you hurt me first

1.5K 119 1
                                    

Setelah puas tertawa aku segera menjauh dari hadapan Satya. Lalu aku menuang Dalmore 62 ke dalam ke gelas kristal yang tersedia, tak lupa menambahkan beberapa butir es batu kotak sebelum berjalan dengan angkuh menuju sofa. 

Satya masih berdiri di tempat yang sama, pria itu masih diam seperti patung tapi aku tahu sejak tadi pria itu mengamati setiap gerak-gerikku. 

Aku duduk bersandar di sofa, bersedekap dengan gaya angkuh. Dengan tatapan dan senyuman mengejek aku menantang mata Satya dengan berani. Pria itu balas menatapku, ah ... akhirnya, inilah yang aku mau. Akhirnya aku melihat tatapan kesakitan itu, aku tahu pria itu begitu terluka. Tatapan sendu dan terluka Satya membuatku puas tapi sakit secara bersamaan.

Ah, tapi peduli setan dengan perasaanku saat ini, yang jelas aku menang. 

AKU MENANG!

Jadi, ayo rayakan saja kemenanganku kali ini. Aku menekan mati-matian perasaan sakit itu, tidak aku tidak akan luluh. Ayo berhenti jadi cewek goblok, Kanthi! Sekarang saatnya balas dendam. 

Aku meneguk whiskey sekali teguk, lalu kembali tertawa dengan keras. 

“Ah, sorry, kalo hari ini gue banyak ketawa. Karena demi Tuhan, hari ini gue bahagia banget. Akhirnya, Sat, lo ngerasain apa yang gue rasain, baby. Gimana rasanya diterbangkan ke langit lalu dijatuhkan ke dasar jurang? Sakit, kan? Hmm?” tanyaku sebelum kembali meneguk whiskey  di gelas.

Aku berhenti tertawa, lalu menatap Satya dengan tatapan super dingin. “Dan gue harap, rasa sakit itu bakal bertahan sangat lama. Lebih lama dari rasa sakit yang lo kasih ke gue. Gue harap kali ini lo hancur lebur, dan akhirnya tahu apa yang gue rasain selama ini. Sakit, kan? Itu yang gue rasain sepuluh tahun terakhir brengsek, cuma rasa sakit.”

Nah, inilah rencanaku sejak awal. Membuat Satya juga merasakan apa yang aku rasakan. Sudah aku bilang aku tidak akan pernah jatuh ke lubang yang sama dua kali, jadi semua ini memang hanya permainan. Semua ini sudah aku rencanakan sejak awal. 

Ya, awalnya memang menyebalkan saat Satya terus datang ke hidupku, sehingga sebisa mungkin aku ingin menghindar atau mungkin kabur ke Karang Bolong lagi seperti sepuluh tahun lalu. Namun, sebuah ide brilian tiba-tiba terlintas di kepalaku, kentara sekali jika Satya tengah pedekate dan ingin balikan, jadi kenapa aku tidak mengambil kesempatan ini untuk balas dendam? 

Dan saat ini dendamku akhirnya sudah terbalaskan, sungguh aku merasa puas, tapi juga merasakan sakit yang tak tertahankan. Satya masih diam di tempat, pria itu tidak berbicara atau menanggapi ucapanku. Pria itu hanya diam, seperti menerima apa pun yang akan aku lakukan. Tanpa bantahan, dan tanpa sanggahan. 

Aku sedang menghukum pria itu, dan pria itu hanya diam dan menerima hukumannya, seolah ia sadar diri jika ia memang pantas untuk dihukum dan tahu jika hari ini pasti akan datang karena karma is a bitch. 

Pada akhirnya kita selalu menuai apa yang kita tanam. Karena mungkin kadang dunia memang tidak adil, tapi selalu ada balasan untuk setiap perbuatan.

Rasa sakit, akan dibalas rasa sakit. Tapi kenapa aku juga masih merasakan sakit yang sama? Kenapa aku ingin memeluk Satya untuk menghapus kesakitan di mata pria itu dan mengatakan kalau aku juga mencintai pria itu. 

Lalu bayangan sialan itu mulai berputar di kepala.

Bagaimana kalau tadi aku langsung mencium Satya dan bilang kalau kali ini aku juga akan bertahan. Aku mencintai pria itu dan akan berada di samping pria itu untuk waktu yang sangat lama. 

Ah, andai skenarionya memang begitu, sudah dipastikan kami menjadi pasangan paling bahagia di dunia. 

Tapi masa kita memang sudah lama habis, dan kalau kesempatan kedua betulan ada, aku memutuskan untuk tidak mengambilnya. Aku akan terluka, aku akan membuat Satya terluka, aku akan membuat kami sama-sama terluka. 

I’ll do everything he did to me. 

Kami akan jatuh cinta, kami akan jatuh cinta sampai rasanya mau mati, lalu kami akan terluka, kami akan terluka sampai rasanya mau mati.

Hingga akhirnya kini kami selesai. Akhirnya semuanya selesai. Ini melegakan walau juga menyakitkan di saat yang sama. 

Setelah menghabis whiskey yang ada di gelas aku segera bangkit dari dudukku. Mengambil clutch yang ada di meja dan menghampiri Satya, senyum kemenangan masih bertengger di bibirku. 

“By the way, thanks buat makan malamnya. Sebagai makan malam terakhir, sungguh ini sama sekali nggak buruk. Dan karena gua nggak bakalan balik lagi ke sini, lo boleh buang semua barang gue. Karena gue juga bakal buang semua barang lo yang ada di rumah gue. Thanks, buat beberapa bulan yang menyenangkan ini, gue beneran enjoy the game. Dan gue beneran menikmati kemenangan gue hari ini. Ah, ya ... gue harap lo nggak dendam sama gue.”

Aku menantang mata Satya dingin. “Remember, you hurt me first. Good bye, baby."

Second Chance (Completed)Where stories live. Discover now