25. Asleep

8.4K 1K 797
                                    

Karena pekikan Hinava, penghuni rumah itu perlahan-lahan berkumpul di depan kamarnya. Gadis itu sedang menangis, tubuhnya gemetar dengan wajah pucat pasi. Dia membelakangi pintu kamar, mencengkram lengan Gia erat.

"Sial, sial, sial! Gue gak mau tidur di sana lagi." Hinava terus menangis, tak henti-hentinya merutuk, terlebih saat matanya terarah pada Jasper yang mengamati dengan raut penasaran dan gelisah. "Itu ulah lo, kan? Lo gak mau gue tinggal di kamar lo jadi sengaja takut-takutin gue?"

Jasper melongo dan segera melambaikan tangan. "Gue gak ngapa-ngapain!"

"Bohong!"

"Ada apa?" Jaskaran menjadi orang terakhir yang muncul dari kamarnya. Rambutnya setengah basah, seolah baru saja selesai mandi. Piyama hitam melekat di tubuhnya dengan aroma sabun samar menguar.

"Ular!" seru Hinava menatap Jaskaran panik sambil menunjuk kamarnya. "Panggil pemadam kebakaran sekarang, ularnya gede banget."

Ekspresi Jaskaran sedikit berubah. Dia melangkah menuju pintu kamar, yang segera dihentikan Hinava. Gadis itu memeluk lengannya erat. "Jangan masuk. Kalo lo dipatok gimana? Biar Jasper aja yang cek."

Jasper yang ketakutan mendengar kata ular dan tak habis pikir bagaimana bisa muncul ular di kamarnya tersentak kaget. "Kok gue?"

"Benar kata Hinava. Jasper, coba kamu masuk." Gia menatap Jasper tegas. "Periksa di mana posisi ular itu berada sekarang."

"Gak, aku juga takut, Mah." Jasper meringsut ke belakang Jeevans, bersembunyi dari tatapan tajam Gia karena dibantah. Dia melirik Jeevans yang bergeming kalem, lalu mau tak mau berbisik, "Lo gak takut Jeev?"

Mata Jeevans hampir saja terpejam erat jika saja dia tidak merasakan tangan Jasper yang mengguncang lengannya. Jeevans mengusap matanya beberapa kali, ekspresinya menahan kantuk. "Apa?"

Jasper berdecak. "Itu, ada ular di dalam kamar gue."

Jeevans menguap pelan. Matanya kemudian melirik Hinava yang masih menangis menahan Jaskaran agar tidak masuk ke kamar. Bibirnya sedikit mencuat. Kapan ini selesai? Jeevans sangat mengantuk...

"Diem di sini." Jaskaran menarik lengannya dari jeratan Hinava, lalu memasuki kamar tanpa mengubah ekspresi tenangnya.

Hinava segera menjauh dari pintu, menatap was-was karena takut ular itu tiba-tiba muncul dari celah pintu seperti pertama kali dia melihatnya di celah jendela. "Rumah macam apa sih ini? Ular segede itu kenapa bisa berkeliaran?"

"Namanya juga rumah deket hutan. Bukannya gue udah bilang kamar gue menghadap belakang rumah?" Meski Jasper juga tidak tahu alasannya karena selama berbulan-bulan menempati rumah tersebut, ini merupakan kasus pertama penampakan ular di rumah, dia tetap saja berceletuk asal.

"Lo—"

Pintu kamar kembali terbuka. Saat Jaskaran muncul, mereka semua sontak mundur menjauh dengan ekspresi berbeda-beda.

"Sorry, Xier nakutin kalian semua." Tangan Jaskaran hingga lehernya dililit oleh sebuah ular besar yang besar badannya sebesar betis pria dewasa. Dia memegang hewan itu dengan santai, diiringi suara desisan ular tersebut yang menggeliat di tubuhnya.

"A-ah..." Hinava semakin pucat. Tubuhnya gemetar. "X-xier? Itu peliharaan lo?"

Tatapan Jaskaran terarah pada Hinava yang semakin ketakutan. Senyum lembut terulas di bibirnya. "Benar."

"Kenapa dia bisa di kamar gue?!" Hinava memekik histeris.

"Mungkin kandangnya gak ketutup rapat." Jaskaran mengelus ular itu, masih mengulas senyum meski respon Hinava tidak sedap didengar. "Kandang reptil tepat di depan kamar ini."

REDAMANCYWhere stories live. Discover now