[39. surprise]

37 2 1
                                    

GASS LANGSUNG BACA

~HAPPY READING~
°


"Kacang, kacang, kacang,"

"Lo bisa diem, gak? Berisik bener, gagal fokus nih gue," ujar laki-laki berparas tampan itu yang asik mengunyah permen karet sembari bermain game di hanponenya.

"Lagi galau gue," ungkapnya, mendadak lesu.

"Galau kok teriak-teriak kaya orang gila,"

Di rumah yang bisa di bilang megah itu terdapat segerombolan remaja-remaja yang mulai beranjak dewasa. Di umur yang mulai mencapai dua puluh tahun pemuda-pemuda itu masih berlagak layaknya anak SMA. Katanya sih hitung-hitung mengulang masa lampau.

Memang tak terasa, hampir setengah tahun sudah mereka berpisah. Bubar dalam satu waktu demi mengejar impian masing-masing. Ke-empat nya berkuliah pada negara yang berbeda-beda. Namun hari ini kembali berkumpul di kota kelahiran, Bandung.

"Duduk, Bos. Udah atuh jangan masam-masam tuh muka," ujar Kelvin, sambil memakan kacang kulit.

Kara memutar bola matanya malas, cape-capa panik ga jelas ternyata istrinya di sini bersama empat kecoak nya ini.

"Kenapa gue ga di kabarin?" tanya Kara, dengan wajah datar.

Semua jari tertuju pada Elvan, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Surprise, Bos," katanya, menunjukkan deretan giginya yang rapi.

"Kamu juga, kenapa ga bilang aku dulu kemari?" tanya Kara pada Lea dengan sedikit kesal.

"Aku udah telpon, ga di angkat. Udah chat, tapi ga di balas."

Lea tidak berbohong, ia memang telah menelpon Kara.

Kara mengingat sesuatu, sepertinya tidak ada telpon masuk, apa iya tidak mendengar dan tidak melihat panggilan tak terjawab?

"Terus kamu kenapa pergi pake baju kaya gini?" tanya Kara dengan tatapan mengintrogasi.

Celana sependek itu? Mempertontonkan paha mulus istrinya?

Lea menggaruk pipinya gatal, "Aku buru-buru tadi, aku aja ga tau kalo ada temen-temen kamu," alibinya.

"Kamu pergi ke sini bareng siapa?"

"Nih, minum dulu, es jeruk nya udah jadi." Terdengar sumber suara yang mendekat, gadis berjaket kulit itu membawa nampan berisi es jeruk yang mereka tunggu sejak tadi.

"Tuh, Aku tadi di jemput Rasya." Jari telunjuknya mengarah pada Arasya yang tengah meletakkan nampan ke atas meja.

Tatapan Kara mengarah pada Rasya.

"Iya sorry, gue yang bawa Lea kemari pake baju kaya gitu, lagian udah gue suruh ganti tapi dia takut masuk kamar sendiri." Jelas Rasya sebelum Kara membuka suaranya.

"Udah, minum dulu," Arion menyodorkan es jeruk buatan kekasihnya itu pada Kara.

Kara menerimanya, masih dengan perasaan kesal.

Luka Untuk Lea || On Going Where stories live. Discover now