16. Flirting

9.7K 1.1K 582
                                    

Godaan yang dilayangkan Violet tidak mendapatkan reaksi dari Jeevans. Cowok itu masih anteng memeluknya. Nafasnya yang berembus menyapu leher Violet cukup membuat gadis itu geli.

Meski Violet tidak bisa melihat bagaimana ekspresi cowok itu, jantungnya yang berdetak kencang dengan seluruh telinga yang memerah setidaknya bisa membuktikan bagaimana perasaan cowok itu.

Violet tergelak, merasa Jeevans semakin menggemaskan. "Mau, gak? Praktik biologi bareng."

Semakin malu-malu Jeevans, semakin Violet ingin menggodanya.

"Kak Cathleen!" Jeevans memeluk pinggangnya semakin erat, tidak berani mengangkat wajahnya dari ceruk leher gadis itu. Suara rendah dan sedikit bergetarnya terdengar, "Saya jurusan IPS."

"Ohh~" Violet manggut-manggut. "Angkat muka lo. Tatap gue."

Jeevans ragu-ragu sejenak, sebelum melonggarkan pelukannya lalu mengangkat kepala. Pandangannya segera bertabrakan dengan milik gadis itu.

Violet tersenyum, mencubit pipi Jeevans. "Kenapa malu setelah cium pipi gue?"

Mata Jeevans langsung melirik ke arah lain, menghindari tatapan gadis itu. "Karena... karena Kak Cathleen sangat cantik."

"Begitu?" Violet mengangkat satu alis. Meski alasan cowok itu sedikit tidak sesuai dengan pertanyaannya, dia tetap meladeninya. "Kalo gue cantik, kenapa sekarang lo gak mau tatap gue?"

Tanpa sadar Jeevans menatap mata Violet, lalu rasa malu kembali memenuhi hatinya dan ingin mencari tempat untuk menyembunyikan wajahnya. "Saya... sebenarnya ini pertama kalinya saya mencium seorang gadis."

Mengetahui ini, Violet cukup terkejut. Dia melepaskan pipi Jeevans dan menatapnya tertarik. "Oh? Emang gue pacar pertama lo?"

Jeevans menggeleng lembut. "Kedua."

Mata Violet menyipit. "Terus siapa yang pertama? Cewek di Belanda?"

Jeevans mengangguk lembut. Dia duduk tegap, tetapi masih menghadap Violet. Warna kemerahan di wajahnya perlahan menghilang. "Namanya Ilse."

Kening Violet mengernyit samar. Dia tidak membutuhkan siapa nama pacar pertama Jeevans! Memikirkan gadis lain pernah menyentuh cowoknya yang lugu, entah kenapa Violet merasa gerah.

Jeevans menyadari perubahan ekspresi Violet dan segera menggenggam tangannya erat, takut gadis itu marah tanpa mendengar ceritanya. "Ilse menyukai saya selama setahun dan suka mengirimkan barang-barang untuk saya. Entah itu mainan robot yang sedang trend, ataupun permen dan coklat. Teman-teman saya memberi saran agar saya menerima dia sebagai pacar saya dan membiarkan dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Karena kepribadian saya, dia pasti akan bosan dengan sendirinya."

Violet menahan rasa cemburu, lalu mengangguk. Menghargai upaya Jeevans untuk menjelaskan. Dia mengulurkan tangan merapikan poni rambut cowok itu. "Terus? Berapa lama kalian pacaran? Putusnya karena apa?"

"Kami putus dalam seminggu." Jeevans sedikit malu menceritakan kejadian itu.

"Cepet banget? Karena apa? Dia bosen?" Violet bertanya dengan nada geli.

Jeevans tersenyum tak berdaya. "Dia sangat suka kontak fisik. Dia selalu berusaha mencium bibir saya. Puncaknya saat hubungan kami terhitung seminggu, dia ingin kami tidur bersama."

Mata Violet melotot. Apakah tidur bersama dalam kalimat Jeevans sesuai bayangan kotor dalam otak Violet?

"Terus?!" tanya Violet mendesak.

Sial, jika gadis itu berhasil mencium Jeevans dan mereka tidur bersama, bukankah Violet sudah kalah start?! Lagipula saat itu pasti Jeevans masih di bawah umur! Meskipun terjadi di luar negeri, Violet enggan membiarkan cowok lugu ini ternodai!

REDAMANCYWhere stories live. Discover now