24. Uninvited guests

8.3K 937 688
                                    

"Kayaknya kita belum pernah ngedate, deh." Suara Violet terdengar kesal. Jeevans menatap wajah kusut gadis itu di layar, dengan senyum samar terpatri di bibirnya.

"Benar." Jeevans mengiyakan dengan lembut. Dia bertopang dagu, menatap lekat gadis yang bersungut-sungut itu dengan binar di matanya. "Hari sabtu atau minggu, bagaimana kalau kita pergi memancing?"

Violet terperangah sejenak oleh ajakan Jeevans. "Mancing? Kenapa mancing? Bukannya ngedate paling umum kayak nonton bioskop, ke kebun binatang, atau jalan di taman kek..."

"Karena saya ingat kak Cathleen pernah bilang keinginan Kak Cathleen." Jeevans sedikit memiringkan kepala. "Jadi ada beberapa date yang bisa kita lakukan sesuai kemauan kak Cathleen. Fishing date, menangkap belut di sawah, night ride date, gokart date. Dan masih beberapa lagi, saya sudah mencatatnya."

"Lo inget semua kata-kata gue?" Mata Violet melebar. Jelas-jelas selama mereka masih LDR, Violet hanya menceritakan keinginannya melakukan hal-hal menantang yang cowok itu sebutkan. Dan sebagian keinginan itu hanyalah keinginan liar Violet ketika dia melihat video di media sosial.

"Saya ingat. Tapi agar tidak lupa, saya juga mencatatnya." Jeevans tampak senang mengatakan itu semua. "Jika kak Cathleen mau kita fishing date, malamnya kita bisa night ride date."

Violet tercengang sementara waktu sebelum terkekeh lembut. "Lo atur aja deh. Lagian lo udah tau kemauan gue. Terus lo gimana?"

"Saya?" Jeevans mengernyit samar. "Saya akan bersama kak Cathleen."

"Bukan. Maksud gue, lo mau kita kencan kayak gimana? Jangan ngikut-ngikut aja."

Jeevans mengerjap. Jari jempolnya mengelus layar di mana wajah Violet terpampang. "Selama kak Cathleen di sana, saya senang. Jadi tidak masalah berada di mana pun."

Violet menyipitkan mata. "Hmm... kalau gue mau tangkap belut, mau gak?"

"Mau."

"Tapi harus masuk ke sawah. Kaki lo penuh lumpur."

"Tidak apa-apa."

"Oke. Gue mau nanti kita ngedate cari belut. Malemnya keliling kota."

Jeevans tersenyum dan mengangguk. Video call mereka bertahan sejam dengan rencana kencan yang Violet jadwalkan hari sabtu. Gadis itu mengatur sangat rinci, mulai dari apa saja yang harus dibawa, jadwal waktu hingga pakaian yang harus disiapkan. Sementara itu Jeevans menjadi pihak yang mendengarkan dan terus menyetujui setiap pendapat gadis itu, tanpa keberatan sedikit pun.

Begitu Jeevans meletakkan ponselnya, dia menyadari jam makan malam sudah tiba. Dia berdiri, melangkah ke pintu dan membukanya. Bertepatan dengan dia melangkah keluar, pintu kamar di sampingnya pun terbuka. Sontak saja Jeevans menoleh, mengira itu Jasper. Namun yang dia lihat adalah seorang gadis berambut sepunggung dengan poni rata menutupi kening.

"Hai Jeevans!" Hinava menatapnya cerah, melambai sembari menutup pintu kamar dan mendekati Jeevans. "Lo mau ke bawah? Yuk, bareng."

Jeevans menatap Hinava dan kamar yang baru saja ditempati gadis itu. Aneh. "Jasper?" gumamnya.

"Oh, lo belum tau ya?" Hinava terkikik pelan. "Gue sekarang tinggal di samping kamar lo."

Bibir Jeevans mengerut. "Itu kamar Jasper."

"Jadi? Gak bisa gitu gue tinggali?" Hinava menaikkan satu alis.

Kali ini Jeevans tidak menanggapi, membuang muka dan berjalan menuju tangga, mengabaikan Hinava yang segera mengikutinya ke lantai satu.

Hinava berlari kecil agar bisa berjalan di sampai Jeevans.  Dia melirik wajah tampan cowok itu sejenak dan tersenyum gembira. Senandung senang dia keluarkan selama mereka berjalan menuju ruang makan.

REDAMANCYWhere stories live. Discover now