8. Jealous

12.2K 1.1K 551
                                    

Violet turun dari lantai atas dengan celana baru, yang nampak lebih besar di tubuhnya. Berjalan mendekati sofa di mana para cowok berada, sesekali dia melompat pelan sambil menarik ujung celana yang melorot.

“Vot. Udah belum bagian lo?" tanya Rajash sinis melihat Violet akhirnya muncul setelah 20 menit menghilang. Lalu saat menyadari celana Violet berubah, matanya melebar. “Woi, astagfirullah, habis maling celana siapa lo, Vot? Ngaku!”

“Sewot, lo.” Violet berdesis, sambil berjalan, dia menarik pinggir celananya yang melorot lagi. “Ini punya kembarannya Jaskaran.”

Jaskaran yang mendengar itu mendongak dari Macbook-nya dengan kening mengerut samar. “Siapa?”

“Itu... kembaran lo yang—” Violet seketika terdiam. Rasanya sangat tidak sopan menyebut kembaran Jaskaran bisu, kan? Pasti ini akan menyakiti hatinya. Violet berdeham pelan, duduk di sofa, dan menatap Jaskaran serius. “Yang kalem dan misterius.”

Tahu siapa yang Violet maksud, akhirnya Jaskaran mengangguk lembut dan kembali mengerjakan tugasnya. Jasper terlalu berisik untuk deskripsi Violet, sehingga satu-satunya jawaban adalah Jeevans.

Berbanding terbalik dari Jaskaran yang melepaskan masalah pinjaman celana tersebut, Rajash malah menatap Violet aneh dengan ketertarikan kuat untuk bertanya lebih jauh. “Kok bisa? Terus kenapa cara jalan lo kayak pinguin?”

Menghadapi tatapan penuh curiga Rajash, Violet menyengir. “Celana kembarannya Jaskaran gede. Ya kali muat dipinggang ramping nan imut gue.” —termasuk dalaman Jeevans yang bahkan longgar di pinggangnya, pikir Violet tanpa tahu malu dengan cengiran.

Rajash merinding sebadan melihat senyuman lebar Violet. Buru-buru dia membuang muka, merasa Violet pasti sudah kesambet setan di perpustakaan! Meski tatapannya terarah pada Macbook di pangkuannya, pikirannya melayang tentang memanggil pemuka agama untuk melepaskan Violet dari ketempelan.

Violet duduk di sofa, mendesah lega dan meraih sekaleng cola di atas meja untuk meneguknya.

“Lo kenapa tiba-tiba make barang punya kembaran Jaskaran, Vi?”

“Haid.” Ceplos Violet tanpa menutupi, lagi pula dia merasa menstruasi adalah hal umum yang tidak perlu ditutupi dari orang lain. Violet membuka coklat pemberian Jeevans, lalu memakannya dengan khidmat.

“Lo lagi datang bulan?! Lo mau gue beli apa?” Tiba-tiba Rajash menjadi perhatian dan wajahnya kelihatan gugup.

Violet meliriknya aneh, sedikit jijik melintasi matanya. “Napa lo? Dikira gue bakal luluh karena perhatian lo?”

“Cepet! Kasih tau kalau lo nyeri perut atau mau pingsan! Gue bakal telpon ambulans!”

"Apaan, sih?" Violet memutar bola matanya malas.

"Seminggu yang lalu gue sama pacar gue yang kesepuluh ngedate, terus kita masuk ke tempat buat ngetes rasa sakit sewaktu cewek haid. Dan gue bisa ngerti rasa sakit kalian!" Mengingat rasa sakit itu, Rajash bergidik ngeri dan kembali menatap Violet penuh perhatian. "Lo beneran ga papa, Vot? Lo jangan minum cola, anjir! Gue buatin air panas!"

"Melepuh dong mulut gue." Sentak Violet. "Kenapa dibalik kalimat lo, gue mencium bau-bau pamer jumlah pacar lo, ya?"

Berhadapan dengan tatapan curiga Violet, Rajash menunjuknya penuh kedengkian. "Emang cuma ada kata rugi kalo baik sama lo, mah! Buang-buang suara dan bikin mulut gue kering! Mending gue perhatian sama cewek-cewek lain!"

Violet meletakkan colanya ke atas meja dengan keras, lalu menyodorkan wajah ke Rajash sambil menunjuk wajahnya. "Noh liat. Emang muka gue keliatan peduli?"

Rajash meletakkan MacBook di pangkuannya ke atas meja berkaki pendek di depannya, menggenggam lengan Kairo di sampingnya. "Kai, pegang gue Kai! Sebelum gue jambakan sama nih cewek asu!"

REDAMANCYDonde viven las historias. Descúbrelo ahora