Aku terpaksa menyudahi side plank yang tengah aku lakukan karena keringat yang mengalir ke mata membuat mata kananku terasa pedih. Aku mengelap wajahku yang banjir keringat dengan handuk kecil yang ada di samping matras dan meminum air mineral hingga setengah. Lalu menyambar ponsel yang ada di meja.
Aku berdecak keras saat membaca undangan reuni SMA Pemuda yang dikirim Arum via WhatsApp. Aku sudah bilang pada sahabatku itu jika aku nggak akan pernah mau datang ke reuni. Bodo amat kalau makanan di sana enak-enak plus gretong pula. Aku cuma sedang tidak ingin membuka luka lama.
Walau Arum selalu mengatakan jika berdamai dengan masa lalu akan membuat perasaanku lebih tenang, aku tetap belum siap melakukan itu. Karena memikirkan aku akan bertemu dengan segelintir orang yang menjadikanku taruhan demi kesenangan sesaat mereka, bukanlah hal yang menyenangkan. Tetapi sangatlah menyakitkan.
Namun, aku lupa jika kita tidak selalu mendapat apa yang kita mau.
Ah, sial!
YOU ARE READING
Second Chance (Completed)
RomanceHidup seorang Kanthi Tjandra yang tenang berubah seratus delapan puluh derajat gara-gara reuni sialan yang sebenarnya sejak awal tidak ingin ia datangi. Kanthi benar-benar tak menyangka jika ia akan bertemu kembali dengan murid kelas sebelah yang pe...