your cinderella is dead

88.4K 6.6K 95
                                    

Untungnya aku tidak perlu menjawab 'Hi' sialan yang membuat dadaku nyaris pecah itu, karena saat ini mejaku sudah dikerubuti puluhan orang yang sangat semangat menyapa Satya. Hingga tubuh Satya tenggelam dalam kerumunan itu.

"Wohooo~ coba tebak siapa yang gue lihat di sini? Ketua Osis kebanggan kita ... Ajisatya Banyusuta! How's life, Bro?"

"Hai, Satyaaaa, apa kabar?"

"Sombong ya sekarang mentang-mentang udah terkenal!"

"Weh ... makin ganteng aja, Bro!"

"Gile fuck pubertas~ Nge-gym di mana? Kok, bisa badan kerempeng lo berubah jadi badan Thor gini, Sat?"

"Woy ketua Osis~ Inget gue nggak? Dulu gue yang yang bantuin lo kampanye sambil bawa kentongan keliling sekolah!"

"Gila Satya jadi ganteng banget!"

Tidak menyianyikan kesempatan ini aku pun memutuskan untuk kabur diam-diam dan pergi ke taman yang ada di sisi kiri Berlian. Banyak peserta reuni juga di sini, sehingga aku terpaksa berbasi basi dengan mereka. Sesekali aku juga menengok ke belakang karena takut Satya akan mengikutiku, sungguh aku tidak ingin bertatapan dengan mata hitam legam itu lagi.

Namun untungnya Satya masih sibuk meladeni orang-orang yang tak henti-hentinya menyapa pria itu. Aku pun mulai celingukan mencari Arum untuk mengajak gadis itu pulang, karena mood-ku saat ini sangat berantakan dan aku sudah lelah chit-chat basi dengan orang-orang.

Tetapi sialnya aku tidak menemukan Arum di mana pun. Mana kunci mobil ada di tasnya pula. Haish, sebenarnya di mana sih gadis itu mengambil es krim? Kutub Utara? Aku juga mencoba menghubungi nomor Arum, tapi hanya suara operator yang menjawab.

Nomor yang Anda tuju sedang sibuk....

Sial!

"Kanthi?" sapa seseorang yang sontak membuatku mengalihkan pandangan dari ponsel. Dan senyumku langsung merekah begitu melihat Jessica di depan sana.

Aku pun langsung memeluk Jessica erat dan mengajaknya cipika-cipiki. "Hi, bestie! Long time no see! Kapan balik dari Hong Kong? Kenapa nggak bilang kalo sekarang lagi di Indo? Tahu gitu kan gue jemput di bandara! Jun ikut nggak? Ih gue kangen banget!"

Jessica menggetok keningku hingga aku langsung menjaga jarak sambil manyun. "Nanyanya satu-satu, Neng! Jun nggak ikut, dia masih di Hong Kong sama Cicinya. Ini gue emang sengaja dateng duluan ke Indo biar bisa ikut reuni, niatnya mau ngasih kejutan buat lo sama Arum, nggak gagal, kan? Eh, tapi si Arum mana? Tumben kalian nggak bareng? Biasanya tak terpisahkan kayak Shaggy dan Scooby-Doo," kekeh Jessica.

"Woy, Je! Sialan bener sih samainnya Shaggy dan Scooby-Doo! Yang satu manusia yang satu anjing! Tapi nggak papa karena di antara gue dan Kanthi sudah bisa ditebak siapa yang jadi anjingnya! Oh my god, Jeje! I miss you beib!" seru Arum seraya memeluk Jessica erat.

Lalu kami bertiga berpelukan layaknya Teletubbies. Sungguh, kedatangan Jessica adalah kejutan terbaik di reuni kali ini. Aku masih ingat tiga hari lalu saat kami video call, Jessica masih ada di Hong Kong. Melayani pengunjung yang datang ke kedai Bakminya seraya menggendong Jun, dan ngomel-ngomel karena Jason-suaminya terlalu lama di dapur padahal hanya mengambil kaldu ayam.

Mengobrol di taman dengan Jessica dan Arum membuat aku lupa tentang Satya. Selain sahabatan dengan Arum sejak SMA, aku juga sahabatan dengan Jessica. Tetapi setelah lulus sekolah, Jessica kuliah di Hong Kong karena seluruh keluarganya pindah ke sana. Namun, persahabatan kami terus berlanjut walau harus LDR.

Setelah puas mengobrol dan bernostalgia kami pun memutuskan untuk pulang. Sebelum pulang Jessica dan Arum memutuskan ke toilet dulu sehingga aku berjalan ke parkiran sendirian. Senyumanku mengembang karena membayangkan jika aku, Jessica, dan Arum akan menginap bersama malam ini seperti yang biasanya kami lakukan saat liburan tengah semester atau kenaikan kelas.

Namun, senyumanku langsung lenyap begitu netraku bertubrukan dengan netra Satya. Hah, sepertinya aku memang tidak bisa kabur dari yang satu ini.

Oke, ayo Kanthi, tarik napas embus-

"Hi, I miss you, Kanthi.”

Sial, aku lupa cara bernapas!

Tetapi, sebelum semua perasaan yang aku tekan selama sepuluh tahun terakhir mencuat ke permukaan, aku menekan jari telunjuk dengan kuku dalam-dalam. Hingga rasa perih itu mengingatkanku dengan semua hal menyakitkan yang pernah singgah.

Aku menatap Satya datar. "No, you can't miss her. Why? Because your Cinderella is dead.”

Setelah mengatakan itu aku segera masuk mobil dan menyetir dengan kedua tangan gemetaran. Meninggalkan Satya yang masih berdiri di tempat yang sama tanpa beranjak ke mana-mana. Tatapan mata pria itu kosong, dan aku sama sekali tak mau tahu apa yang tengah pria itu pikirkan.

Ya, Satya pernah menjadi pangeran berkuda putih yang menyelamatkan masa SMA-ku yang monoton dan tidak seru-seru amat. Ia membawa pelangi ke masa putih abu-abuku hingga aku pernah sangat bahagia.

Lalu si pangeran juga yang membawa duka, hingga sang Cinderella memutuskan membunuh dirinya sendiri. Seperti kata monster yang ia sebut sebagai Ayah; kalo ia tidak pantas dicintai dan sebaiknya mati saja.

Second Chance (Completed)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα