[28. Awal dari segalanya ]

71 9 1
                                    

KALO VOTE DATANYA JANGAN DI MATIIN YA❤️

HAPPY READING


Gedung mewah yang sudah di sulap menjadi sedemikian rupa tampak memanjakan mata, bunga serta lampu menghiasi kain bernuansa biru putih menambah kesan manis di dalam sana. Tak lupa dua air pancur berukuran kecil di kanan kirinya.

Ramainya tamu undangan yang datang semangkin membuat pesta meriah, resepsi pernikahan yang di adakan di gedung terbesar pada kota Bandung menambah kesan megah.

Jam menunjukkan pukul dua siang, setelah melakukan pernikahan pada pukul sembilan pagi tadi, kini kedua mempelai duduk dengan manisnya di atas panggung bagai singgasana. Tak jarang keduanya berdiri menyambut tamu undangan, mengingat ribuan tamu yang datang membuat lelah yang tak berkesudahan.

Saat ini ratusan remaja laki-laki berdiri berjejer ingin memasuki gedung, seluruh anggota Alvaska memang turut di undang.

"Gue udah ganteng belum?" Kelvin menyugar rambutnya kebelakang sembari membenarkan kaca mata hitam nya.

"Lo ga pernah ganteng di mata gue," ujar Elvan memperhatikan wajahnya pada kaca kecil di tangannya.

"Tapi Lo pernah cantikk di mata gue,"

Jawaban Kelvin menghentikan pergerakan Elvan, tak hanya Elvan, Arion serta Bram menghentikan kegiatannya dan berfokus pada Kelvin. Seluruh pasang mata Alvaska mengarah padanya.

"Kenapa? Gue ga ada maksud apapun," Laki-laki berkacamata itu tampak menggaruk pipinya gatal.

"Gue takut Lo naksir sama gue," Elvan bergidik mengingatnya, kalian tak lupa kan bahwa Elvan bisa cantikk?

"Udah-udah, ayo masuk, mana undangannya?" Lerai Arion lalu mengadahkan tangannya meminta.

"Undangan apa?" Elvan menggaruk tengkuknya.

"Undangan yang gue kasih ke elu mna, El?"

Elvan berusaha mengingat-ingat, undangan yang Arion kasih? Waktu Arion memberinya ia.. Elvan menjentikkan jarinya spontan, "Gue letak di kamar mandi sekolah!"

Ketiganya menepuk jidat, "Jadi kita masuknya gimana!!" tanya mereka serentak kecuali Elvan.

"Coba lah Lo telpon si bos," usul Elvan.

Arion menurut, mengotak ngatik handphonenya lalu menempelkan benda pipih itu ke telinga.

"Kar, kita mau masuk ini, El sialan undangannya ga di bawa!" seru Arion setelah telpon tersambung.

"Masuk aja? Ntar di seret keluar gimana?"

Elvan, Kelvin dan Bram hanya menyimak. Sedangkan yang lain menyibukkan diri dengan penampilan.

Sembilan kali sembilan empat puluh sembilan, percaya ga percaya yang pertama penampilan.

"Yaudah, Oky." Sambungan telpon terputus, Arion kembali memasukan hanponenya ke dalam saku.

"Gimana?" sarkas Kelvin tak sabaran.

"Masuk aja, kalo ga di kasih izin panjat aja pagarnya," Arion berlalu meninggalkan para sahabatnya.

Luka Untuk Lea || On Going Where stories live. Discover now