baby doll

1.6K 86 0
                                    

Jakarta, 10 tahun lalu

“Hah, akhirnya cuy ujian beres! Pokoknya abis ini gue beneran mau santuy-santuy dan cuma haha hihi nggak jelas. Dan tentu saja yang paling penting cari pasangan buat prom night nanti. By the way, semesta bercandanya ngehek juga, ya. Selama ini gue nggak pernah susah cari pacar, giliran bentar lagi prom night gue malah jomlo! Sial!” oceh Jessica seraya memasukan berbagai alat tulis ke dalam tempat pensil.

Sedangkan aku dan Arum hanya bisa geleng-geleng kepala seraya menunggu si rempong itu beres-beres meja seraya mendengarkan setiap ocehan yang gadis itu lontarkan. Kebanyakan sih tentang pasangan prom night, lalu membahas soal tentang dikotil—monokotil yang gadis itu jawab dengan capcipcup karena lupa materi, dan RNA—DNA yang membuat otaknya mendadak mati. 

“Hell yah! Gue setuju di pelajaran IPA memang paling gampang fisika. Inget rumus, maka semua soal kelar. Beuh biologi beneran siksaan tiada akhir.”

Hari ini adalah hari terakhir ujian nasional, jujur saja aku sangat lega dan juga deg-degan menunggu hasil ujian yang akan keluar beberapa minggu lagi. Tetapi untuk saat ini aku sungguh tidak ingin memikirkan tentang ujian dan segala antek-anteknya, beberapa bulan terakhir UN dan segala tetek bengeknya benar-benar membuat otakku hampir meledak, jadi aku benar-benar tidak ingin memikirkan tentang itu saat ini, sehingga aku pun memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan.

“Sumpah ya gue beneran udah mabok soal. Bisa kita lupakan saja tentang ujian teman-teman? Gimana kalo sekarang kita mikirin outfit buat prom night?”

“Setuju! Karena gue nggak bisa mengandalkan Rafael yang sama sekali nggak fashionable itu, jadi gue beneran butuh bantuan kalian, ya? Please, please, please.”

“Oke, karena gue sama Satya udah nyiapin baju buat prom night, gue bakal bantuin lo milih baju,” ujarku dengan pipi yang terasa panas. Untuk acara prom night nanti aku memang sudah menyiapkan outfit sejak sekarang, sungguh aku sudah tidak sabar untuk pergi ke acara prom night dengan Satya. Aku akan berdansa dengan pria itu, mengenang kenangan kami selama SMA, mengambil banyak foto, ah pokoknya aku sudah merencanakan banyak hal menyenangkan untuk acara prom night nanti.

“Cieee, ada yang semangat banget buat ke prom night ternyata. Pokoknya nanti kita kudu ambil banyak foto dan kenang-kenangan yang banyak, ya!” 

“Heh, enak ya udah pada mikir outfit, gue dong belum tahu mau jalan sama siapa. Nasib jomlo gini amat,” keluh Jessica dengan nada dramatisnya seperti biasa. 

“Yang penting sih jangan sama mantan ya, Jes! HAHA!” sindir Arum karena Jessica yang biasa gonta ganti pacar itu belum punya pacar sampai sekarang karena masih gagal move on.

“Boleh nggak sih kalo gue ajakin mantan? Karena ya fuck myself, nyatanya gue memang berharap dia ngajakin gue ke prom night.”

“Dan lo tahu itu nggak bakal terjadi, kan?”

“Gue ajakin duluan?” 

“OH BIG NO!”

“Gue bukan pengikut sekte kalo cewek harus jual mahal dan nggak boleh ngejar cowok duluan. Tapi masalahnya adalah ... Wiyoko beneran udah nggak ada rasa sama lo. Dia lagi pedekate sama adek kelas. Move on emang sulit, dan ini bukan berarti bajingan kalo Wiyoko move on duluan. Kita semua memang harus move on, kan? Dan gue nggak tahu lo belum bisa move on sama Wiyoko karena lo masih cinta, atau karena kesel dia udah move on duluan. But, please, jangan jadi that bitch yang kesel karena mantan move on duluan, dan lo malah mau hancurin pedekatenya mantan gara-gara ini.”

“Yups, gue setuju sama Kanthi, Je. Lo nggak bisa maksa perasaan orang lain, dan bukan salah Wiyoko kalo dia move on duluan. Tenang, lo pasti punya pasangan buat ke prom night. Yang ngajakin lo sebenernya udah banyak, kan?”

Jessica manyun, lalu menenggelamkan kepala di meja. Dan aku hanya bisa mengelus rambut sahabatku itu dengan sayang. Karena faktanya move on memang sulit, dan kita semua harus move on.

Aku merogoh ponsel yang ada di saku rok karena benda pipih itu tidak berhenti bergetar. Grup angkatan tampak sangat ramai karena ada 99+ pesan di sana, tapi pesan dari Sergio lebih menarik perhatianku. 

Dia gila apa gimana dah? Kenapa juga dia ngajakin gue ke prom night? 

Dan sebuah pesan suara yang tersebar di grup angkatan, benar-benar membuat aku hancur berantakan. 

Second Chance (Completed)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora