merupakan teman onlinenya sempat mengatakan bahwa tipe Jeevans adalah gadis yang manis.

Jika kembali ke masa lalu di mana mereka belum saling mengenal, Violet adalah gadis yang suka menggunakan aplikasi internasional guna menambah skill bahasa inggrisnya sehingga Violet memiliki banyak teman dari luar negeri, salah satunya bernama Aldert, seorang pemuda dari Belanda.

Suatu saat, Aldert tiba-tiba memposting foto Jeevans yang datang terlambat ke sekolah. Sosok Jeevans di foto itu tentu saja menarik minat Violet, sehingga dia segera bertanya-tanya tentang Jeevans yang mana merupakan teman sebangku Aldert di sekolah.

Sejak saat itu Violet gencar menggunakan berbagai cara demi mendekati Jeevans, tidak peduli ketertarikannya yang terang-terangan pada cowok yang lebih muda satu tahun darinya itu membuatnya risih atau kesal.

Beberapa fakta yang membuat Violet senang berinteraksi dengan Jeevans adalah yang pertama, cowok itu rupanya bisa berbahasa Indonesia. Meski bahasanya sangat formal. Katanya, sih, tidak terbiasa dengan perkembangan bahasa gaul di Indonesia.

Yang kedua, sikapnya yang polos-polos lugu membuat Violet gemas hingga ingin menggigitnya.

Dan yang ketiga, kenaifan cowok itu membuat Violet seringkali terperangah dan semakin tertarik padanya. Bahkan ada tekad yang terus tumbuh di benaknya bahwa dia harus melindungi cowok ini dengan baik agar tidak ternodai gelapnya kehidupan.

Cukup tiga bulan bagi Violet hingga akhirnya bisa mendapatkan persetujuan cowok itu untuk menjadikannya miliknya. Senang? Tentu. Bahkan saking senangnya, dia rela melakukan sesuatu yang mana bukan dirinya, dan itu adalah dengan menunjukkan sisi feminimnya di hadapan Jeevans seorang.

Violet tidak pernah mengalami ketertarikan kuat seperti ini kepada lawan jenis. Jika dilihat dari hubungan-hubungannya yang sebelumnya, menurutnya itu tidak sebanding dengan apa yang dia rasakan dalam hubungannya dengan Jeevans.

Jeevans adalah cowok dengan entitas yang berbeda dan memberi kesegaran tersendiri bagi preferensi Violet dalam mencari pacar.

Violet yang ditatap Jeevans dari kejauhan mengusap tengkuknya sambil mengedarkan pandangan. Entah kenapa setiap berada di rumah ini, dia selalu merasa ada yang memerhatikannya, meski Violet mati-matian berusaha menerima fakta bahwa tidak ada hantu di rumah ini dibawah keyakinan sang pemilik rumah.

"Vot, masuk Vot. Awas lo ye kalo berencana kabur!" Rajash nonggol dari belakangnya sambil berkacak pinggang.

"Vot, vot, muka lo penyot. Sekali lagi lo ubah-ubah nama gue, lo bakal ekkk!" Violet membuat gerakan menggorok lehernya.

Rajash tanpa sadar mundur beberapa langkah lalu mendelik. Dia masih mengingat bagaimana rasa sakit bogeman Violet. Jadi walaupun dia masih suka mengganggu cewek galak itu, dia akan selalu mengambil jarak aman, menghindari dipukul.

REDAMANCYWhere stories live. Discover now