Bagian 43

142 24 4
                                    

Bau cairan antiseptik yang menusuk hidung membuat kernyitan di kening Taehyung timbul. Ia buka sedikit matanya, sekejap kemudian kembali ditutup kala lampu di atas kepala terasa sangat menusuk; rasanya kepalanya dipukul oleh palu godam sehingga pening luar biasa merajam kulit. Taehyung mengerang.

Rumah sakit bukanlah hal yang disukai Taehyung. Ia tidak suka keramaian, tidak suka bau antiseptik, juga tidak nyaman berada di sekitar sini; tapi hanya untuk menggerakkan anggota badannya pun rasanya sukar sekali. Tubuhnya seakan dipaku di ranjang dan membuatnya tidak bisa ke mana-mana. Napasnya mulai terengah-engah, ia coba kembali buka mata dan setengah terkejut mendapati wajah seorang perempuan tepat di depan matanya.

Taehyung mengernyitkan dahi, merasa tidak kenal dengan perempuan ini. Ia ingin bersuara, namun frasa yang tertahan di sanubarinya sulit dikeluarkan.

Seolah-olah tahu maksud kegelisahan Taehyung, perempuan ini menarik sudut bibirnya dan meletakkan telunjuk tepat di depan bibirnya sendiri; memberi isyarat supaya Taehyung diam. "Aku akan membantumu keluar," katanya, nada suaranya pelan, berbisik.

Kemudian perempuan ini menegakkan tubuh, membuka sedikit tirai yang sedari tadi menutup mereka berdua. Spontan Taehyung memejamkan mata kembali, bersikap seperti dia belum sadar. Jari jemari tangan kanannya meremas selimut, Taehyung baru sadar kalau pergelangannya diborgol. Sial sekali, pikirnya, ia tidak bisa keluar dari sini dengan mudah. Maka satu-satunya cara adalah ikut cara perempuan ini.

"Mungkin karena efek obat bius yang terlalu kuat, dia masih belum sadar. Kalian bisa ke sini lagi saat pasien sudah sadar," kata perempuan itu.

Telinga Taehyung terpasang lebar, mendengarkan saksama kejadian di sampingnya; tidak ada suara langkah sepatu menjauh. Ia menebak-nebak siapa yang menjaganya sekarang; Park Jimin? Kim Jisoo? Jeon Jungkook? Atau mungkin ketiganya?

"Baiklah, kalian boleh di sini asal tidak mengganggu pasien lain beristirahat." Kemudian, ketukan sepatu hils tinggi menjauh pergi. Perempuan itu pergi, Taehyung mengepalkan tangan, mencoba untuk tenang.

Adalah sebuah ketidakpastian akan sikap yang mereka tunjukan yang Taehyung dapatkan. Ia benci menebak apa yang sedang mereka lakukan sekarang, berada tidak jauh dengannya. Siapapun di ruangan tidak ada yang bicara dan hening dibiarkan untuk menginvasi ruangan ini. Kucuran pendingin ruang, denting-denting jarum jam; logika Taehyung seolah dibuat mati. Ia harus segera keluar dari sini sebab waktunya tak banyak, namun beribu kali pun Taehyung pikirkan cara paling masuk akal untuk kabur, logikanya menentang. Semua tidak masuk akal. Apa lagi dengan keadaan badannya yang jauh dari kata sembuh, ia tak yakin bisa berlari cepat menghindari mereka.

Keheningan terpecah sesaat kemudian sebab dering ponsel terdengar, lalu diikuti langkah kaki menjauh. Siapa yang pergi? Taehyung menggigit pipi dalamnya. Tidak lama setelahnya suara pijak langkah kaki kembali mendekat.

"Dokter bilang Kapten Kim sudah sadar." Itu suara Jungkook, terdengar lega di telinganya. "Aku pergi sebentar. Kalian tunggu saja di luar, lagipula dia belum sadar."

Pijakan langkah kaki terdengar menjauh. Satu pasang, tak lama setelahnya diikuti kaki lainnya. Taehyung pastikan mereka semua sudah keluar ruangan dan baru habis itu matanya terbuka. Taehyung mengela napas panjang demi kondisikan dentum jantungnya, tanpa buang-buang waktu lagi ia berusaha membuka borgol yang mengikat pergelangan tangannya. Sebuah tingkah impulsif yang dilakukan oleh Taehyung sebabkan pergelangan tersebut memar dan lecet. Umpatan pelan terdengar dari bilah bibirnya, penyebabnya tak lain karena sangat sulit untuk lepaskan diri.

Derit pintu ruangan didorong terbuka tiba-tiba buat ia menjengit terkejut. Mata melotot, namun sejurus kemudian hela napas tatkala yang masuk adalah perawat perempuan tersebut. Langkah kakinya hati-hati dekati ranjang Taehyung, dia keluarkan jepit rambut dari surainya dan membantu Taehyung melepaskan borgol. Perempuan ini seperti seorang profesional ketika berusaha membobol borgol tersebut.

The TruthWhere stories live. Discover now