Bagian 15

170 29 9
                                    

Pada pukul sepuluh malam, Taehyung bersembunyi di sebuah bangunan di pinggir jalan besar. Ia naik ke lantai dua, memperhatikan Kim Seokjin yang berdiri tegap di pinggir jalan raya. Seorang diri.
Batinnya mengernyit heran sebab bukannya bar atau kedai kopi yang disinggahi, atau tempat aman lainnya, mereka malah memilih tempat yang ramai untuk janji temu. Pikirannya menerka-nerka, pada siapakah Kim Seokjin akan bertemu? Lalu, di mana Jeon Jungkook? Bukankah menurut Kim Namjoon, Jeon Jungkook juga ikut serta dalam janji temu?

Taehyung masih menunggu sampai lima belas menit, tapi orang yang akan Kim Seokjin temui belum menampakkan batang hidungnya sama sekali. Satu dua mobil melintas, satu dua berhenti, lalu pergi lagi.

Sebuah mobil berhenti tak jauh dari Kim Seokjin berdiri. Taehyung menegakkan tubuh tatkala Kim Seokjin di seberang sana perlahan mendekati mobil sedan hitam mengilat itu, ia sipitkan mata guna  melihat dengan jelas siapa pemilik mobil tersebut. Namun karena kaca berwarna gelap ditambah penerangan minim buat pandangan mata Taehyung terbatas, ia tak bisa pastikan siapa yang berada di dalam.

Kim Seokjin terus melangkah. Kemudian laki-laki itu merunduk pada kaca jendela, mengetuk-ketuk, tapi kaca jendela tak  terbuka. Beberapa detik setelahnya, Kim Seokjin menegakkan tubuh, lalu berbalik dan menatap bangunan — tepat di mana Taehyung bersembunyi.

Taehyung menarik napas terkesiap, bergeragap bersembunyi di sebalik tembok dan merapat di sana. Jantungnya berdetak kencang. Bagaimana mereka tahu ia bersembunyi di sini? Sebenarnya, siapakah yang berada di mobil tersebut? Taehyung serasa mengenal mobil itu, seperti ia pernah duduk di dalam sana dan mengenalnya. Tapi siapa?

Butuh beberapa menit untuk Taehyung meyakinkan diri bahwa Kim Seokjin tidak lagi melihat ke arah bangunan. Ia mengintip lagi. Mobil sedan hitam tak lagi berada di sana. Kim Seokjin sudah berjalan melengang pergi, tak pernah menoleh ke bangunan lagi.

Taehyung menekuk dua alisnya. Begitu saja? Sebentar? Otaknya berpikir, namun tak ada satu pun yang melintas. Ia menegakkan badan, mengela napas gusar.

Saking bingungnya, Taehyung bahkan tak mendengar suara ketukan sepatu yang menaiki tangga dan berhenti tepat di belakangnya.

"Siapa kau?"

Taehyung terkesirap. Badannya kaku. Di belakangnya — itu Jeon Jungkook, menangkap basah dirinya di sini. Ia tak berani menoleh. Taehyung berpikir cepat, kemudian dengan sekuat tenaga berlari pergi. Ia berlari serampangan entah ke mana, naik ke atas tangga, berputar ke tikungan — ke mana saja asal berhasil menghindar.

Di belakangnya, Jeon Jungkook tidak mau kalah. Pria itu terus mengejarnya. Ikut naik tangga, berbelok — berusaha menangkapnya. Kemudian di jarak yang cukup dekat, Jeon Jungkook berhasil menarik punggung jaket Taehyung.

"Sialan! Kau mata-mata Kim Namjoon, 'kan?!"

Sentakan Jeon Jungkook membuat Kim Taehyung bergegas membalikkan tubuh, meninju rahang Jeon Jungkook dengan keras. Jaketnya terlepas. Jeon Jungkook terhengkang dua langkah. Taehyung semakin menurunkan topi di kepalanya, menendang Jeon Jungkook tepat di perut. Jeon Jungkook semakin mundur.

Taehyung tidak ada waktu untuk mencari tahu bagaimana Jeon Jungkook tahu ia ada di sini. Yang harus ia lakukan adalah terus berlari agar identitasnya tidak terungkap. Itu bahaya, sebab akan merusak segala rencana yang disusunnya.

Kakinya dibawa melangkah turun ke tangga tergesa-gesa, ia bahkan melompat dua tangga sekaligus. Jeon Jungkook masih mengejarnya sambil menyumpah serapah. Di anak tangga menuju lantai dua, tangannya berhasil dicekal Jeon Jungkook. Ia menggeram jengkel oleh kekuatan laki-laki itu.

Taehyung berkelit, tapi Jeon Jungkook dengan cepat membaca gerakannya. Tatkala laki-laki itu ingin melepas topinya, Taehyung meninju sekali lagi. Kepalan tangan ditangkap. Jeon Jungkook menyeringai. Tapi sedetik kemudian menggeram kesal karena Taehyung menendang — nyaris mengenai kejantanannya. Tendangan meleset dan hanya terkena paha, tetapi itu cukup untuk membuat Jeon Jungkook melepas cengkeramannya.

The TruthWhere stories live. Discover now