Bagian 39

87 12 2
                                    

Taehyung bergegas masuk ke dalam mobilnya dan mengunci pintu. Ia mengela napas dalam-dalam. Seluruh tubuhnya terasa sakit, namun bukan itu yang menjadi fokusnya. Pandangan matanya merunduk, menatap tas hitam terbercak darah di pangkuan.

Bergegas ia membuka resleting tas tersebut. Jantungnya berdegup-degup kencang dengan beribu pertanyaan menggeluti hati. Hal pertama yang didapat Taehyung adalah selembar foto. Taehyung mengamatinya, dan kemudian tercenung melihatnya. Foto tersebut bergambar seorang ayah dan anak laki-laki. Menikmati pantai di siang hari terik. Itu adalah dirinya dan Kim Minjae.

Kenapa Kim Seokjin menyimpan fotonya dan foto ayahnya?

Beralih sejenak dari selembar foto ini, Kim Taehyung menaruhnya di atas dasbor mobil dan mengulik lebih dalam isi tas di pangkuannya. Terdapat lembaran kertas. Dan beberapa buku. Taehyung langsung mengenali tulisan Ayahnya begitu ia membaca deretan huruf yang mewarnai lembaran kertas tersebut. Tulisan Kim Minjae seakan penuh frustasi. Beberapa coretan abstrak menimpa huruf, seolah-olah Kim Minjae merasa bingung harus menulis apa.

Taehyung merasa emosionalnya meningkat membaca narasi-narasi tersebut. Ia mendeham sejenak kala susah menelan liurnya. Tenggorokannya tercekat. Kim Minjae itu ... Taehyung membencinya. Tapi tak dapat dipungkiri, ia sekaligus merindukannya.

Sekon selanjutnya, Taehyung sudah menemukan sebuah buku tebal. Buku tulis. Di depannya tertulis Laporan, Kim Minjae, bersampul hitam. Taehyung membuka buku catatan tersebut dengan segenap perasaan gundah yang menggerung-gerung di hati.

Laporan pertama, Kim Minjae

Kapten, aku tidak pernah menulis seperti ini sebelumnya. Tapi baiklah, akan aku jabarkan apa saja yang kudapat hari ini.

Hari ini Kim Namjoon akan mengirim 2 ton narkoba beda jenis menuju Hongkong dengan jalur laut. Kapal diperkirakan akan berangkat pukul dua pagi. Ah, sial, aku tidak tahu harus menulis apa lagi.

Ya, pokoknya kalau ingin melakukan penangkapan, bersiaplah nanti malam. Aku akan membantu sebisaku di dermaga utara.

"Kenapa Ayah menulis laporan untuk mereka?"

Taehyung menemukan kebingungan. Ia mengerutkan dahi tak paham, sembari tangannya menggulir halaman selanjutnya. Kenapa ayahnya repot-repot menulis laporan seperti ini? Kenapa Kim Minjae mengkhianati Kim Namjoon?

Laporan ke-empat.

Kim Namjoon bersama dengan Jung Hoseok melakukan pertemuan penting di sebuah hotel. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan, namun Kim Namjoon tidak lama berada di sana. Dia keluar lima belas menit kemudian, lalu pergi dari hotel setelah itu. Dan .... Aku berhenti mengikutinya karena aku lapar.

Taehyung menggulir halaman selanjutnya, selanjutnya, dan seterusnya.

Semua buku tersebut berisi laporan-laporan mengenai kegiatan Organisasi Deonggido. Kim Minjae menulis semua di sana, tanpa terkecuali. Laiknya seorang intel, Kim Minjae mengamati dan melaporkan semuanya.

Taehyung mengela napas. Sepenuhnya menyandarkan kepala ke sandaran mobil. Ia mengambil napas dalam dan mengembuskan perlahan. Semua terasa rancu bagi Taehyung. Kenyataan bahwa Kim Minjae diam-diam melaporkan semua kegiatan Deonggido kepada pihak berwenang secara rahasia, kian membuat benaknya bertanya-tanya.

Kenapa Kim Minjae bekerja sama dengan pihak kepolisian?

Kenapa Kim Minjae diam-diam menusuk Kim Namjoon dari belakang?

Ada apa ini sebenarnya?

Buku ditaruh begitu saja di jok samping. Taehyung kembali mengulik isi tas di pangkuannya, sesaat kemudian dia menemukan sebuah surat beramplop putih panjang. Di sampulnya, terdapat beberapa kata bertuliskan nama.

The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang