[40. RS]

31 2 1
                                    

SEBELUM BACA VOTE DULU YA, TERIMAKASIH

HAPPY READING


Aroma masakan menyeruak sampai ke dalam kamar, usai menjalankan ritual mandinya, Lea langsung berkutat dengan peralatan dapur nya.

Jari lentiknya dengan lincah memotong bawang dan mematahkan cabe, sembari mengaduk sayur sop di dalam panci.

Tap! Tap!

Tap!

Suara langkah kaki menuruni anak tangga.

"Morning, Sayang," ucap Kara memeluk istrinya dari belakang, meletakkan dagunya pada bahu Lea.

"Morning too, Kak. Duduk dulu sebentar lagi udah masak, Aku telat bangun."

Masih dengan Posisi yang sama Kara melirik jam dinding yang berada pada tembok sebelah kirinya, waktu menunjukkan pukul setengah tujuh, biasanya Lea bangun setengah lima dan paling lambat pukul enam.

"Ga papa telat dikit, kamu pasti cape," bisik Kara di telinga istrinya. Membuat bulu kuduk Lea berdiri seketika akibat hembusan nafas hangat itu.

Pipi Lea bersemu merah, sebisa mungkin ia menyembunyikan rona merah yang terlihat jelas. Dengan cepat ia memalingkan wajahnya ke kanan agar Kara tidak melihat bahwa dirinya tengah malu.

Kara mengecup pipi chubby itu singkat sebelum mengurai pelukannya, "Aku tunggu di meja makan, ya?" ujar Kara lembut, Lea membalasnya dengan anggukan kaku.

Tangan Lea bergerak memindahkan sayur sop dari dalam panci ke mangkuk berukuran sedang, lalu membawanya ke meja makan. Bosan dengan ayam dan telur hari ini Lea memasak ikan balado yang akan bersanding dengan sayur sop nya.

Cukup di temenin nasi panas rasanya sudah begitu nikmat.

"Makasih, sayang," ujar Kara saat Lea mengambilkan nasi berserta lauk pauk untuk dirinya.

Tak lupa menuangkan segelas air putih dan menyajikan secangkir kopi hangat.

"Masama," jawab Lea tersenyum manis.

Kara masih mengenakan baju kaos dengan rambutnya yang terlihat basah, dirinya belum memakai seragam kerja karena ingin lebih dulu melahap makanannya.

Lea duduk di hadapan suaminya, keduanya makan dengan hikmat. Lea hanya mengenakan piyama berwarna merah muda, bibirnya merekah segar dan basah. Kepala perempuan itu masih terbalut handuk.

Pagi ini terasa lebih nikmat dari pagi-pagi sebelumnya. Ternyata benar, bahagia itu sederhana.

Lea berharap ini adalah awal dari kebahagiaan nya dan akhir dari segala luka.

***

Waktu menunjukkan pukul delapan pagi, Kara sudah berangkat ke kantornya sejak jam setengah tujuh. Takut terlambat, katanya.

Lea duduk di balkon kamarnya sembari menikmati coklat panas dengan roti tawar yang lembut. Hal tersebut sudah menjadi kebiasaannya sejak menikah. Matahari pagi menghangatkan tubuhnya yang terbalut kaos kebesaran milik Kara.

Luka Untuk Lea || On Going Where stories live. Discover now