Bagian 41

101 14 2
                                    

Kim Namjoon berada di depannya; duduk tenang dan mulut tertutup rapat. Total dua puluh menit Jungkook habiskan waktu berharganya cuma untuk mendapat sebuah jawaban atas pertanggung jawaban pria itu terhadap kematian seseorang; Kim Mingyu. Foto-foto berupa barang bukti yang berhasil ditemukan di-TKP terpapar secara telanjang di atas meja, tapi untuk meliriknya sedikit pun Kim Namjoon enggan. Jungkook mengerang keras dan menyandarkan punggung di kursi.

"Meski barang bukti sudah jelas merujuk kepadamu semua kau masih tak mau mengakui kesalahanmu?" Jungkook mendengus, nyaris membalikkan meja kalau saja kontrol diri tak bisa lagi membaja emosinya.

Kim Jisoo yang berdiri bersandar pada dinding pun tak kalah emosi. Dirinya sudah lelah dilibas pekerjaan yang tak ada habisnya, bertahun-tahun bergelut dengan kasus Kim Namjoon yang licin menghindar, namun saat ini malah seenaknya mempermainkan dia dan teman-temannya. Kim Jisoo yang bersumbu pendek setidaknya bisa menendang wajah Namjoon dengan kalau saja Park Jimin di ruangan pengawas tak berisik di-alat komunikasi menyuruhnya menahan diri. 

"Klien-ku berhak untuk tidak menjawab pertanyaan apapun yang menyudutkan darimu," celatuk Lee Sungkyung, selaku asisten sekaligus pengacara Namjoon. "Tuan Namjoon memiliki hak untuk diam."

Ruangan menjadi hening seketika. Tidak ada salah satu dari mereka yang membuka mulut demi memecahkan keheningan. Kendati demikian, netra Kim Namjoon masih tetap memandang Jungkook dengan tatapan tak terbaca.

Sekian menit selanjutnya barulah keheningan terpecah kala kenop pintu diputar terbuka menimbulkan suara kecil, dan Kim Taehyung masuk ke dalam. Saat itu, mudah bagi Namjoon untuk mengalihkan pandangan; menatap Taehyung yang melangkah mendekat dan berhenti di sebelah Jungkook seolah-olah pemuda itu tahu kali ini berpihak pada siapa ia.

"Kau habis dari mana?"

Pertanyaan Jungkook untuk Taehyung bahkan sama sekali tak mengusik Namjoon untuk sekadar memalingkan atensi.

"Kenapa lama sekali? Kau tidak apa-apa?"

Percakapan mereka berdua berlangsung seolah tidak ada siapa-siapa di dalam ruang interogasi. Namjoon berada di sana diam mengawasi gerik keduanya; Jungkook menatap Taehyung penuh kekuatiran secara terang-terangan , sementara si pemuda satunya bersikap nyaman; Namjoon terkekeh dalam hati tatkala melihat diri Taehyung yang baru ini, seperti bukan Taehyung pada hari biasa mereka bercakap-cakap.

Kemudian pandangannya turun ke bawah, lantas mengernyit melihat telapak tangan Taehyung yang dibalut dengan perban. Namjoon menebak bila pemuda itu asal melibatnya untuk cepat sampai ke sini, sebab lelehan darah merembes di sana.

"... Tuan Kim Namjoon, Anda mendengar saya?"

Kesadaran Namjoon kembali. Ia menggeser atensi pada Taehyung yang kini sepenuhnya memberi perhatian kepadanya. Pemuda itu menggeser foto bergambar pisau penuh darah yang tergeletak di atas tanah; Namjoon hanya meliriknya dan segera tahu bila pisau itu miliknya sendiri, lalu Taehyung menggeret satu foto lagi ke hadapan Namjoon; bergambar Kim Mingyu yang mati berlumuran darah.

"Tim olah TKP menemukan sidik jari Anda di pisau ini, jadi Anda tidak bisa mengelak lagi. Semua bukti mengarah pada Anda," ucap Taehyung. Lantas ia berdiri tegak, menatap Namjoon tajam dan pandangan mata yang asing. "Kenapa ...," ada jeda dalam kata-katanya, Taehyung menyusun frasa dalam sanubarinya agar tak sumbang ketika diucapkan, "kenapa Anda melakukannya?"

Ada makna ganda dalam kalimat Taehyung. Terlalu ambigu. Namjoon mengangkat pandangan, kemudian tercenung melihat kilat asing di hazel itu.

"Kenapa kau membunuhnya?" tanya Taehyung lagi.

Melihat Kim Namjoon diam tak menjawab, Lee Sungkyung berpikir kalau pria itu merasa terpojokkan. Jadi alih-alih merapatkan mulut, ia berinisiatif menjawabnya, "Sir, Anda tidak berhak untuk memaksa klien-ku menjawab. Kami akan menjawabnya ketika pengadilan sudah memutuskan."

The TruthWhere stories live. Discover now