10. Found out

11.3K 1.2K 647
                                    

Violet menggigit jari jempolnya, matanya menyipit memandang papan tulis yang kini sudah penuh dengan coretan-coretan rumus. Sosok guru berada di pinggir papan tulis dengan bibir yang terus berkomat-kamit menjelaskan materi.

Tetapi bukannya berusaha menyerap materi yang disampaikan, pikiran Violet malah melayang mengenai satu orang, yakni Jeevans.

Setelah mengidentifikasi kembaran misterius Jaskaran adalah Jeevans, maka semua hal menjadi masuk akal. Pantas saja kembaran Jaskaran itu tahu dengan tepat makanan dan minuman yang dia butuhkan saat sedang datang bulan. Pantas saja setiap dia di rumah Jaskaran, terlebih saat dia sedang sendiri, Jeevans akan muncul untuk menemaninya.

Perasaan Violet saat ini campur aduk. Marah? Tentu saja ada rasa marah tersemat di benak Violet. Kenapa Jeevans menyembunyikan fakta bahwa dia sudah berada di Indonesia? Terlebih dia memilih menyembunyikan jati dirinya saat berhadapan dengan Violet.

Memikirkan lagi pertemuan mereka, Violet jadi menyadari dirinya dibodohi Jeevans. Bisu apanya! Dia sengaja tidak berbicara agar Violet tidak mencurigai dirinya berdasarkan suara khas cowok itu!

Namun selain marah, Violet juga merasa geli di waktu yang bersamaan. Meski Jeevans mati-matian berusaha menutupi identitasnya, cowok itu masih sempat memberikan perhatian padanya saat kondisi terdesak. Dia bahkan berusaha mengubah kalimatnya lebih gaul, tetapi mungkin karena bahasa baku yang telah mendarah daging padanya, kalimat Jeevans malah menjadi kacau, yakni perpaduan bahasa baku dan gaul.

Mau tak mau Violet jadi membayangkan kembali seperti apa Jeevans yang berada di hadapannya. Tinggi jangkung dengan proporsi tubuh yang pas dan tegak, beraroma citrus yang segar, serta gerak-geriknya yang lembut.

Leher Violet bergerak naik-turun ketika menelan saliva saat membayangkan semua hal tentang cowok itu. Jadi, sosok nyata Jeevans benar-benar tidak mengecewakannya, apa lagi wajah tampan nan lembutnya saat Violet melihatnya melepas helm.

Jeevans terlalu sesuai dengan tipe idealnya. Apa yang harus Violet lakukan? Rasanya dia ingin memakan cowok itu!

Violet mengusap pelipisnya. Pusing. Ketika bel istirahat berbunyi, pandangan Violet tanpa sadar tertuju pada Jaskaran, matanya menyipit dengan rencana-rencana yang mulai tersusun dalam benaknya.

Jaskaran yang baru saja menutup bukunya tiba-tiba merasakan sebuah kehadiran berdiri menjulang di samping mejanya, membuatnya menoleh sembari mendongak. Lagi, sosok yang mencarinya masih orang yang sama, Violet.

Bukannya Jaskaran tidak peka atas seluruh lirikan misterius Violet selama pelajaran berlangsung, namun dia memilih tidak mengindahkan apa yang sedang dipikirkan gadis itu.

Membayangkan Violet menyukainya? Tentu saja hal itu tidak pernah melintas dalam benak Jaskaran.

Dia bahkan tidak menanyakan mengapa kemarin Violet tiba-tiba pergi dari rumahnya tanpa sapaan. Menurutnya alasan Violet tidak perlu untuk dia ketahui, selama hal itu tidak merugikannya dan membuatnya bermasalah.

"Anggasta Jaskaran Kanagara." Mata Violet menyipit mengeja nama panjang cowok itu sebelum senyum aneh melengkung di bibirnya. "Gue sita waktu istirahat lo bentar buat wawancara singkat, ya!"

Rajash yang duduk di belakang Jaskaran sontak bergidik sambil mengusap lengannya seolah sedang kedinginan. "Senyumannya creepy banget. Gue jadi kasihan Jaskaran." gumamnya ngeri.

***

"Fokuskan kameranya pada mereka, setelah motor mereka melaju, close up bagian ini."

"Oke, Jeevans."

"Eh, Jeev, gue masih ragu bagian ini nanti tekniknya gimana..."

Parkiran sekolah menjadi tempat bagi beberapa anggota dari ekstrakurikuler sinematografi dalam kegiatan pengoperasian kamera untuk memproduksi film pendek. Jeevans yang merupakan salah satu anggotanya menjadi seksi yang paling sibuk karena nyatanya, di kelompok ini, dia yang lebih mahir tentang dunia sinematografi.

REDAMANCYWhere stories live. Discover now