29. Drunk text

8.1K 973 532
                                    

"HEH, SIAPA YANG AJARIN NGOMONG GITU?"

Ekspresi Jeevans langsung berubah terkejut. Matanya lebar, bibirnya sedikit terbuka seolah tidak menyangka mendapat reaksi sebesar itu dari Violet. "Kak Cathleen marah?"

"Marah." Kening Violet mengerut hingga alisnya hampir menyatu. Dia berkacak pinggang, menatap Jeevans tegas. "Gue gak pernah ajarin lo ngomong gitu ya. Kenapa lo bilang gue gitu?"

Kepala Jeevans langsung menunduk, kicep. "Saya hanya bilang kak Violet itu bokep..."

"Lo tau artinya, gak?!"

Bibir Jeevans sedikit mencuat. Tetapi karena amarah Violet yang meledak-ledak, dan sepertinya ini pertama kalinya Jeevans melihat Violet semarah itu, dia tidak berani bersungut-sungut seperti biasanya. "Tau. Artinya bocah kepanasan."

Ekspresi Violet membeku sempurna mendengar arti dari mulut Jeevans.

Tidak mendapatkan reaksi dari Violet, Jeevans masih menundukkan kepala, memilin jemarinya. "Tadi di perjalanan kak Cathleen terlihat kepanasan, jadi saya bawa kakak berteduh di sini. Bukannya itu bisa disebut bocah kepanasan?"

Violet sontak terbatuk kering. Penjelasan Jeevans sungguh di luar nalarnya. Dia mengelus dadanya, berusaha menenangkan kekagetannya akan kata-kata tak terduga Jeevans ini. "Siapa yang bilang bokep artinya bocah kepanasan?"

Akhirnya Jeevans mendongakkan kepala. Dia sedikit memiringkan kepala, ekspresinya menjadi bingung. "Kenapa? Artinya bukan itu?"

Menarik nafas dalam-dalam, Violet menurunkan nada suaranya agar tidak menakuti cowok itu seperti tadi. "Coba cek sendiri di google."

Jeevans mengerjap, mengeluarkan ponselnya dari saku untuk mengikuti instruksi Violet. Saat dia membaca penjelasan yang di paparkan di beberapa website, matanya melebar perlahan. Dia menelan saliva, menurunkan ponselnya dengan kepala tetap menunduk.

"Gimana? Udah nemu jawabannya?"

Kepala Jeevans yang menunduk bergerak naik dan turun. Rasanya seperti dia tidak memiliki muka untuk bertatapan dengan Violet lagi.

Violet berdecak sembari menggeleng berulang kali, punggungnya bersandar dengan kedua tangan bersedekap di depan dada. "Lagian siapa yang ngajarin lo kayak gitu?"

Jeevans tetap diam. Dia tidak menjawab bahwa pelaku tersebut adalah kembarannya, Jasper. Lagi pula ini salahnya karena menelan informasi mentah-mentah dari Jasper.

"Saya minta maaf, kak Cathleen." Suara rendah cowok itu mulai mengalun. Rasa bersalah sangat kental dalam suaranya. "Saya tidak bermaksud berbicara kasar. Saya pikir artinya memang demikian karena kondisi kakak tadi memang kepanasan karena sinar matahari."

"Sekarang gimana? Udah tau kan artinya buruk?" Mata Violet menyipit melihat Jeevans berusaha mengalihkan pembicaraan. Dia jadi penasaran siapa yang mengajari Jeevans seperti itu hingga cowok itu berusaha melindungi orang jahat yang meracuni otaknya.

Violet memang tidak tahu pergaulan Jeevans di sekolahnya seperti apa. Dari mata-mata yang dia kirim—yang merupakan tiga orang temannya yang satu sekolah dengan Jeevans— Jeevans sangat pendiam di sekolah. Awalnya saja dia menerima banyak perhatian, namun seiringnya waktu, serta kehadirannya yang tidak begitu menonjol membuatnya nampak transparan. Jeevans hanya memiliki satu teman di sekolah. Namanya Riko.

Selain Riko, tersangka lain yang kemungkinan merusak otak Jeevans adalah Jaskaran dan Jasper. Tetapi Violet sangsi Jaskaran melakukan hal buruk itu, jadi nama Jaskaran dia blacklist sehingga kini hanya tersisa Riko dan Jasper yang menjadi tersangka.

Melepaskan orang yang membuat bayinya ternodai? Tentu saja Violet tidak akan melakukannya semudah itu! Setidaknya tendangan atau pukulan cukup untuk memberi sang pelaku pelajaran. Di dunia ini, hanya dirinya yang boleh sewenang-wenang terhadap Jeevans!

REDAMANCYWhere stories live. Discover now