Bagian 1.

1.3K 80 14
                                    



Pintu minimarket didorong dan seseorang masuk.

Kim Taehyung yang sedang menunduk memeriksa barang di komputer kasir segera mendongak bermaksud memberi salam. Akan tetapi suaranya tertelan begitu saja.

Seseorang berjalan santai melewati rak-rak barang sampai kemudian berhenti di bagian mi instan. Penampilan tampak misterius dengan pakaian serba hitam. Kim Taehyung tidak bisa melihat rupanya, tapi ia tahu bahwa sosok tersebut adalah seorang pria; dari postur tubuh yang lebih besar dan lebih tegap. Masker dan topi yang dipakai serendah mungkin hingga menutupi mata membuat Taehyung meneliti penuh waspada.

Di dalam minimarket hanya ada Kim Taehyung dan pria itu. Rekan satu shift-nya berkata ingin mencari camilan dulu, tetapi sampai sekarang, ia tidak datang. Taehyung tahu kalau rekannya itu menganggapnya mudah karena ia selalu diam dan terkesan tidak peduli. Akan tetapi, sekarang Taehyung benar-benar membutuhkan rekannya untuk berada di sini.

Udara dingin menyelip di antara jemarinya. Taehyung mengepalkan tangan. Matanya secara awas menatap pria itu. Lima menit berlalu, namun pria itu sama sekali tidak melakukan apa-apa selain menatap jajaran mi instan tersebut. Diam-diam, Taehyung menarik loker di meja kasir. Di sana tersimpan lempengan besi yang cukup panjang. Berjaga-jaga kalau pria itu melakukan sesuatu yang tidak mengenakkan.

Di menit ke sepuluh, pria itu mendekat ke meja kasir. Tangannya membawa satu cup mi instan dan diletakkan di atas meja. Tangan pria itu terangkat, menunjuk pada kumpulan bungkus cigar yang berjejer di belakang Taehyung.

Kim Taehyung berbalik dan mengambil sebungkus rokok. Ia men-scan dua barang tersebut. Taehyung berusaha tenang seolah tidak ada apapun yang terjadi. Karena memang begitu lah adanya. Hanya saja, Taehyung merasa pria di hadapannya menatap begitu lekat ke arahnya.

"Totalnya tujuh ribu won." Taehyung mendongak.

Benar.

Pria itu sedang menatap Taehyung. Ketika Taehyung mendongak, pria itu kembali menunduk dan segera mengambil uang di dalam dompetnya. Sepuluh ribu won dilempar ke atas meja. Taehyung menerima dan segera mengambil kembalian di dalam loker uang.

"Kembaliannya untukmu," ucap pria itu. Ia mengambil mi instan serta rokoknya.

"Ye?" Taehyung mengerjap tidak mengerti. "Ah, tidak perlu. Aku punya uang."

Pria itu, dibalik masker hitam yang menutupi bibir, menarik senyum kecil. Matanya menyipit. "Aku pernah kenal dengan seseorang yang mirip denganmu," ujarnya, "namanya Kim Minjae."

Taehyung terdiam mendengar nama itu.

"Ayahmu, 'kan?"

Pria itu mendongak dan dengan terang-terangan menatapnya. Kim Taehyung bisa melihat sedikit rupa pria di depannya. Mata yang hitam. Pipi pria itu terangkat; tersenyum di balik maskernya.

"Siapa kau?" Taehyung merasa tenggorokannya tercekat seolah ia dipaksa menelan sesuatu yang besar. Suaranya menjadi serak dan sama sekali tidak bersahabat. "Kau mengenal dia?"

"Dia?" Kening pria itu mengernyit. "Ayahmu, maksudnya?"

Tidak. Dia bukan Ayahnya. Si berengsek Kim Minjae bukanlah Ayahnya. Ayah Taehyung telah lama mati, dan ia hanya hidup sendiri di dunia yang kejam ini.

Taehyung membuang napas kasar. Ia tidak boleh emosi. Taehyung mengambil kembalian tiga ribu won dari loker meja kasir kemudian menarik tangan pria itu. Ia memberinya dengan paksaan. Tatapannya datar.

"Aku tidak kenal. Dia bukan Ayahku," akunya pelan.

Pria itu tidak bicara sepatah kata pun untuk melawan argumen Taehyung. Ia menerima kembalian dan menyelipkan di saku celananya. "Ah, mungkin aku salah orang. Karena wajah kalian yang mirip aku mengira kau anak temanku. Kalau begitu aku pergi, maaf mengganggu waktumu."

The TruthNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ