obsessed with me? all my life

103K 4.5K 117
                                    

Aku tersenyum lebar saat mendengar suara merdu Freddy Mercury yang menyanyikan lagu Bohemian Rhapsody langsung menusuk gendang telinga begitu aku membuka kedua mata. Walau sudah sepuluh tahun, ternyata banyak yang tidak berubah dari pria itu. Ia masih suka Queen—rock band asal Inggris yang dibentuk tahun 1970 dan begitu terkenal pada masanya.

Sebelum keluar kamar aku memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu karena saat ini penampilanku benar-benar mengerikan. Lipstikku berantakan, badanku pegal-pegal dari ujung kaki sampai kepala, dan rambutku lembap karena keringat. 

Tubuhku langsung terasa segar begitu air dingin dari shower menyiram seluruh tubuhku. Aroma sabun Satya yang sangat khas perpaduan antara citrus and woody benar-benar membuatku betah berlama-lama di sini. Mungkin nanti sore aku akan berendam di bathub yang sejak tadi sudah menarik perhatianku. Lalu aku pun menyudahi acara mandiku karena perutku sudah keroncongan, maklum saja karena kegiatanku semalam dengan Satya—membuat kami berdua melewatkan makan malam.

Aku memutuskan untuk memakai kemeja Satya karena tidak menemukan bajuku di mana pun. Sepertinya pria itu sudah mengirimnya ke laundry sebelum aku bangun tadi. Lalu aku keluar kamar and DAMN!

Bohemian Rhapsody, celemek, dan Satya benar-benar perpaduan yang luar biasa seksi. 

He looks like a dream and he’s mine.

I’ll love him, I’ll destroy him, I’ll do everything he did to me.  

Aku menghampiri Satya lalu mengecup pipinya lembut. “Hi, good morning.”

“Morning babe,” balas pria itu seraya menarik pinggangku sehingga kini aku ada di dalam pelukannya.

Aku tertawa kecil di dada Satya, lalu aku melingkarkan lenganku di lehernya, dan mendongak untuk menatap intens kedua mata pria itu.

“Obsessed with me?”

“All my life.”

Lalu kami berdua saling tersenyum lebar dan bertahan di posisi nyaman ini lumayan lama. Merasakan hangatnya napas yang saling bertautan, merasakan gelenyar gila setiap inci kulit kami bersentuhan, saling menggoda lewat mata, dan memberiarkan tubuh kami saling berteriak—jika kami menginginkan satu sama lain—dari ujung kaki sampai kepala.

Ya, Satya mari jatuh cinta. Mari sama-sama terobsesi satu sama lain sampai rasanya mau gila. Mari mencintai sampai sakitnya bisa dirasa di setiap inci kulit dan tanpa mampu diucapkan lewat kata. Mari jatuh cinta dan terluka. Lalu agar semua adil, sekarang giliranku kan yang jadi juaranya?

Aku memutuskan kontak mata kami saat aku mendengar ponselku berdering cukup nyaring dari ruang tamu, aku pun meninggalkan Satya setelah mengecup sekali lagi pipi pria itu, dan mengangkat video call dari Alea.

“Hi, bayi gedenya gue! Apa kabar, baby?” tanyaku antusias. Biasa 24/7 dengan gadis itu membuat aku begitu merindukan Alea karena kami hampir tiga hari tidak bertemu.

“Gue mabok tabel periodik body and soul! Dan kalo gue lanjut belajar, gue yakin kepala gue bentar lagi meledak. Boom!” cerocos gadis itu hiperbola seperti biasa.

“Gue anak IPS, jadi percuma kalo lo mau bahas kimia sama gue. Kalo capek take a break, Le. Nggak usah ngoyo-ngoyo besok malah pas UAS lo malah sakit.”

Seminggu ini Alea memang sedang menjalani Ujian Akhir Semester, oleh karena itu semua kegiatannya di dunia hiburan dihentikan sementara. Dan karena hal ini jugalah aku punya waktu libur seminggu ini sehingga bisa menghabiskan banyak waktu dengan Satya. Denada mungkin bisa jadi seorang manajer yang bengis kalau sudah menyakut pekerjaan Alea, tapi manajer sekaligus Tante kandung Alea itu selalu mengedepankan pendidikan. Jadi, selama Alea ada UAS atau ujian, wanita itu benar-benar membiarkan Alea hanya fokus pada sekolahnya. 

“Iya ini gue juga lagi istirahat bentar, Mbak. Tadi abis nonton Mortal Engines, tapi abis itu gue beneran gabut dan nggak tahu mau ngapain, jadinya gue video call lo, deh. By the way, nanti malam workout sambil nge-zoom, yuk? Udah lama kan kita nggak olahraga bareng?”

“Boleh, sih, tapi nanti gue kabarin lagi, ya. Soalnya gue lagi nggak di rumah—“

Holyshit! Jangan bilang lo masih di penthouse Mas Satya? Lo tiga hari ini nggak pulang, kan? Hah! Dunia ini emang nggak adil, gimana bisa gue cuma kencan sama kimia yang bikin sakit kepala atau matematika yang nyusahin itu, sedangkan lo malah uwu-uwu sama Mas Satya! Pokoknya seharian ini gue mau gangguin kencan kalian berdua! Gue mampir, ya?”

“Iya, sini mampir! Kita bikin puding bareng!” Dan gadis itu langsung kegirangan seperti bocah lima tahun yang akhirnya dibelikan es krim setelah ngambek seharian. Ah, dasar ada-ada saja!

Sembari menunggu Alea datang aku memutuskan untuk sarapan dulu dengan Satya, lalu cuddle di ruang tamu sambil nonton Bones series season 8 seraya mengomentari setiap adegan yang ada. Walau Satya lebih banyak diamnya, sedangkan aku terus mengoceh tentang banyak hal. Ah, andai aku bisa merasa bahagia seperti ini selamanya. Andai mencintai dan dicintai Satya tidak sebigini menyakitkatnya. Andai semua tidak sesakit ini, pasti semua akan lebih mudah, kan?

Aku bangkit dari pelukan Satya karena Alea baru saja mengirimi pesan kalau gadis itu baru saja sampai. Lalu aku membuka pintu penthouse dan aku hanya bisa melongo saat melihat pemandangan yang ada di luar sana.

What the....

Second Chance (Completed)Where stories live. Discover now