30. Drink with me?

7.7K 962 505
                                    

Siapa sangka udah part 30 🌚

Make a wish dulu. Semoga Redamancy semakin banyak yang baca biar semua orang di dunia tau kalo ada cowok menggemaskan seperti dedek Jeevans🥰

Kalo kamu wish-nya apa?

***

Violet benci malam ini. Selain harus berhadapan dengan orang yang dia benci, dia juga harus menghadiri kebahagiaan yang menghancurkan hati Violet. Hari ini merupakan ulang tahun pernikahan ayah Violet dan Tante Cintya, di mana Violet menandai hari tersebut adalah hari buruknya.

Kenapa Violet harus menghadiri hari buruk tersebut? Yang bahagia itu sang ayah dan mantan selingkuhannya, bukan Violet! Tapi Violet tidak berdaya oleh tuntutan sang ayah. Biar bagaimana pun, ayahnya masih menjadi donatur terbesar dalam hidup Violet. Uang yang ditinggalkan ibu kandungnya tidak bisa bertahan lama menghidupinya.

Hiruk pikuk ruangan ballroom hotel semakin membuat Violet memojok sambil menyesap wine. Kadar alkohol dari wine itu cukup rendah, namun mampu membuat Violet sedikit pusing karena dia tidak terbiasa mengkonsumsinya.

Para tamu dan rekan bisnis yang datang di acara ini cukup banyak. Alunan melodi dentingan piano yang dimainkan seorang pianis di ujung panggung mengisi ruangan besar ini dan menciptakan nuansa romantis, yang terus membuat Violet mendecih.

Tubuhnya terbalut mini dress ketat berwarna merah muda terang serta wajah full make up yang terkesan menor. Sengaja dia lakukan untuk membuat sang ayah kesal. Benar saja, ketika tadi dia tiba, pria itu sangat shock hingga sekarang enggan memperhatikannya. Hal itu mampu membuat Violet berbangga hati.

Tidak ada yang Violet kenali di sini, membuatnya bosan dan telah menghabiskan kurang lebih tiga gelas wine dalam setengah jam ini. Ketika gelasnya kembali kosong, Violet mengedarkan pandangan untuk mencari pelayan yang berkeliling membawa minuman. Tetapi sejauh penglihatannya, tidak ada jasa pelayan seperti itu lagi, membuatnya mendesah dan dengan malas mengeluarkan ponsel dari tas tangannya.

Tidak ada yang istimewa dari benda pipih itu. Kemudian begitu melihat nama kontak teratas di aplikasi WhatsApp, dia mulai menyeringai main-main sambil menekan ikon mikrofon di sudut kanan bawah layar dan mengoceh tanpa pikir panjang.

Kepalanya tidak bisa berpikir jernih lagi karena alkohol sedikit demi sedikit mengambil alih. Dia bersandar pada dinding, membalas pesan dari Jeevans dengan seringai yang masih melekat di wajahnya. Begitu menerima pesan dari cowok itu bahwa akan datang menjemputnya, Violet menggeleng sambil menepuk pipinya, berusaha membangunkan diri.

"Ah, cupu. Perasaan gue minum dikit doang udah tipsy aja," ucapnya kesal sambil menggeleng-geleng. Tenggorokannya terasa kering, tetapi dia terlalu malas untuk bergerak dari tempatnya.

Matanya kembali melihat sekeliling malas, menangkap dua sosok yang berdiri mesra sambil bergandengan tangan di depan beberapa orang seumuran mereka. Rasanya sangat pengap, Violet tidak betah berada di sini. Akhirnya gadis itu menegakkan tubuh, berjalan pelan agar tidak terlihat sempoyongan dan segera menghentikan seorang pelayan yang hendak lewat.

"Masih ada stok wine, gak?" Tanya gadis itu menatap lekat pelayan tersebut.

"Ada, kak. Sebentar, saya ambilkan dulu."

Lagi-lagi Violet menghentikan pelayan itu sambil menggeleng-geleng dengan satu tangan terangkat, jari telunjuknya bergerak kiri ke kanan. "Gak usah repot-repot. Bawa sebotol ke gue. Tagihannya masuk ke pemilik acara."

"Eh? Tapi kak—"

Dengan dramatis Violet menempelkan jari telunjuknya ke bibir pelayan itu. "Shutt! Gak ada tapi-tapi. Bawain sebotol wine, gue request yang paling enak dan paling mahal. Inget, tagihnya ke bapak songong pemilik acara jelek ini. Bilang aja atas nama bidadari dari seribu kayangan."

Pelayan itu menatap Violet aneh, lalu mengangguk untuk mencari managernya. Sedangkan gadis itu bersedekap dada, mengedarkan pandangan dan secara tak sengaja bersitatap dengan mata sang ayah. Sayangnya pria itu kembali membuang muka, mungkin muak dengan perilaku Violet yang mempermalukannya di depan rekan bisnisnya.

Mendapati hal itu, Violet tertawa puas. Kapan lagi dia bisa membuat wajah pria itu mengerut seolah tengah menangih hutang miliaran rupiah?

Entah bagaimana pelayan tadi mengurus izin, namun selang belasan menit kemudian dia kembali dengan sebotol wine dengan sikap yang lebih ramah kepada Violet.

"Kak, ini pesanannya."

Violet menggapai botol tersebut, meliriknya sambil mengangguk-angguk. "Merlot? Lumayan, lumayan. Berapaan nih harganya?"

"Sejutaan, kak."

Tanpa sadar Violet mendecak. "Murah banget. Gak tau ya lo, bapak-bapak yang bentar lagi setengah abad di sana itu sultan! Sejuta mah kecil bagi dia." Violet mulai meracau sebelum menghela nafas. "Udahlah. Thanks, ya."

Perubahan sikap yang tiba-tiba itu membuat sang pelayan kembali menatap Violet aneh. Namun gadis itu tak acuh, berupaya langkahnya tidak terlihat goyah dan terus berjalan keluar dari ballroom. Dia masuk ke lift sambil mengapit botol wine di antara ketiaknya, menekan tombol lantai ruang bawah tanah yang menjadi garasi dari hotel tersebut lalu menyandar di dinding.

Matanya terpejam sejenak. Beberapa menit kemudian denting lift berbunyi, membuatnya berjalan gontai keluar dan hampir menabrak seseorang yang hendak masuk.

"Setan, jalan bukan punya bapak lo—eh, cintaku." Violet segera mengubah kata-katanya begitu mendongak dan mendapati wajah tampan brondong kesayangannya. Dia segera melempar dirinya dengan sukarela ke dalam pelukan Jeevans. "Cepet banget datangnya. Belum ada sejam, loh. Rumah lo kan jauh dari sini."

Jeevans menerima pelukan gadis itu, menyadari bahwa kondisi Violet semakin buruk karena mabuknya. Tubuh Violet minim akan kain membuat Jeevans melingkari tangannya ke tubuh gadis itu agar terhindar dari udara dingin. "Kak, ayo pulang."

"Yuk, yuk." Violet masih menempel kepada Jeevans, menikmati aroma citrus mengelilingi indra penciuman dan menenangkan rasa peningnya.

Mau tidak mau Jeevans berjalan sambil merangkul Violet yang masih memeluknya, sedikit susah memang, tetapi dia tidak banyak berpikir. Dia menuntun Violet masuk ke kursi penumpang depan, membantu gadis itu memasang seatbelt sebelum menutup pintu dan berjalan memutari depan mobil untuk memasuki kursi pengemudi.

"Kak Cathleen baik-baik saja?" Sebelum mengoperasikan mobil, Jeevans menyempatkan diri menanyakan kondisi gadis itu.

Violet duduk diam, mengangguk samar sembari memeluk botol wine dengan mata terpejam.

Jeevans menatapnya sejenak, kemudian menyalakan mobil dan melajukannya keluar dari tempat itu. Dalam perjalanan tidak ada yang berbicara. Violet masih mempertahankan posisinya yang tertidur dan Jeevans fokus mengemudi. Jarak yang ditempuh menuju apartemen Violet memakan waktu hampir sejam, apa lagi ditambah kemacetan singkat di tengah jalan.

Tiba di apartemen gadis itu, Jeevans membopong dia di punggung ke unit apartemennya secara langsung. "Kak, PIN-nya."

Violet membuka mata, menekan pin apartemennya lalu kembali menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher Jeevans. Saat merasakan hawa tempat tinggalnya, perlahan Violet mendongak sembari mengangkat botol winenya ke depan muka Jeevans. Dia menyengir lebar, memamerkan deretan gigi putihnya dengan mata yang melengkung seperti bulan sabit.

"Jeev, temenin gue minum, yuk?"

TBC

Februari 21, 2024.

Ups, ternyata spoiler di IG gak jadi di part ini.

500 komen~

REDAMANCYWhere stories live. Discover now