[07. Gengsi]

106 21 1
                                    

PLIES TINGGALIN JEJAK, MINIMAL VOTE. KALO VOTE DATANYA JANGAN DI MATIIN YA SAY.

HAPPY READING







Hujan turun dengan derasnya mengguyur hutan yang lebat, membasahi tanah yang semula kering. Air hujan tergelincir dari genteng yang tinggi terdengar turun membasahi bumi.

Seorang gadis cantik tengah duduk di atas sofa dengan menikmati secangkir coklat panas, sesekali terdengar gerutuan kesal dari bibir mungilnya yang berhasil membuat pria di sebelahnya memutar bola mata karena merasa jengah.

"Bisa diem ga?!" tekannya menatap Lea.

Lea menggeleng dengan cepat, "Aku tuh mau pulang, nanti aku di hukum sama ayah."

Pria itu berdecak kesal, "Cuma di omelin doang kan? Gitu aja takut kaya bakal di pukuli aja," sela Kara acuh tak acuh. "Memangnya di kasih hukuman apa Lo?" tanyanya lagi.

"Kalo aku bilang di pukuli percaya?"

"Ga lah,

"Kalo gitu ga usah nanyak, Lea memperengut wajahnya masam.

"Ngambek?"

"Ga tau, Aku mau pulang lah," Lea beranjak dari duduknya berjalan menuju ke arah pintu.

"Eh? Mau kemana?" Itu suara Arion yang berhasil membuat langkah Lea berhenti.

Badan Lea berbalik menghadap beberapa anggota Alvaska yang ada, "Aku pamit pulang ya kak, makasih bantuannya," tutur Lea menyunggingkan senyum.

"Sok berani," cecar Kara bersedekap dada di atas sofa,

Lea melirik Kara sinis di balas senyum angkuh yang menantang dari laki-laki itu.

"El anterin," Elvan ingin bangkit dari duduknya namun di tarik kembali oleh Kelvin.

"Gue aja, ayo neng geulis," Kelvin kembali terduduk dan ambruk di atas tubuh Elvan akibat tarikan si bungsu yang tadinya asik ngemil.

"Bram aja, oky?" izinnya dengan senyum lebar sehingga matanya menyipit.

"Ga, usah. " Larang Arion, "Bisa-bisa nanti Lo di jegat sama anak skala."

"Kalo bang Kelvin yang anter, baliknya sama siapa?" tanya Bram menggaruk pipinya gatal.

"Gue balik sendiri lah," Sombong Kelvin.

"Kalo di jegat anak Skala gimana?" Bram menanyakan apa yang tadi Arion lontarkan.

"Heh cil, gue udah gede bisa jaga diri sendiri," jelas Kelvin menghadap Bram,

"Aku juga udah gede," Bantah Bram kesal,

"Neng cantik kemana?" sela Kelvin saat mulai menyadari tidak adanya lagi Lea di sini,

~🌻~

Kaki jenjangnya menjejaki tanah becek yang terus saja di siram hujan, tubuhnya basah kuyup akibat hujan tak kunjung reda. Dengan tekat yang bulat Lea menyusuri jalan setapak yang ia lewati tadi bersama Kara, semoga saja ia tidak salah jalan.

Sebenarnya Lea gadis yang pemberani, hanya saja tertutup trauma yang terus menghantui. Sesekali Lea mengusap wajahnya yang basah, menunggu anggota Alvaska berdebat untuk mengantarkan nya benar-benar terlalu lama. Bisa-bisa hukumannya bertambah banyak akibat terlalu telat pulang,

Pepohonan besar terguncang akibat angin yang tertiup kencang, Lea memejamkan matanya sejenak akibat sapuan angin pada wajahnya. Wajahnya berpaling menatap langit saat tak lagi merasakan hujan membasahinya, mata gadis itu mengerjab pelan melihat payung melindunginya.

Luka Untuk Lea || On Going Where stories live. Discover now