33. I don't like it

8.9K 1K 549
                                    

"Halo warga durjana!" Seolah rumah sendiri, Violet melenggang memasuki rumah besar yang sepi tersebut tanpa rasa canggung sedikit pun. Di belakangnya, Jeevans hanya mengikuti, seperti anak ayam yang mengekori induk dengan patuh.

Jaskaran yang sedang duduk di sofa sembari memegang iPad sontak mengangkat kepala. Di meja berkaki pendek depannya terdapat secangkir teh hangat yang masih mengepul. Melihat dua sosok yang datang, tidak ada gejolak di wajahnya. Dia melirik Violet sekilas, sebelum tatapannya terpatri pada Jeevans.

Matanya menilik sang kembaran dari bawah hingga ke atas dengan detail, membuat Violet yang baru saja mendudukkan bokongnya di sofa seberang segera mencebikkan bibir. "Gak gue apa-apain elah!"

Ada senyum samar di mata Jaskaran. Dia melirik Violet yang memasang ekspresi cemberut, mau tidak mau menuangkan pikirannya, "Gue cuma khawatir adek gue yang baru melihat dunia disalah-gunain seseorang."

'Seseorang' yang dimaksud Jaskaran itu makin cemberut. "Disalah-gunain?! Heh, yang ada gue harus berhati-hati sama adek lo! Gini-gini gue cewek gak bersalah yang suci nan bersih."

Alis Jaskaran terangkat samar, senyumnya semakin nyata saat pandangannya jatuh pada Jeevans yang duduk tenang di samping Violet. Dia memerhatikan raut Jeevans sementara waktu sebelum menggeleng tak berdaya. "Gue sangsi dengan muka polos dan kepribadian canggung Jeevans itu bakal ngelakuin sesuatu ke cewek yang terkenal playgirl di sekolah."

Mendengar itu, Jeevans menelengkan kepala, sedikit bingung sembari menatap Violet seolah gadis itu adalah kamusnya. "Playgirl? Apa itu, kak Cathleen?"

Violet memelototi Jaskaran, berbalik ke Jeevans yang menunggu penjelasannya. Selain harus mengartikan beberapa kosa kata gaul Indonesia, Violet juga harus mengartikan kosa kata buruk yang tidak tersentuh oleh pengalaman Jeevans.

"Uh, jadi playgirl itu cewek yang suka main. Kayak sekarang, kita mau main."

Kerutan halus di kening Jeevans pudar mendengar penjelasan Violet. Ternyata artinya begitu. Pikirnya dangkal dan sangat mempercayai gadis itu.

"Apa-apaan itu? Playgirl itu suka mempermainkan cowok, versi cewek dari playboy." Seruan itu membuat Violet dan Jeevans menoleh, sedangkan Jaskaran meraih cangkir di atas meja dan menyeruputnya tenang.

Sosok dengan rambut berantakan menuruni tangga tak sabar. Kedua tangannya memegang ponsel dengan suara game samar keluar dari benda pipih itu. Melihat Violet, mata Jasper melebar. "ELO, CEWEK PENCURI!"

Tanpa sadar Violet meraih bantal sofa dan melempar ke arahnya. Menghadapi serangan Violet, Jasper segera memiringkan tubuh untuk menghindari bantal yang melayang itu. Sayangnya dia tidak berjaga-jaga dengan baik sehingga serangan bantal berikutnya tepat sasaran menggeplak wajahnya.

"AKH!" pekik Jasper dengan dramatis.

"Cewek pencuri?" Jeevans menatap Violet bingung sebelum kembali melirik Jasper yang sedang merutuk sambil memegang wajahnya. "Kak Cathleen bukan cewek pencuri, tapi pacar saya."

Amarah Violet seketika menguap. Dia meletakkan perhatiannya kepada Jeevans dan mengelus kepala cowok itu, membuat Jeevans menatapnya cerah karena menerima perhatian gadis itu.

Jasper memegang wajahnya, mendekat dengan wajah buruk. Namun melihat Jeevans menatap Violet dengan mata berbinar ketika pucuk kepalanya diacak-acak Violet, dia seolah melihat ilusi ada ekor di belakang Jeevans yang bergoyang kiri dan kanan seperti anjing yang bahagia melihat tuannya. Buru-buru dia menggelengkan kepala dengan kuat, berpikir bantal tadi pasti menghantamnya cukup kuat sehingga dia bisa berhalusinasi hal tersebut.

Namun tunggu, Jasper tidak salah dengar, kan? "Pacar?!"

Dengan sok Violet mengangkat dagu ketika menoleh kepada Jasper. "Ayo, ayo. Panggil kakak ipar."

REDAMANCYWhere stories live. Discover now