32. More careful

11.1K 1K 617
                                    

Suara yang berasal dari dapur membangunkan Jeevans yang tertidur di sofa. Cowok itu mengernyit samar, perlahan menggosok matanya sambil menegakkan tubuh. Karena semalaman tertidur di sofa yang sempit, tubuhnya terasa pegal.

Rasa sakit di kepalanya langsung menyerang. Jeevans mendengus lembut sambil memegang kepalanya.

"Udah bangun?"

Suara yang menyambut paginya itu membuat Jeevans menolehkan kepala. Dia melihat Violet membawa sebuah mangkuk dengan atasan mengepul dari dapur ke meja makan.

"Kak Cathleen?" Suara Jeevans serak, tenggorokannya terasa sangat kering.

Violet kini menyeduh air jahe, mendekati Jeevans yang masih duduk di sofa dan menyodorkannya. "Minum, biar hangover lo hilang."

Jeevans menerima gelas tersebut, meniupnya lalu menyeruputnya perlahan-lahan. Matanya mau tak mau melirik Violet, bingung akan situasi saat ini. Rasa hangat langsung membasuh tenggorokan dan tubuh bagian dalamnya. Entah itu karena air hangat atau karena pengaruh jahe tersebut.

Violet melihatnya minum dengan serius, mau tak mau mengulurkan tangan untuk merapikan rambut cowok itu yang seperti sangkar burung menggunakan jemarinya. Melihat Jeevans menyelesaikan air jahenya, Violet menarik tangan cowok itu ke meja makan.

"Sarapan dulu. Biar perut lo gak kosong," titah Violet sembari menuntunnya duduk.

Perlakuan Violet ini membuat Jeevans kembali menatapnya heran. Tetapi tetap saja dia mengikuti kehendak cewek itu, duduk di salah satu kursi dan langsung dihadapkan oleh bubur ayam yang masih mengepulkan uap.

"Kak, apa yang terjadi semalam?" Jeevans memiringkan kepala. Otaknya terlalu kosong mengenai kejadian semalam. Dia hanya ingat detik-detik dia menemani Violet sambil minum wine. Setelah itu gelap. Tidak ada memori lanjutan. Mungkinkah dia pingsan setelah itu? Pikir Jeevans penasaran.

"Lo mau tau?" Violet duduk di seberang Jeevans, menatap cowok itu dengan ekspresi menggoda.

Tanpa sadar Jeevans mengangguk. Dia ingin tahu kenapa Violet memperlakukannya dengan hati-hati saat ini.

"Lo dan gue... tidur bareng." Dengan senyum guyon Violet bersuara.

Pupil mata Jeevans menyusut. "Tidur... bareng? Saya dengan kak Cathleen?"

Senyum Violet semakin merekah melihat reaksi Jeevans. "Hooh. Kenapa? Lo kaget?"

Jeevans mengerjap, mau tak mau melirik sofa yang tadi dia tempati sebelum kembali menatap Violet. "Saya dan kak Cathleen tidur bersama di sofa? Apakah muat?"

Senyum Violet seketika membeku.

"Kak Cathleen baik-baik saja, kan? Tubuh saya terasa sakit tidur di sana. Sebaiknya kak Cathleen tidur di kamar saja. Sofa itu kecil, sepertinya semalam kita berdesak-desakan di sana. Bagaimana kalau tubuh kak Cathleen sakit seperti saya?" Ucap cowok itu penuh kekhawatiran.

Violet menarik nafas dalam-dalam. "Risiko ngomong sama anak polos. Sabar, Vio, sabar." Gumamnya menenangkan diri.

Niat hati ingin mengerjai Jeevans, malah Violet yang harus tabah menghadapi pola pikir Jeevans yang terlalu positif.

"Kak? Kakak belum menjawab. Tubuh kak Cathleen baik-baik saja?" Tanya Jeevans dengan khawatir.

"Baik kok gue baik." Violet menatapnya sambil bertopang dagu. "Kan gue tidur dalam pelukan lo."

Jeevans terhenti sejenak, pupil matanya bergetar sebelum dia menundukkan kepala malu-malu. Saat ini seluruh kupingnya semerah darah. "B-begitu..."

Sudut bibir Violet berkedut, menahan senyuman yang ingin melebar. Akhirnya dia tahu cara pasti menggoda cowok itu. Dia harus berkata secara eksplisit!

REDAMANCYOnde histórias criam vida. Descubra agora