Bagian 11

196 26 0
                                    

Hari ini, Jeon Jungkook melakukan interogasi kedua pada Yoon Jeonghan.

Kali ini berbeda. Jeon Jungkook tidak meminta Taehyung untuk menemani di dalam ruang interogasi. Pria itu meminta Kim Seokjin, selaku Kapten Tim, untuk bekerja sama melakukan interogasi. Sementara Taehyung, Park Jimin dan Kim Jisoo berdiri di ruang pengawas, memperhatikan jalanannya sesi interogasi.

"Aku tidak yakin Yoom Jeonghan akan bicara." Kim Jisoo bergumam, namun tak ada yang menanggapi.

Semua sibuk memperhatikan ke depan melalui cermin satu arah. Kim Taehyung melirik Yoon Jeonghan. Laki-laki itu sudah sadar, namun wajahnya masih lebam dan tulang hidungnya bengkak. Dokter yang menangani pria itu bilang bahwa tulang hidung Yoon Jeonghan patah. Taehyung terkesima. Hanya sekali pukulan, pria itu pingsan dan patah hidung.

Itu menunjukkan bahwa Jeon Jungkook bukan lawan yang mudah. Lelaki itu kuat. Badannya besar, lebih tegap dari badan Taehyung yang kurus kerempeng. Tapi ia tidak takut. Sama sekali.

Lima belas menit terlewat.

Kim Seokjin menekan tulang hidungnya yang tinggi. Jeon Jungkook berdecak berkali-kali.

"Begini saja, Detektif," Yoon Jeonghan tiba-tiba mencondongkan tubuh. Matanya tampak awas, memperhatikan sekitar barangkali ada yang mendengar pembicaraan mereka, kemudian ia menatap dua orang di hadapannya serius, "bagaimana kalau kita buat kesepakatan?"

Kim Seokjin berhenti mengusap tulang hidungnya. Memberi atensi penuh pada Yoon Jeonghan. Sementara Jeon Jungkook menaikkan sebelah alisnya. Di luar, baik Kim Jisoo maupun Park Jimin mencondongkan punggung, mendekat ke kaca seolah mereka bisa mendengar pembicaraan itu dari sana. Taehyung mendengkus sambil bersedekap dada. Dasar orang bodoh. Bukankah mereka juga bisa dengar tanpa harus susah-susah begitu. Telinga Taehyung ditajamkan.

"Apa maksudmu?" tanya Kim Seokjin.

"Kita buat kesepakatan, bagaimana?" Yoon Jeonghan menaikkan dua alis tebalnya.

"Kesepakatan apa?"

"Begini," Yoom Jeonghan mendehem sebelum mulai bicara, "aku akan memberikanmu beberapa informasi penting tentang narkoba itu. Sebagai timbal baliknya, kau harus melepasku dan berjanji tidak akan membocorkan informasi ini."

Jungkook tertawa remeh. "Bagaimana kami bisa melepasmu sementara kau tertangkap basah jadi pengedar narkoba."

"Oh, ayolah ...," Yoon Jeonghan berdecak, "ini informasi yang sangat penting. Kalian harus berkorban sedikit untuk mendapatkannya."

Senyap merayap. Tidak ada yang bicara. Jungkook pun tak lagi menyahut. Sementara Kim Seokjin, yang duduk di sebelahnya, tampak berpikir keras mempertimbangkan kesepakatan itu.
Keheningan juga merambat ke ruang pengawas. Kim Jisoo, yang biasanya selalu menggerutu, pun diam. Park Jimin diam, namun rautnya tak terbaca.

Alis Taehyung mengerut. Yoon Jeonghan cukup pandai membuat kesepakatan.

Beberapa lama kemudian, helaan napas terdengar. Kim Seokjin pelakunya. Pria itu menatap Yoo Jeonghan. Dari cara Kim Seokjin bertingkah, Taehyung tahu kesepakatan itu akan berakhir ke mana. Tentu saja, para polisi ini akan setuju untuk melepaskan Yoom Jeonghan, menukarnya dengan informasi yang disampaikan pria itu.

"Kau akan membusuk di penjara kalau kau tidak jujur."

Kan, benar. Taehyung mendengus dalam hati. Keputusan itu sebenarnya terlalu naif. Bisa saja Yoon Jeonghan mengasal informasi, dikarangnya sendiri. Begitu Yoo Jeonghan menukar kebebasannya dengan informasi yang tidak jelas, barulah mereka kelimpungan sendiri.

Bajingan memang begitu. Mereka akan melakukan segala cara untuk mendapat satu atau dua hal yang ingin mereka capai. Entah itu caranya benar atau salah.

Termasuk dirinya.

The TruthWhere stories live. Discover now