[13. Brengsek ]

96 14 1
                                    

"Aku pikir kesalahan terbesar seorang ayah adalah, ketika ia gagal menjaga anak perempuannya."

_Allea Almahira_

https://www.wattpad.com/story/340000?maaf kehidupannya_memang_ kosong/utm_medium=link&rasa sakit_source=android&utm_content=
share_reading

Gagal membuka tautan

Tautan ini telah di setel ulang karena rasa sakit yang mendalam



Langit membiru tampak begitu cerah menyambut pagi yang indah, waktu menunjukkan pukul sembilan pagi tapi gadis itu tak berniat sedikit pun untuk bangun dari tidurnya. Sinar matahari tak mampu masuk melewati gorden yang masih tertutup, waktu terus berjalan menghabiskan pagi dalam waktu yang singkat.

Tubuhnya terbaring lemah di atas kasur, matanya memberat untuk di buka. Tangannya mencengkram kuat sisi kepala yang terasa nyeri bagai tertusuk jarum-jarum kecil, ringisan lirih keluar dari bibir pucatnya.

Lea, perempuan itu mencoba beranjak dari tidurnya, namun, tubuhnya kembali ambruk di atas kasur sembari menahan sakit yang lagi-lagi menjalar di kepalanya.

Tangannya terulur meraih benda pipih yang bergetar terus-menerus,

Hallo.. Suaranya terdengar serak dan lirih.

[Lo di mana? Ga sekolah?]

Lea menyipitkan matanya melihat nama kontak si penelpon, suara yang cukup pamilar, pikir Lea.

"Kak Kara?" tanyanya pada diri sendiri, mengabaikan si penelpon yang terus menerus memanggil namannya.

Tubuh Lea meringsut mundur bersandar pada sandaran tempat tidur, matanya terpejam sejenak mencoba mengabaikan rasa sakit yang lagi-lagi menggerogoti kepalanya.

Ia menarik nafasnya dalam, tangannya terangkat membawa hanpone itu tepat di samping telinganya.

"Ada apa kak?" tanyanya terdengar lebih fresh.

[Lama Lo, kenapa ga masuk?]

Keningnya berkerut dengan mata terpejam, mencoba menahan sakit agar tak terdengar ringisan dari bibirnya.

"Aku kesiangan," Lea tidak sepenuhnya berbohong kan? Dia memang kesiangan karena baru bangun pukul sembilan.

"Ngapain nelpon-nelpon?"

[Kepencet,] Jawab Kara singkat dari seberang sana.

Tok.. tok..

Terdengar ketukan  pada  pintu kamar Lea,

"Masuk aja ga di kunci," teriaknya tertahan.

Pintu terbuka menampakkan tubuh tegap Nandra dengan wajah datarnya,

"Sudah bodoh berani beraninya kamu tidak masuk sekolah hari ini, hah!!"

Lea segera mematikan sambungan telponnya sepihak, matanya beralih menatap sang ayah yang menatapnya dengan amarah.

"Lea.. Lea ga enak badan, ayah." jawabnya takut, masih mengenakan baju tidur panjang yang melekat di tubuhnya.

Luka Untuk Lea || On Going Where stories live. Discover now