37. Extreme places

7K 917 520
                                    

Violet berjalan memasuki apartemennya dengan senyam-senyum tak jelas. Pacarnya sangat menggemaskan, apa yang harus Violet lakukan? Bukankah dia harus menggigit Jeevans? Ya. Sepertinya Violet harus mencari cara agar bisa mengambil keuntungan itu.

Setelah memasukkan pin masuk pintu apartemennya dan membuka pintu, Violet merasakan hal janggal. Apakah dia lupa mematikan lampu ketika keluar? Biasanya saat dia balik, hanya kegelapan yang menyerbu pandangannya ketika pintu terbuka. Namun sekarang berbeda, seluruh lampu di apartemennya menyala dengan aroma masakan menguar di udara.

Hati Violet tenggelam. Entah mengapa dia merasa firasat kuat tentang sesuatu. Tanpa melepaskan sepatu, di melenggang masuk. Ekspresi cerahnya semakin luntur seiring langkah kakinya berpijak.

Suara percakapan hangat segera memasuki indra pendengarannya.

"Rasanya sudah enak, jangan tambahkan garam lagi."

"Tapi Vio suka yang asin-asin."

Langkah Violet terhenti, melihat dua sosok berdiri di dapur sambil menyikut satu sama lain. Mereka sedang membelakangi arah di mana Violet berada, sehingga tidak menyadari kedatangannya.

"Apa yang kalian lakukan di sini?"

Pasangan paruh baya itu berhenti menyikut, kepala mereka menoleh ke belakang dengan kompak.

"Vio, kamu akhirnya balik." Tante Cintya mengulas senyum lebar, meraih serbet untuk mengelap tangannya sebelum meninggalkan area dapur dan berjalan mendekati Violet yang bergeming di ruang tamu.

Ayah Violet mengerutkan kening, matanya menilik gadis itu dari bawah hingga atas. "Dari mana saja kamu?"

Pandangan Violet yang tadinya tertuju pada Tante Cintya seketika bergeser pada sang ayah. Dia bisa melihat ekspresi buruk pria itu, membuatnya tanpa sadar mendengkus. "Mau ke mana pun saya pergi, itu bukan urusan anda."

"Ayah tanya sekali lagi." Suara ayah Violet semakin rendah, pertanda dia serius. "Dari mana kamu? Apa pantas anak gadis pulang malam-malam?"

"Itu bukan urusan anda. Sekarang jawab, bagaimana kalian masuk ke apartemen saya?" Violet bersedekap dada, tatapannya berpindah-pindah dari sang ayah ke Tante Cintya. "Kalian tau kalau masuk ke tempat orang lain tanpa sepengetahuan pemilik itu ilegal, kan?"

"Orang lain?" Suara ayah Violet mulai meninggi. "Kamu anak kami, Vio. Apa yang salah mengunjungi tempat tinggal anak kami?"

"Saya tidak pernah menganggap kalian orang tua saya!" Kesabaran Violet sudah habis. Tangannya terkepal erat karena menurutnya, ayahnya sudah cukup melewati batasan.

"KAMU BILANG APA?" Ayah Violet dengan tegas melangkah mendekat, ekspresinya sangat serius seolah ucapan Violet adalah kesalahan yang tidak seharusnya dia ucapkan.

Violet bergeming di tempat, menatap ayahnya tanpa gentar. "Saya tidak pernah menganggap anda orang tua saya lagi. Tidak, setelah anda menelantarkan ibu saya demi istri anda ini."

Tante Cintya menunduk setelah mendengar ucapan Violet. Berbeda dengan kesedihannya, amarah ayah Violet meningkat.

Ayah Violet berhenti di depan Violet dan Tante Cintya, rahangnya mengeras. "Jaga ucapanmu, Violet! Kamu tidak tahu apa-apa!"

Bukannya takut, Violet malah membalas tatapan sang ayah tepat di matanya. "Apa yang gak saya tau? Anda berselingkuh? Atau anda bercerai demi wanita ini?"

Tangan ayah Violet tanpa sadar terangkat, namun dia menahan diri, membuat Violet mengepalkan tangan lebih erat hingga kukunya menusuk telapak tangannya. "Kenapa berhenti? Tampar saja."

"Vio..." Tante Cintya mendongak kaget.

"Kamu sudah keterlaluan, Violet." Rahang ayah Violet semakin mengeras, tangannya yang tertahan di udara mulai mengayun ke arah Violet.

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang