bagian 40

165 21 8
                                    

Kim Taehyung datang ke rumah sakit saat jam menunjukkan pukul 2 pagi lewat. Suasana rumah sakit lengang, tak ada sesiapa pun yang menjaga meja resepsionis, jadi Taehyung langsung masuk ke dalam lift dan menuju lantai yang sebelumnya diberitahukan Jeon Jungkook lewat pesan telepon.

Bau antiseptik, suasana biru, abu, penuh harapan, menemani Taehyung semakin langkahnya menuju Ruang Gawat Darurat. Dia berjalan lurus, kemudian ke arah kiri. Lalu, langkahnya berhenti.

Ada Jeon Jungkook yang duduk gelisah di kursi panjang dekat pintu bercat putih yang tertutup rapat. Taehyung membuang napas kasar, berusaha menenangkan diri dan bersiap untuk akting. Ia perlahan jalan mendekati Jeon Jungkook. Suara langkah kakinya yang berbalut sepatu konvers tak dipakai sempurna, membuat Jungkook lebih dahulu sadar akan keberadaannya sebelum Taehyung sempat menyapa.

"Bagaimana keadaan Kapten Kim?" tanya Taehyung.

Jeon Jungkook menggeleng lemah, lalu membuang napas kasar. "Masih belum pasti. Dokter sedang berusaha menyelamatkan nyawanya."

Taehyung mengangguk pelan. Ia mendudukkan diri di bangku, berseberangan dengan Jeon Jungkook. Taehyung memutuskan untuk tutup tutup mulut. Matanya sesekali melihat ke arah pintu yang sampai kini masih tertutup rapat. Sejenak keheningan menyelimuti keduanya. Taehyung bisa merasakan segala rasa campur aduk sampai ketakutan yang sedang memeluk Jungkook saat ini.

"Dia bersamaku sebelumnya, menikmati soju dan dia tampak sangat gelisah. Kantung matanya, pakaian kusutnya, dan dia sudah berbau alkohol saat aku tiba menemuinya." Jeon Jungkook melirik Taehyung sebelum melanjutkan. "Aku bahkan mengantarnya pulang, melepas sepatu dan kaus kakinya agar dia bisa tidur nyenyak. Aku tidak menyangka ini terjadi pada Kapten Kim."

"Aku curiga Kim Namjoon terlibat, tapi tidak tahu untuk alasan apa." Jeon Jungkook bersuara lagi. Ia menumpu siku di masing-masing lutut, mengusap mukanya kasar. Air muka Jeon Jungkook kusut dan ia tampak sekali kelelahan. "Kita pasti bisa menangkap pelakunya, detektif Oh. Petugas berhasil menemukan sidik jari dan DNA pelaku. Kapten Kim menembak pelaku di lengan."

Saat itulah, sesuatu terasa mengalir di sepanjang lengannya. Taehyung menatap telapak tangannya yang berlumur darah, lalu tercenung melihat tetesan darah di lantai rumah sakit. Ia menginjak tetesan darah tersebut, juga menyembunyikan telapak tangannya di dalam saku jaket. Sengatan rasa sakit yang ia rasakan membuatnya mengerang menahan sakit.

"Detektif Oh, kau tidak apa-apa? Kau tampak pucat sekali."

Ketika Taehyung mendongak, Jeon Jungkook menatapnya dengan tatapan kuatir. "Tidak apa-apa. Aku hanya sedikit lelah dan kurang tidur." Taehyung mencoba tersenyum untuk menutupi kegelisahannya.

"Ah, soal itu ... Maaf karena meneleponmu larut malam." Jeon Jungkook meringis.

Taehyung tersenyum.

Percakapan berhenti kala pintu ruangan terbuka dan dokter keluar bersama brankar di mana Kim Seokjin terbaring menutup mata. Brankar tersebut di dorong oleh dua orang perawat laki-laki dan seorang dokter, sementara satu perawat perempuan memegang kantung infus. Jeon Jungkook secara otomatis berdiri, begitu juga dengan Taehyung.

"Bagaimana keadaannya?"

"Kondisinya sudah stabil, kami akan memindahkannya ke ruangan unit intensif agar kami bisa memantaunya," ujar dokter laki-laki tersebut.

The TruthOnde histórias criam vida. Descubra agora