Bagian 42

78 14 6
                                    

Mayat Jung Hoseok yang kini sudah pucat, kaku dan dingin tergeletak di tengah-tengah markas Deonggido. Tampilannya cukup mengerikan, lumayan buat Lee Sungkyung bergidik kala melihat pisau yang masih tertancap di dada kiri Hoseok.

Beberapa saat yang lalu, markas dihebohkan dengan penemuan mayat Hoseok. Semua berseru terkejut tatkala para anggota organisasi bermaksu berlatih, menuduh satu sama lain sampai salah satunya berinisiatif memanggil Sang Ketua yang ketika itu baru sampai di markas.

Tidak ada satu pun orang membuka suara. Mereka berdiri tepat di belakang Kim Namjoon yang masih merapatkan mulut saat Jung Hoseok tersaji di depannya dalam bentuk mayat.

Luka yang didapati Jung Hoseok lumayan banyak dan beragam-ragam. Kim Namjoon jelas melihat kelopak mata sekretarisnya itu yang tertutup rapat, bibir pucat membiru, dan dada yang berhenti naik turun.

Lee Sungkyung di sebelah Namjoon menerima dering telepon. Perempuan itu pamit undur diri; mengambil langkah mundur beberapa langkah dan bercakap dengan seseorang di seberang. Helaan napas tipis jadi pemutus telepon, lalu ia kembali berdiri di samping Namjoon.

"Polisi menemukan empat anggota kita yang tidak bernyawa di rumah Kim Taehyung, Pak," ujar Lee Sungkyung, memecah hening. Ada jeda sebentar hanya untuk melirik ekspresi Namjoon yang tidak berubah. "Mereka juga menemukan DNA Jung Hoseok di sana. Kemungkinan besar Kim Taehyung sudah tahu hal yang sebenarnya."

Rapatnya mulut Kim Namjoon dan tatapannya yang tidak berubah secara signifikan membuat banyak yang bertanya-tanya kiranya apa yang sedang dipikirkan pria itu. Embusan napas tipis terdengar dari bibir Namjoon.

"Dia memang sudah tahu dari lama." Teringat oleh memori otaknya ketika si pemuda itu menjawab teleponnya dengan ganjil, yang sialnya ia abaikan. Kim Taehyung lebih pintar dari yang mereka duga. Pemuda itu naif, namun pintar. Kim Minjae sekali. "Taehyung sengaja mengirim jasad Jung Hoseok ke markas sebagai awal untuknya balas dendam padaku, juga membuktikan kalau ia tidak main-main."

"Pak, kita harus bertindak sebelum Kim Taehyung melakukan sesuatu."

Telapak tangan ditelusupkan ke dalam saku celana bahan hitam. Kim Namjoon mengangkat dagu provokatif. Jikalau Kim Taehyung ingin membalas dendam padanya, biarlah dia datang dengan sendirinya. "Biarkan dia melakukan apa yang akan dia lakukan. Biar dia datang ke sini dan menemuiku." Namjoon menarik kecil sudut bibirnya. "Lagipula aku ingin tahu sejauh mana aku menciptakan monster."

Namjoon kemudian berbalik bermaksud pergi, yang seketika kerumunan di belakangnya merespons dengan memberi jalan untuknya. Lee Sungkyung, yang kini jadi sekretaris satu-satunya Kin Namjoon, bergegas ikuti kangkah tegas pria itu. Namjoon berkata disela langkah lebarnya agar Sungkyung menyiapkan upacara mewah untuk Jung Hoseok. Tentu saja Sungkyung mengangguk tanpa tedeng aling-aling.

•••

Taehyung melempar pisau yang sudah ia lepas dari kantung bukti, kemudian dilemparkan ke perairan di bawah. Mata hazelnya mengamati benda lempengan besi itu yang hilang tenggelam seperkian detik ditelan ombak. Ia pun merasakan angin dingin yang berlomba-lomba dengan ombak menampar pipinya, sejenak, ia pejamkan mata dan hirup napas dalam-dalam.

Tujuannya hampir sampai, ia tidak punya waktu panjang lagi untuk putar balik. Ia buang jauh-jauh perasaan meragu yang rengkuh sanubarinya. Misinya untuk balas dendam kepada pembunuh sang Ayah sudah nyaris sampai tujuan. Entah nantinya ia akan berhasil atau tidak, yang terpenting Taehyung sudah mencoba.

Ucapan Jung Hoseok sepenuhnya buat Taehyung sadar kalau ia bukan manusia lagi. Jiwanya terbentuk dari dendam dan amarah yang membuatnya bertahan hingga sejauh ini. Selama ini, Taehyung lepaskan semua keinginan pribadi dan utamakan ambisi. Kalau memang nanti ia mati sebagai monster, setidaknya ia akan bertemu dengan ayahnya di neraka sana.

The TruthWhere stories live. Discover now