28. Bocil

8.7K 1K 606
                                    

Jeevans mengubah posisi tidurnya ke kanan dan ke kiri sejak tadi, namun rasa kantuk belum juga menyerang. Matanya tidak terasa berat sama sekali. Tanpa sadar Jeevans menyentuh pipinya yang masih memiliki bekas gigitan. Meski tidak lagi terasa sakit, dia masih bisa merasakan perasaan tersebut.

Merasa lelah berbaring, Jeevans menegakkan tubuh, mengusap-usap pipinya seperti sedang bernostalgia. "Sepertinya saya sudah gila," gumamnya lesu.

Tanpa sadar melirik ponsel yang tergeletak di atas nakas, tepat di bawah lampu tidur. Dia ingat perkataan Violet, jika dia insomnia, dia bisa memanggil gadis itu. Jeevans mengulurkan tangan, ragu-ragu sejenak sebelum membuka aplikasi chatting dan melihat nama Violet tersemat paling atas. Namun sebelum dia sempat mengetik sebaris kata, pintu kamarnya terketuk samar.

Pikiran Jeevans beralih dari mengirim pesan ke Violet menjadi penasaran siapa yang mencarinya tengah malam ini. Dia bangkit, membuka pintu kamar dan mendapati Jasper berdiri tak jauh sedang mengintip ke arah kanan.

"Cari saya?" Jeevans memiringkan kepala. Dia masih berdiri di ambang pintu dengan satu tangan memegang kenop pintu. Rambutnya sedikit berantakan dengan poni menutupi keningnya.

Jasper menoleh. Selalu saja, matanya salah fokus ke bekas pipi Jeevans yang nampak sangat menyengat di pipi putih mulus sang kembaran. Tapi kali ini kedatangannya mencari Jeevans bukan untuk mengintrogasi hal tersebut. "Jeev, Jeev. Lo kepo gak?"

"Kepo?" Jeevans menatapnya tak mengerti, berpikir sejenak sebelum mengangguk. "Iya, saya penasaran sama apa yang kamu lakukan."

"Bukan itu, bego." Jasper mendekati Jeevans, lalu mengangkat kedua tangan melingkari bibirnya sebelum berbisik, "Kamar Kak Karan. Lo kepo gak sih?"

"Ada apa sama kamar kak Jaskaran?"

"Jadi cuma gue yang kepo?" Jasper mendecak. "Masa lo gak kepo sih? Bayangin, sejak kita dateng ke rumah ini, kak Karan cuma kasih kita pilihan dua kamar. Sedangkan kamar dia udah dipilih lebih dulu. Itu gak fair, oke?" Jasper mulai menjelaskan, yang didengar sepenuh hati oleh Jeevans. "Keabnormalan lain. Kak Karan selalu gak kasih kita kesempatan masuk ke kamarnya. Menurut lo apa yang dia sembunyikan?"

"Mungkin kak Jaskaran tidak suka area pribadinya diganggu." Jeevans memberi pendapat.

"Lo mah over positive thinking!" Jasper menarik tangan Jeevans menuju kamar pertama dari lantai tersebut. "Kebetulan kak Karan sejak makan malem keluar. Gak tau ke mana. Kenapa kita gak gunain kesempatan ini buat cari tau?"

"Jangan. Nanti kak Jaskaran marah," tolak Jeevans.

"Gak bakal. Gue jamin." Jasper berhasil menarik Jeevans hingga tiba di depan pintu kamar Jaskaran. "Pokoknya kita harus bongkar rahasia kak Karan. Siapa tau kak Karan larang kita masuk kamarnya karena dia simpen sesuatu yang bisa merusak citra dirinya yang sempurna? Misal, di laptopnya ada list bokep dari judul a sampai z. Atau mungkin koleksi barang-barang memalukan! Kayak komik plus plus atau mungkin action figure loli!"

Jeevans memerhatikan Jasper mulai menarik kenop pintu dan mulai membukanya. Dia menatap Jasper dengan penasaran. "Apa itu bokep?"

"Ah, kelamaan lo di luar negeri sampe kosa kata negara sendiri gak tau." Jasper mencemooh. "Bokep itu bocah kepanasan."

Jeevans yang merasa mendapatkan jawaban tidak bertanya lagi namun mengedarkan pandangan. Kamar Jaskaran langsung terpampang di depan matanya. Kamar dengan desain interior monokrom hitam putih itu memasuki pandangan Jeevans. Sangat rapi dengan aroma pepermin samar menguar.

Jasper melangkah masuk, mengedarkan pandangan dengan penasaran, seolah mencari kekurangan dari ruangan tersebut. Jeevans ragu-ragu sejenak, sebelum ikut masuk. Ruangan itu sama besarnya dengan milik mereka, tidak ada yang istimewa karena barang-barang di dalamnya terlihat lazim. Kasur, nakas, lemari, serta rak buku besar melekat di dinding.

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang