3. Dunia yang sempit

12.7K 1.3K 1K
                                    

Ayo absen, siapa yang nunggu cerita ini???

Jangan lupa vote dan komen yaaa. 1k komen buat next part.

***

Violet mendongak, seolah merasakan sepasang mata yang menatapnya intens. Dan benar saja, ada seseorang di balkon lantai tiga yang tengah bersandar pada pembatas, memandang ke bawah. Namun jarak yang cukup jauh membuat Violet tidak bisa melihat jelas siapa laki-laki di atas itu.

"Lo siapa, sih? Pencuri? Enak aja tuan rumah dipukul. Gak sopan!"

Fokus Violet pada sosok di balkon jadi buyar karena rengutan cowok yang berlutut di hadapannya. Sudut bibir gadis itu terangkat, bersedekap dengan satu kaki tertekuk. "Terus lo pikir pencuri yang sampe bunuh penghuni rumah itu gimana?"

Punggung Jasper seketika menegak dengan mata terbelalak mendengar kata-kata Violet. Dia perlahan mengangkat tangan, dengan gemetar menunjuk gadis itu. "P-psikopat!"

"Si anjir, gue nanya malah dibales psikopat!" Violet memelototinya gemas. "Udah, ah, diem lo. Gue mau kabur dulu."

"Kabur..." Otak Jasper bekerja, sepertinya dia ingat kembar tertuanya membawa teman-temannya ke rumah untuk mengerjakan tugas. Seringai jahil terbit di bibir Jasper.

Ketika Violet berjalan untuk menuju gerbang belakang, suara berat dan memekakkan telinga dari Jasper menggelegar.

"KAK JASKARAN! ADA CEWEK MAU KABUR DI HALAMAN BELAㅡ HUMPT!"

Violet lari untuk membekap mulut ember Jasper dengan kekuatan penuh, menghalau Jasper berteriak lebih banyak. Matanya kembali melayangkan pelototan tajam kepada cowok itu, sebelum melirik pintu, antisipasi sosok yang sewaktu-waktu bisa muncul kapan saja.

Dan sialnya, Rajash secepat kilat berlari keluar, mengedarkan pandangan secara agresif sebelum memusatkan pandangan pada Violet yang tengah membekap Jasper.

"Woi, Violet, jangan kabur lo!!!!"

Violet menggertakkan gigi, mendorong Jasper sebelum berbalik untuk lari. "Sial! Gue ketahuan!"

Melihat gadis itu masih berupaya kabur, mata Rajash melebar dan bergegas mengejar, hendak menangkapnya. "VIOLET! KALAU LO GAK BERHENTI, MOTOR LO DI DEPAN BAKAL GUE BAKAR!

Tangan Violet yang baru saja menyentuh gerbang besi seketika membeku. Nafasnya sedikit tersengal karena lari. "Motor gue...? Ah, motor kesayangan hasil tabungan gue selama lima tahun!"

Rajash akhirnya berhasil menggapainya, mencengkram kedua tangan Violet lalu menggenggamnya bersamaan di belakang punggung gadis itu, seperti penjahat yang tertangkap.

"Gue sama yang lain capek-capek bahas penelitian di dalam, lo seenak jidat mau kabur." Rajash memelototi Violet sebelum mendorongnya agar berjalan. "Ayo masuk! Awas lo kabur lagi!"

Violet mendesis, memicingkan mata dan mulai berjalan, kedua tangan di belakang punggung dengan Rajash yang memegangnya, seperti seorang narapidana.

Ketika melihat Jasper yang cekikikan, Violet mengeram. "Awas lo!" ancamnya.

Menonton pertikaian seru di bawah, Jeevans bertopang dagu, sudut bibirnya terangkat dengan mata berbinar.

"Manisnya..." kata itu lolos dari bibirnya dengan mata yang terus tertuju pada Violet yang dibawa pergi Rajash.

Jeevans menjilat bibirnya, menyugar rambutnya yang berantakan karena tertiup angin sebelum mengekeh. "Ternyata dia aslinya lebih hidup dari yang saya bayangkan."

Benar-benar sesuatu yang tidak terduga.

***

Violet membaringkan kepalanya di atas meja, memandang teman sekelompoknya yang sibuk membahas apa saja yang diperlukan untuk tugas penelitian ini.

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang