[14. Rasa sakit]

100 18 4
                                    

Kehidupanku begitu bahagia karena memiliki keluarga cemara, namun, aku hanya mampu merasakan kebahagiaan itu di waktu malam. Alasannya cukup simpel, hanya karena aku jarang tertidur di kala siang.

_Allea Almahira_


~

Gelapnya malam menyisakan tangis yang teredam, tubuhnya tersudut menangis pilu terisak-isak. Mahkotanya, mahkota yang selama ini ia jaga di renggut paksa oleh ayah kandungnya.

Kaki Lea lemas, tubuhnya bergetar hebat setelah di paksa bersetubuh selama berjam-jam.

"Semesta ga adil! Kenapa harus Lea tuhan!! Kenapa?!" suaranya teredam memeluk kuat tubuhnya sendiri.

Kepalanya mengadah menatap ke arah pintu yang terbuka berlahan menampakkan tubuh tegap ayahnya, ayah?

Lea menggeleng kuat, tidak, itu bukan ayahnya. Pria gila yang berhati iblis! Lea menatap takut Nandra yang menyeringai, pintu itu.. pintu itu telah ia kunci tadi bagaimana bisa pria tua ini membukanya?

"Jangan lagi.." Tangisnya pecah bersamaan dengan Nandra yang menarik rambutnya dengan kuat.

"Siapa yang menyuruhmu untuk mengenakan baju?!" Suara pelan yang penuh penekanan.

Lea meringis saat tubuhnya di seret dengan kuat, matanya sembab akibat terus-menerus menangis.

Lea memejamkan matanya erat saat tubuhnya di dorong kasar hingga tersungkur, tangannya terangkat meraba pelan plipis nya yang mengeluarkan darah.

Nandra tersenyum ambisius, ia mengangkat tinggi cambuk di tangannya lalu..

Arghhhh

Lea berteriak sakit saat benda itu memukul kuat badannya,

Ctass..

Suara nyaring yang di iringi isakan tangis begitu memilukan,

"Ampun.. Sakit!"

Nandra menulikan pendengarannya, akal sehat pria itu benar-benar telah hilang.

Kakinya bergerak melangkah mendekat tubuh Lea yang terbaring lemah, Nandra berjongkok tepat di samping anaknya.

"Hukuman ini belum selesai,"

Bagai tersambar petir Lea mendengarnya, belum selesai? Bahkan tubuhnya tidak mampu lagi di gerakan, semuanya terasa remuk dan sakit.

Nandra meraih vas bunga kecil yang terletak di atas meja tak jauh darinya,

Prak!!

Air mata kembali menetes membasahi pipinya, matanya terpejam saat merasakan kepalanya di hantam sesuatu yang keras dengan kasar.

"Berdiri," Perintah Nandra tegas,

Lea tak sedikitpun bergerak, ia tidak mampu untuk melaksanakan perintah mutlak dari ayahnya.

"Kau tuli atau bisu, hah?!"

Nandra menajamkan pendengarannya, ia segera beranjak dan melangkah pergi setelah mendengar suara mobil memasuki kawasan rumahnya. Itu pasti Della, istrinya.

Pintu itu tertutup dengan kuat, Nandra menguncinya dari luar, membiarkan Lea terkurung di dalam gelapnya malam.

"Bawa Lea pergi tuhan.." ujarnya begitu pelan dengan Kesadarannya yang mulai menipis.

Ruang yang pengap dan gelap, hanya di terangi sinar bulan yang masuk melalui celah-celah jendelanya yang tidak tertutup.

Tak pernah terlintas sedikitpun di benaknya jika takdirnya akan berjalan seperti ini, menyiksa fisik saja sudah membuatnya sakit di tambah lagi kini batinnya di hantam ribuan batu besar.

Luka Untuk Lea || On Going Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang