Bagian 6.

282 36 7
                                    

Cw; rape, violence.

Kim Taehyung berdiri dengan semua sisa tenaganya, terseok-seok merambat di dinding, namun kembali ambruk ke lantai. Ia merasa pusing luar biasa sesaat setelah meneguk minuman yang diberikan Kim Mingyu. Matanya berkunang, keringat mengalir membasahi tubuhnya sampai lengket. Seluruh hal yang ada di pandangannya menjadi semu.

Sialan, pikirnya.

Betapa polosnya ia yang tanpa curiga mennggak nyaris tandas keseluruhan isi botol itu. Merasakan sirkulasi tubuhnya yang tiba-tiba tidak normal, panas,  otaknya berjalan cepat untuk mengetahui bahwa Kim Mingyu memasukkan sesuatu ke dalamnya.

Taehyung meringis-ringis di sudut ruangan. Ia masih berada di gudang, sendirian, selepas membersihkan ruang pertandingan dan menaruh alat bersih- bersih di gudang penyimpanan, namun tak bisa keluar karena seluruh tubuhnya lemas. Taehyung hanya berharap tidak ada sesiapa pun yang masuk ke dalam sini dan melihatnya dalam keadaan seperti ini.

Terlebih Kim Mingyu.

Pria itu, Kim Mingyu, dengan praktis masuk ke dalam daftar hitamnya untuk ia balas nantinya.

Akan tetapi, harapan tinggal harapan. Nasi sudah menjadi bubur. Tuhan terlalu sibuk untuk mendengar doanya, karena derit pintu didorong terbuka bersamaan dengan suara langkah kaki mendekat membuat perasaan Taehyung cemas.

Langkah kaki lebih dari satu orang. Mungkin dua? Atau tiga?

Taehyung berusaha bangkit dari posisinya bersimpuh di lantai. Ia mengerang kecil, berusaha meminimalisir geriknya, sembari memegangi perutnya dan menutup mulut. Air mata menetes dari maniknya. Panas masih merayap di seluruh tubuh seolah ada api yang menggerogoti.

Telinga Taehyung dengan jelas mendengar deru napas mereka, jejak langkah tak sabar, bersemangat, seakan tujuan mereka ke sini adalah menemukannya. Mereka melewati rak-rak, berjalan ke sudut dengan langkah yang dibuat melambat.

Kekehan terdengar.

Itu Kim Mingyu.

Taehyung kenal suara itu.

"Diam. Pelacur itu akan lari terbirit kalau kita gegabah."

Bisikan pria lainnya.

Seo Byeongju?

Taehyung meneguk ludahnya. Merasa sial karena harus terjebak dalam situasi seperti ini. Ia tidak takut sumpah demi mati. Ia tidak takut untuk menghadapi mereka sekaligus. Dengan percaya diri, Taehyung yakin bisa melawan mereka. Akan tetapi, dikeadaannya yang seperti ini; lemah, panas, terengah — Taehyung tak yakin ia akan menang.

Bayangan mereka terlihat di pelupuk matanya. Taehyung harus menelan pil kesia-siaannya yang bersembunyi seperti pengecut, karena dua orang berengsek itu sudah berhasil menemukannya. Kini mereka menatapnya seolah harimau menemukan kelinci terluka.

"Ah, rupanya bersembunyi di sini kau, sayangku."

Seo Byeongju tertawa serak. Di belakangnya, Kim Mingyu terkekeh sembari menaikkan dua alisnya mengejek. Taehyung mengumpat.

Tatkala Seo Byeongju maju mendekat, Taehyung meraba di belakang punggungnya, mencoba mencari sesuatu yang kiranya bisa menjadi senjata. Jari-jarinya menekuk. Ia memaksa tubuhnya mundur ke belakang tatkala posisi Seo Byeongju semakin dekat kepadanya.

"Aku tidak tahan," kata Seo Byeongju. Matanya dipenuhi nafsu. "Pelacur ini terlihat nikmat."

Seo Byeongju merunduk di hadapan Taehyung. Dengan kurang ajar tangannya melingkar di pinggang Taehyung, dan kepalanya terbenam di leher pemuda itu. Taehyung mendongak untuk menolak, namun yang ada, ia seakan memberi akses kepada Seo Byeongju untuk melecehkan lehernya. Taehyung melenguh. Matanya bertatapan dengan Kim Mingyu yang tertawa mengejek.

The TruthWhere stories live. Discover now