(l)ust, (o)bsession, (v)ictims, (e)go = love

54.4K 4.3K 49
                                    

Thanks ya, chef, udah bolehin kita nunggu di sini sampai hujannya reda. Cuaca di luar emang serem banget, sih. Nggak kebayang kalo maksa tetep naik mobil,” merinding Alea seraya memeluk tubuhnya sendiri. Sedangkan netra gadis itu masih setia melihat ke dinding kaca yang menampilkan pemandangan hujan deras disertai angin dan petir yang sekali-kali menyambar. 

Aku setuju dengan Alea, untungnya kami memutuskan tinggal, karena pasti menyeramkan sekali kalau memaksa tetap pulang di cuaca yang begini. Apalagi aku harus menyetir, membayangkannya saja sudah membuat bulu kudukku berdiri. 

“Sama-sama, Le. Anggap aja rumah sendiri. Dan panggil aku Satya aja, biasanya orang-orang juga cuma manggil aku chef kalo aku lagi kerja.”

Alea cengengesan. “Oke, Mas Satya! By the way, daripada gabut kita streaming aja, yuk? Pumpung ada waktu luang gue pengen nonton House of Gucci. Itu lho, Mbak, film yang dimainin sama Lady Gaga. Gue udah kepo banget sama alurnya, gara-gara Mas Deon cerita mulu pas di Bali,” jelas gadis itu seraya cemberut. Pasangan sepupu Alea dan Deon memang tidak pernah akur, pasti ada saja hal yang akan selalu diributkan. Seperti film contohnya, atau kadang hal random seperti lem kertas. Ya, di setiap keluarga pasti ada saja pasangan Tom and Jerry yang selalu bisa memeriahkan suasana. 

“Wah, boleh tuh! Udah lama juga kita nggak nobar. Yuk, gas!” sahutku semangat.

Lalu kami bertiga pun memutuskan untuk nonton House of Gucci bersama. Kami duduk di ruang tengah di mana ada TV super lebar yang mengkhiasi dinding penthouse dan juga sofa nyaman yang dilengkapi dengan bantal empuk dan juga selimut halus yang hangat.

Tipe seperti Satya memang tidak mungkin menyetok es krim, yogurt, apalagi ciki-ciki kebanyakan micin yang besok paginya akan membuat bengek. Namun, untungnya pria itu punya beberapa buah-buahan di kulkasnya. Sehingga kami tetap bisa nonton sambil mengemil. Karena, beb ... nonton tanpa nyemil itu bukan nonton namanya! Tapi cari distraksi karena baru saja putus biar nggak keinget mantan terus, atau terpaksa karena diajakin sama gebetan—padahal dalam hati misuh-misuh tidak jelas. 

Setelah semua persiapan kami siap, kami pun langsung duduk anteng di sofa dengan mata fokus ke arah yang sama. Yaitu, televisi 60 inch yang menampilkan gambar berbeda setiap detiknya. 

Awalnya kami begitu fokus menonton film biopic itu hingga tidak ada yang bicara. Hingga akhirnya Alea memulai percakapan, “Gue baru ngeh, kayaknya yang jadi Maurizio Gucci itu yang main di film The Last Duel nggak, sih?” tanya gadis itu setelah menelan sepotong semangka yang tadi ia ambil di piring dengan garpu. 

“Iya, benar. Yang main Adam Driver, di The Last Duel dia main jadi Jacques Le Gris,” jawab Satya dengan mata tetap fokus menatap televisi. 

“Weh, lo nonton The Last Duel juga, Mas?” tanya Alea antusias.

Satya mengangguk seraya tersenyum kecil. “Aku emang hobi nonton film, Le. Jadi, kalo lagi luang pasti wasting time-nya binge watching movie. Jadi, emang suka nonton genre apa aja,” jelas pria itu.

Romance?”

“Kemarin aku habis nonton Persuasion.”

“Anjay ... I am half agony half hope. Tapi berarti lo bakal cocok sama gue dan Mbak Kanthi, Mas. Soalnya gue sama Mbak Kanthi juga suka nonton film kalo gabut. Kapan-kapan ikut pajamas party bareng kita, yuk? Kita maraton film sampai pagi!” tawar gadis itu semangat. 

Second Chance (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang