38. Midnight drama

6.5K 808 525
                                    

"Ngaco!" Violet memelototinya, membuat Jeevans tertawa ceria. Mata cowok itu melengkung, membuat tangan Violet gatal menguyel-uyel wajahnya yang menggemaskan.

"Saya berbicara fakta," ujar Jeevans ringan, masih ada jejak senyum di wajahnya. Melihat Violet hanya mengenakan croptop, Jeevans melepas sweater di tubuhnya, menyisakan kaos putih lalu tanpa basa-basi memakaikannya kepada Violet.

Sudut bibir Violet berkedut mengetahui dibalik sweater tersebut terdapat kaos. "Lo pake baju double?"

"Ya." Jeevans memasukkan tangan Violet ke dalam lengan sweater. "Saya sering dikunci di ruang bawah tanah. Dingin. Jadi saya membiasakan diri mengenakan pakaian lebih untuk berjaga-jaga jika saya tiba-tiba dikurung di sana."

"Tapi sekarang lo gak bakal dikurung lagi..." Gumam Violet lembut.

"Saya sudah terbiasa. Jadi susah menghilangkan kebiasaan itu." Jeevans berhasil mengenakan sweater itu pada tubuh Violet yang nampak kebesaran pada tubuhnya. "Jika saya mencoba menghilangkan kebiasaan tersebut, ada rasa tidak aman di pikiran saya."

Violet menarik nafas dalam-dalam. Jeevans bercerita dengan nada ringan, tidak ada ekspresi sedih ataupun menyakitkan muncul di wajahnya, seolah pengalaman buruk itu tidak serius. 

Tahan, dia tidak boleh menangis di depan Jeevans! Memutuskan kontak mata mereka, Violet mengganti topik pembicaraan. "Lo kok bisa di sini?"

Jeevans sadar akan sikap Violet yang mencoba mengubah arah pembicaraan, namun tidak komplain. "Karena kak Cathleen ada di sini."

Sudut bibir Violet berkedut. Entah kenapa dia merasa Jeevans semakin pintar menggombal. "Maksud gue, bukannya tadi lo udah pulang? Kok bisa tau gue di sini?"

Tentu saja hal yang wajar Violet terkejut oleh kehadiran cowok itu di sini. Seharusnya Jeevans sudah pulang setelah mengantarnya.

"Saya belum pulang ketika kak Cathleen keluar lagi dari apartemen. Jadi saya ikuti saja ke mana kak Cathleen pergi." Menyadari ucapannya bisa menimbulkan kesalahpahaman, Jeevans kembali menjelaskan, "Saya tidak bermaksud menguntit kak Cathleen. Hanya saja saya merasa aneh kak Cathleen membawa motor secepat itu."

Violet mengelus dagunya, matanya menyipit pada Jeevans yang mengerjap pelan dengan tatapan polos. "Kenapa lo gak langsung pulang setelah gue masuk?"

Jeevans tertangkap basah oleh sorot penuh kecurigaan Violet. "Itu... saya..."

Jeevans mengatup bibirnya rapat, tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Tidak mungkin dia menjawab dia sedang salah tingkah selama hampir lima belas menit bukan? Jika dia mengatakannya dengan jujur, yang ada Violet akan menggodanya habis- habisan!

Sudut bibir Violet terangkat, hendak menggoda jika saja tidak ada semilir angin yang berembus, membuat tubuhnya bergidik, entah karena merasa dingin atau sesuatu yang bahkan tidak ingin dia pikirkan.

Violet merutuk dalam hati. Merutuki dirinya yang bisa-bisanya masih bertahan di tempat ini. Dia melirik jam yang sudah menunjukkan hampir jam 23.30, menelan saliva lalu menatap Jeevans kaku.

"Yuk pulang."

"Ini ibu kak Cathleen, kan? Saya belum berkenalan dengan ibu kak Cathleen," ujar Jeevans menolak ajakan Violet.

Tanpa sadar Violet menggertakkan gigi. "Nanti aja. Ibu gue lagi istirahat. Udah malem ini."

Jeevans mengerjap. "Memangnya di malam hari, hantu juga istirahat?"

Anak ini... Violet ingin sekali membekap mulutnya yang terlalu ceplas-ceplos. Violet berdiri, menarik Jeevans untuk mengikuti. "Jangan banyak cingcong."

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang