Bagian 2.

555 57 10
                                    

Taehyung diam memandangi figura foto Kim Minjae yang dipasang di depan bersamaan dengan dupa serta bunga-bunga berwarna putih yang menghiasi sekitar foto tersebut dengan tatapan kosong. Wajah Taehyung bengkak akibat terlalu banyak menangis. Di sekitar kelopak matanya merah. Taehyung tidak peduli dengan penampilannya yang terlalu acak-acakkan. Air matanya tidak mau berhenti, bahkan ketika ratusan kali ia menyekanya, air matanya terus datang bergerombolan menyerang pipi.

Hari ini hari kremasi Kim Minjae. Setengah hari semenjak acara dimulai, tamu yang datang pun bisa dihitung jari. Kim Minjae tidak punya sanak saudara untuk Taehyung kabari, atau punya, tetapi Taehyung tidak tahu keberadaan mereka. Ia menyeka basah di pipinya, mendongak dan mengela napas keras. Taehyung mengutuk Kim Minjae di dalam hatinya karena telah membuatnya menangis begitu banyak.

Padahal dulu, Taehyung selalu mengutuk Kim Minjae agar cepat mati dan tidak jadi manusia merepotkan.

Dulu, Taehyung menyumpah serapah Kim Minjae, berharap pria itu tertabrak mobil atau jatuh ke jurang sekalian ketika para polisi menggedor unit rumah susunnya di malam hari untuk menanyakan keberadaan pria itu.

Taehyung selalu mengumpat dan merasa kesal kepada Kim Minjae ketika orang-orang mulai merundungnya. Mengatainya anak preman atau pun anak dari gangster.

Taehyung berhenti menerima hadiah dari Kim Minjae di hari ulang tahunnya yang ke dua puluh. Berkata bahwa ia tidak butuh pria sialan itu dan menyuruh Kim Minjae untuk tidak menghubunyinya lagi.

Dendam Taehyung terlampau besar melebihi rasa sayangnya pada pria itu. Kim Minjae meninggalkannya bersama Sang Ibu serta setumpuk hutang yang tidak ada habisnya. Sementara itu, Kim Minjae sibuk bermain dengan jalang-jalangnya, mabuk, berjudi, narkoba dan berbagai aksi kriminal lainnya. Ketika itu Taehyung baru berusia tiga belas tahun. Kim Minjae tidak pernah datang untuk melihat keadaannya dan Sang Ibu. Bahkan ketika Ibunya sekarat karena terlalu lelah bekerja hingga meninggal, Kim Minjae tidak datang di acara kremasi istrinya sendiri. Taehyung sangat membenci pria itu. Bersumpah bahwa Kim Minjae adalah orang yang paling dibencinya di dunia ini.

Kemudian ketika usia Taehyung tepat mencapai delapan belas, Kim Minjae datang padanya. Dengan setumpuk uang dan hutang-hutang yang pria itu lunasi. Kim Minjae merayu Taehyung, meminta maaf dengan tulus dan menjanjikan hidup yang lebih baik.

Ketika itu, seluruh kebenciannya kepada pria itu meluap. Taehyung mulai memanggil Kim Minjae sebagai 'Ayah'. Taehyung mengira Ayahnya memang benar-benar akan memperbaiki keadaan mereka.

Akan tetapi satu tahun setelahnya, muncul berita buronan nasional di televisi. Kim Minjae masuk dalam daftar tersebut. Dunia Taehyung kembali runtuh, atau mungkin, lebih parah dari sebelumnya. Kim Taehyung berusaha menghubungi Kim Minjae, namun tidak pernah tersambung. Nyaris setiap hari polisi datang dan menanyakan di mana Kim Minjae berada.

Kim Taehyung muak.

Kim Taehyung tidak tahu di mana pria itu berada, namun polisi terus saja bertanya padanya.

Kabar merebak luas seperti virus. Murid-murid sekolah tahu bahwa Kim Minjae adalah Ayah Kim Taehyung. Mereka mulai merundung, mencelanya sebagai anak preman dan sampai menyuruhnya mati. Taehyung bahkan sampai harus berhenti sekolah karena terlalu muak.

Pada saat ulang tahunnya, Taehyung melihat beberapa kotak hadiah serta bunga di depan unit rumah susunnya. Ada notes yang tertulis di sana.

The TruthWhere stories live. Discover now