partner in crime

73.3K 5.3K 86
                                    

10 tahun lalu,

"Buat tugas bahasa Indonesia? Gue saranin mending lo ceritain ulang Ramayana. Mahabrata seru, tapi muka-muka hopeless romantic kayak lo bakal lebih suka Ramayana," ujar sebuah suara yang sontak membuat aku langsung mengalihkan pandangan dari blurb buku yang tengah aku baca.

Satya tersenyum lebar saat matanya bertubrukan dengan mataku. "Hi again, Kanthi."

"Hi juga, Satya. So, apa yang lo lakuin di sini? Jadi stalker karena 'Sampai jumpa lagi hari Selasa' cuma basa-basi belaka?"

Sial, kadang aku benci mulutku yang nggak bisa direm ini!

Satya tertawa keras. "Lo selalu se-blakblakan ini?"

Aku meringis kecil. "Sorry ... soalnya cuma orang tolol yang percaya ini adalah kebetulan. Joglo-Blok M dan kebetulan? Sorry to say ... tapi kita nggak lagi syuting FTV."

"Anggap aja kali ini memang kebetulan. Karena lo tahu apa yang seru dari masa depan? Masa depan itu nggak ada yang tahu. Dan serius, lebih baik lo pilih Ramayana. Bu Utami bakal nyecer lo habis-habisan kalo lo milih Mahabrata. Beliau penggemar Bratayudha."

Aku pun langsung terbahak begitu mendengar perkataan Satya. "Jangan bilang ini pengalaman pribadi?"

"Yeah, poor me."

"Thanks, karena udah ngasih tahu." Lalu aku pun mengembalikan buku Mahabrata ke rak dan memutuskan untuk membeli buku Ramayana. Dicecar oleh Ibu Utami adalah mimpi buruk, dan Bahasa Indonesia tidak pernah jadi pelajaran favoritku. Jadi lebih baik aku cari aman.

Satya mengambil ponsel di saku celananya, dan pria itu tiba-tiba menggeram frustrasi seraya mengacak-acak rambut lurusnya.

Lucu juga. Astaga Kanthi, fokus! Fokus!

"Kenapa?" tanyaku akhirnya.

"HP gue mati. Eh, lo bawa HP, kan?"

"Bawa, kok. Why?"

Ekspresi lega langsung menguasai wajah Satya. Lalu pria itu menuntunku melewati lorong-lorong rak toko buku. Tangan pria itu sedikit kasar, tapi hangat. Gila, cowok ini benar-benar tidak baik untuk kesehatan jantungku!

Lalu ia berhenti di rak bagian resep makanan. Dengan semangat ia mulai memilih setiap buku di rak dan itu membuat jantungku mau meledak! Karena saat ini pria itu masih menggenggam tanganku, dan entah apa yang terjadi pada diriku karena aku pun tetap bisu. Otakku tiba-tiba nge-blank.

"Kanthi? Thi ... Kanthi? Hellow?"

"Ya?" ujarku seraya menyembunyikan tangan yang baru saja dilepas Satya ke balik punggung. Dan sisa rasa hangat itu masih di sana, bahkan kini menjalar sampai ke pipi dan kepala.
Satya memanduku untuk jongkok di tengah lorong rak, lalu ia membuka buku resep halaman 57 yang merupakan resep membuat rendang.

"Gue bakal jaga-jaga. Lo cepet fotoin sebelum ketahuan petugas, ya!"

Awalnya aku bingung dengan intruksi Satya hingga bengong beberapa saat, tapi akhirnya aku paham kalau pria itu memintaku untuk memotret resep halaman 57 ini. Satya masih jaga-jaga-pria itu terlihat celingukan ke kanan dan ke kiri. Dengan jari gemetar dan dada berdegum cepat aku pun segera memotret resep itu beberapa kali.

Lalu Satya menutup buku resep buru-buru karena ada karyawan toko buku yang lewat. Pria itu berjongkok di depanku seraya menaruh jari telunjuknya di depan bibirku. Lagi-lagi jarak kami sangat dekat, hingga aku bisa melihat warna mata pria itu yang hitam legam.

Dengan gerakan hati-hati pria itu mengembalikan buku ke rak paling bawah, sedangkan aku masih diam di tempat dengan bibir terkatup rapat karena telunjuk Satya masih menempel di sana.

Satya langsung menghela napas lega begitu karyawan toko buku berjalan menjauh, lalu kami bertatapan lumayan lama, sebelum akhirnya tertawa bersama.

"Besok-besok gue nggak mau lo ajakin gini lagi! Ini lebih mendebarkan daripada hampir ketahuan nyontek pas UAS Mandarin sama laoshi tahu nggak!" protesku.

Dan lagi-lagi kami tertawa bersama. Kami tertawa sambil menyender di rak buku dengan kaki selonjoran dan wajah berhadapan.

"Thanks, karena udah jadi partner in crime gue hari ini. Dan lo tahu ... gue agak nyesel karena setelah hampir 3 tahun sekolah di Pemuda malah baru kenal lo hari ini."

Ya, gue juga sama, Sat.

"Mungkin lain kali kita harus saling sapa kalo ketemu di koridor sekolah. Deal?" tanyaku sambil tersenyum.

"Deal," jawab Satya seraya membalas senyumanku.

***

Guys, Sa, bikin video setiap moment SC di Tiktok. Kalo kalian gabut jangan lupa mampir, ya!

Tiktok : saros_01

Sayang kalian,

Sa,
Xoxo.

Second Chance (Completed)Where stories live. Discover now