Bagian 7.

284 30 6
                                    

Pada akhirnya, Taehyung memilih untuk terus melangkah. Ia membiarkan dirinya berada di jurang putus ada dan amarah, dari pada harus berbalik lalu tidak tahu apa-apa. Ia menemui Kim Namjoon lagi kala itu selepas latihan selesai, diantar Jung Hoseok yang semakin bersikap tidak suka padanya. Kendati demikian, Taehyung terlalu cuek untuk peduli, maka dibiarkannya pria itu menuntunnya pada pertemuan yang sama.

Di sofa mewah, Kim Namjoon mengisap cerutunya sembari sesekali menyesap sampanye miliknya. Pakaian pria itu sama monotonnya seperti kemarin-kemarin. Bahkan di ruangan pribadinya pun, Kim Namjoon tetap memakai jas mahalnya.

Seperti sudah mengetahui kedatangan Taehyung di ruangan, Kim Namjoon menunggu di sofa dengan beberapa lembar dokumen beserta barang yang kemarin malam siapkan. Taehyung belum mengatakan maksudnya, tetapi Namjoon sudah membacanya. Mempersilakan Taehyung duduk seperti sebelumnya, hanya saja, kini Kim Namjoon menuangkan sampanye ke dalam gelas kosong sampai terisi setengah untuk kemudian disodorkan untuk Taehyung.

"Kau pernah minum alkohol?"

Taehyung mengangguk. Tentu saja ia pernah. Usianya sudah legal untuk melakukan hal semacam menenggak sebotol soju langsung dari botolnya. Maka dari itu ia menerima tanpa ragu gelas berisi sampanye, kemudian menenggaknya dalam satu kali tegukan. Sebuah tingkah impulsif yang langsung mengakibatkan tenggorokannya terbakar panas dan sesuatu dalam tubuhnya berdesir. Taehyung terbatuk beberapa kali, dan Kim Namjoon terkekeh sambil kembali mengisi gelas kosong Taehyung.

"Tidak seperti soju, kau harus minum ini perlahan. Nikmati sensasi dari setiap tetes sampanye yang mengalir di mulutmu. Aku menyiapkannya untuk obrolan panjang." Kim Namjoon terkekeh melihat Taehyung yang salah tingkah. "Sebelum kau mau membalas dendam, kau harus tahu dunia apa yang Kim Minjae tinggali sebelumnya."

Air muka Kim Namjoon kembali serius selama seperkian detik kemudian. Ia mengambil batang rokok baru, kemudian menyodorkannya tepat di depan mulut Kim Taehyung. Meski ragu-ragu pada awalnya, Taehyung tetap menerimanya. Membiarkan Kim Namjoon membakar ujung rokok itu sampai tersulut, lalu ia mengisapnya pelan.

Tidak butuh waktu lama untuk Taehyung melepaskan batang rokok tersebut dari mulutnya. Ia terbatuk hebat. Dahinya mengernyit. Taehyung tentu pernah merokok. Saat di masa-masa SMA pun, ia kerap kali mencuri-curi waktu untuk mengisap satu batang rokok di toilet agar tak ketahuan guru. Taehyung masih ingat dengan jelas rasanya. Namun, batang rokok yang diisapnya barusan berbeda. Taehyung tidak pernah merasakannya sebelumnya. Ujung lidahnya terasa pahit.

"Itu marijuana," ucap Kim Namjoon, enteng.

Taehyung menatap pria itu dengan mata membola kaget, kemudian beralih atensi pada batang rokok yang masih menyala di tangannya. Marijuana, katanya? Dan pria itu mengatakannya seolah itu adalah barang biasa. Oke, Taehyung mengerti di dunia yang mereka tinggali; di mana narkoba beredar bebas di mana-mana, sana-sini menyelipkan rokok ganja di sela bibir. Namun, untuknya yang masih awam, itu tentu saja hal yang mengejutkan.

"Ayahmu yang membuatnya. Dia mengisapnya untuk pertama kali, lalu mengatakan produk ini akan melejit di pasaran karena rasanya. And gotcha!" Kim Namjoon tersenyum miring. "Banyak konsumen yang terus menagih rokok ini, bahkan setelah si pembuatnya sudah tidak ada lagi. Semua berkat ide cemerlang Ayahmu."

Taehyung tercenung. Tidak mampu berkata apa-apa. Matanya tetap memperhatikan batang rokok di apitan jemarinya yang lentik. Lagi-lagi fakta mengejutkan tentang Kim Minjae membuatnya tidak tahu harus bagaimana.

"Nanti malam, ikut denganku. Kau akan melihat bagaimana pekerjaan Ayahmu selama ini."

Taehyung masih bungkam.

The TruthWhere stories live. Discover now