Bagian 34

154 16 0
                                    

Sungkyung memperlihatkan rumah- rumah rekomendasinya di atas meja, tepat di hadapan Namjoon yang termenung. Namjoon duduk di sofa single dengan setelan jas hitam mahal membalut kemeja hitamnya, bersilang kaki dan menatap foto-foto rumah rekomendasi Sungkyung tidak minat. Pikirannya mengawang tentang pembicaraannya lewat telepon dengan Taehyung beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Sungkyung merasa sukar untuk melanjutkan foto-foto yang masih di tangannya melihat Namjoon yang sama sekali tidak berminat. Ia sejenak melirik Hoseok yang berdiri tegap di samping Kim Namjoon. Pria itu juga meliriknya, namun tak mengatakan apa-apa.

“Aku masih memiliki beberapa rekomendasi tempat untukmu, Pak. Seperti di Yunani; pihak kami sudah menghubungi mereka mengenai penginapan di sana, dan mereka akan menghubungiku nanti.” Sungkyung memulas senyum, mencoba menarik Namjoon dari lamunan. “Anda tertarik yang mana, Pak?”

Namjoon melirik. “Bagaimana dengan Joseph?” ia mengajukan pertanyaan lain, sama sekali tak tertarik dengan pembicaraan tentang rumah.

Sorry, Sir?” Sungkyung mengerdip oleh perubahan topik yang cukup ekstrem. Tapi, ia segera membiasakan diri. Ia menjawab, “Pihak Joseph setuju mengenai perpanjangan waktu yang aku ajukan pada mereka. Batas perpanjangan waktu yang disepakati adalah satu minggu.”

“Bagaimana dengan satu minggu, Hoseok?”

Hoseok mengangguk. “Waktu yang cukup, pak. Para pekerja sudah bergerak cepat untuk saat ini.”

Namjoon bergumam samar. Cukup puas dengan apa yang mereka katakan.

Tapi, setelah itu, pembicaraan tentang rumah yang akan dipesan untuk Kim Taehyung tak lagi dibicarakan.



•••

Taehyung terburu keluar dari dalam kantor ke pelataran parkir untuk menghampiri seseorang yang sudah membuatnya resah hari ini.

Melihat Taehyung yang menghampiri dengan langkah cepat dan tatapan serius, detektif Lee menghentikan niatnya untuk masuk ke dalam mobil. Menunggu Taehyung datang dengan tatap seringai di bibir. Ia mendebam pintu pelan, bersandar pada pintu mobil dengan tangan terlipat di dada angkuh.

“Apa ini?” detektif Lee tersenyum culas. “Sekian lama kau hilang, sampai kupikir kau sudah mati ikut ayahmu, sekarang kau beralih jadi polisi?”

Taehyung berdiri di hadapan detektif Lee. Mengabaikan omong kosong pria itu, ia bertanya hal lain. “Apa yang kau bicarakan dengan kapten Kim?”

“Santai, Kim Taehyung. Kita sudah lama tidak bertemu. Bagaimana kalau kita bicarakan di kedai minum? Kita bisa mengobrol santai di sana.”

Dari dulu hingga sekarang, tak kurang sedikit pun rasa kebenciannya untuk pria berengsek di depannya ini. Pria ini sudah mengacaukan hidupnya, mengobrak-abrik pertahanannya, membuatnya menjadi bulan-bulanan para bajingan karena polisi berengsek ini mengikutinya ke mana pun dengan suara lantang nan lancang bertanya di mana Kim Minjae berada. Bahkan saat di tempat umum pun, mereka terus bertanya. Seolah-olah ia menyembunyikan Kim Minjae di saku sehingga mereka bisa menemukannya dengan mengikutinya ke mana pun.

Terputusnya jalur hubungan antara pria ini dengannya setidaknya membuat hidup Taehyung sedikit tenang. Namun, hari ini, kala melihat detektif Lee muncul di kantor polisi tempatnya bertugas dan bertemu dalam sebuah obrolan panjang dengan Kim Seokjin sontak menimbulkan denyut tanya dalam sanubarinya.

“Setelah mengacaukan hidupku dulu, kau berniat untuk mengacaukannya lagi, sekarang?” Taehyung bertanya pelan, dengan nada rendah dan mata tajam menusuk.

The TruthNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ