Bagian 9

218 26 0
                                    

Ps. 4k word ... and more.

Operasi penangkapan Hong Jisoo berhasil meski ricuh sana-sini. Pria itu dibawa menggunakan mobil polisi yang baru saja datang untuk meringkus Hong Jisoo menuju kantor. Para pengunjung dibubarkan paksa. Penjaga-penjaga ikut serta ke kantor polisi untuk melakukan interogasi.

Park Jimin dan Kim Jisoo menepuk pundak Jungkook, mengangguk pamit pada Kapten Kim, lalu ikut dalam rombongan.

Suara sirine meraung-raung malam itu. Mengantarkan panik dan rasa penasaran para penduduk. Bahkan ketika mobil polisi telah melaju cepat, hilang, telinga Jungkook masih dapat mendengar suara sirine yang memekakkan telinga.

Kening Jungkook mengkerut bingung hanya mendapati Seokjin sendiri dari operasi malam ini. Ia ingin bertanya perihal hilangnya Choi Yeonjun, namun melihat Kaptennya yang sibut buat Jungkook merapatkan mulut.

Setelah keadaan mulai meregang tidak sibuk seperti sebelumnya, Jungkook bertanya, "Di mana Choi Yeonjun?"

"Ah, anak itu ...," kening Kim Seokjin mengerut, ia memijatnya sambil mendesau sedih, "misi ini tidak berjalan lancar. Para penjaga mengetahui bahwa kami polisi dan menyerangku dan Yeonjun. Bocah itu terluka parah dan langsung dibawa ke rumah sakit."

Jungkook diam sejenak. "Apa sangat parah?"

"Perutnya terkena tusukan pisau. Aku tidak tahu seberapa parahnya, tapi dia mengeluarkan banyak darah. Aku akan menjenguknya setelah ini, kau mau ikut?"

Kepalanya mengangguk, "aku ikut." dan ia melontarkan pertanyaan lain. "Lalu para polisi ini?"

"Ah, itu ...," Kim Seokjin tersenyum, "Atasan menyuruhku untuk membawa beberapa polisi untuk berjaga-jaga kalau ada hal diluar rencana. Seperti penyerangan itu, contohnya."

Dan Jungkook mengangguk lagi. Mengerti. Sesaat, Jungkook meneliti wajah tampan milik Ketua Timnya yang kini berhiaskan lebam. Sudut bibir pria itu robek; percik darah tertiggal di sana, tulang hidungnya retak, juga pelipisnya lebam. Kim Seokjin masih bisa mengkuatirkan orang lain disaat dia sendiri terluka. Itu terkadang membuat Jungkook merasa jengkel sekaligus kagum. Di mata hitamnya yang jernih, Kim Seokjin tampak begitu mempesona dengan kebijaksanaannya. Jungkook sudah bekerja bertahun-tahun dengan Kim Seokjin, dan pria itu sama sekali tidak berubah. Bahkan saat dia masih jadi anggota tim, sampai Ketua Tim, Kim Seokjin tetap sama. Selalu prioritaskan orang lain di atas kepentingannya sendiri.

Lamunan Jungkook terpecah saat Kim Seokjin menepuk pundaknya, mengajaknya agar segera masuk ke mobil dan keluar dari area kelab. Jungkook mengikuti. Merebut kunci mobil sedan hitam itu untuk ia kendarai dan mengedikkan dagu, memerintah atasannya untuk duduk nyaman di kursi penumpang. Kim Seokjin mendengus, tapi menurut.

"Kita akan ke rumah sakit," kata Jungkook sambil membelokkan stir menuju jalan raya.

"Oh, iya. Kita perlu melihat keadaan Yeonjun." Kim Seokjin mengangguk setuju.

"Bukan untuk itu."

"Lalu?"

Jungkook menelengkan kepala, menatap atasannya yang juga menatapnya. Sekejap kemudian Jungkook memfokuskan pandangannya pada jalanan di depan. "Untuk mengobati lukamu."

"Aku tidak apa-apa, padahal. Hanya sedikit lebam."

"Katakan itu pada darah yang menetes di hidungmu."

"Oh, shit!"

Kim Seokjin mendongak. Menyeka hidung menggunakan tangannya. Darah kental baru saja keluar dari lubang hidungnya. Jungkook menarik beberapa lembar tisu di atas dashboard mobil, memberikannya kepada Kim Seokjin tanpa melirik pria itu. Kim Seokjin menerimanya, berucap terima kasih sambil mengelap lubang hidungnya. Ia memelintir tisu dan menyumbat hidungnya menggunakan tisu. Semata-mata agar aliran darah tersumbat di dalam.

The TruthWhere stories live. Discover now