12. See you, not goodbye

11.9K 1.3K 593
                                    

Setelah menghadapi penolakan Violet yang tidak ingin pergi dari sana, pada akhirnya Jeevans hanya bisa menurut untuk mengikuti gadis itu memasuki warung, kembali ke meja tempat teman-temannya berada. Tangan Jeevans yang awalnya tidak bertautan dengan Violet segera terulur meraih, menggenggamnya erat ketika melihat tiga cowok yang duduk di meja tersebut.

Violet melirik tangannya yang digenggam erat, tidak berkomentar dan hanya menarik Jeevans untuk mendekat.

"Pacar gue." Tanpa beban Violet memperkenalkan sosok Jeevans kepada teman-temannya, melepas sepatunya menggunakan tumit lalu duduk di bagian yang kosong sambil menarik Jeevans duduk di sampingnya.

Ada binar samar di mata Jeevans mendengar Violet tidak ragu mengatakan statusnya kepada para cowok itu. Merasa cowok-cowok itu tidak punya arti khusus bagi Violet, apa yang dia cemaskan segera sirna.

"Saya Jeevans."

Ketiga cowok itu pun sontak memandang Jeevans dari atas hingga bawah.

"Bukannya lo anak baru di kelas 11, ya?" Salah satu cowok yang kemejanya tidak terkancing, memperlihatkan kaos di dalamnya angkat bicara.

"Anak baru yang terkenal itu? Gegara pindahan dari negara yang menjajahi negeri Konoha ini selama 350 tahun?" Salah satu yang mengenakan anting bulat hitam di telinganya bertanya, bukan kepada Jeevans melainkan cowok pertama yang bersuara, yang dijawab dengan anggukan.

"Buset si Violet, anak orang masih kecil dipacarin." Komentar cowok ketiga menatap Violet menggoda.

Violet mendelik. "Cuma beda seangkatan." Violet dan teman-temannya berada di kelas 12.

Jeevans menatap Violet, mengangguk membenarkan. "Saya juga sudah legal umurnya, 17 tahun."

Mendengar itu, Violet menyengir, tanpa sadar mengangkat tangannya yang bebas untuk mengelus kepala Jeevans.

Tubuh Jeevans menegang sejenak, sebelum wajahnya tampak memerah samar. Bukannya menghindar, dia malah diam dan semakin menundukkan kepala untuk mendapat lebih banyak elusan gadis itu.

Tidak perlu ditanya bagaimana reaksi para penonton—yakni teman-teman Violet. Wajah mereka masam seperti baru saja memakan sesuatu yang kecut, sangat tidak enak dipandang. Ada rasa menyesal mengapa mereka mengiyakan ajakan Violet untuk nongkrong.

"Uhuk uhuk huek!" Dengan dramatis mereka mulai terbatuk-batuk, ingin menghancurkan suasana romansa yang terbangun di antara sepasang kekasih itu.

Tapi, seolah tidak mendengar itu, Violet malah mengambil susu pesanannya, memberi Jeevans minum yang dengan senang hati diterima cowok itu.

Rasa hangat segera mengalir di tubuh Jeevans saat ini. Bukan hanya karena rasa hangat dari susu tersebut, tetapi juga karena perhatian Violet.

"Lama-lama gue hancurin juga dunia ini!"

"Lo duluan, gue nyusul."

Suara gemeretak gigi terdengar jelas, membuat perhatian Jeevans tertuju pada cowok-cowok itu.

"Ah, tak kenal maka tak sayang—eh maksud gue tak kenal maka tak tau nama. Gue Arfka." Cowok yang tidak mengancingkan kemejanya itu segera mengubah kata-katanya saat mendapati pelototan tajam dari Violet, tak lupa mengulurkan tangannya yang terkepal untuk ber-high five dengan Jeevans.

"Kenalin, gue Harif."

"Kalo gue Eron."

Jeevans meletakkan gelas, menjilat sisa susu yang menodai pinggir bibirnya lalu mengangkat tangannya untuk berhigh-five dengan mereka. "Saya Jeevans."

Harif melipat kedua tangannya di atas meja, menatap Jeevans penuh perhatian. "Bro, gue punya satu pertanyaan. Maap-maap nih kalo ada yang kesinggung, tapi lo kok mau pacaran sama kutil badak di sebelah lo?"

REDAMANCYWhere stories live. Discover now