Bagian 30

221 31 11
                                    

Yang lebih dahulu sadar adalah Kim Taehyung. Ia tersentak. Menatap ke sekitar, kemudian terkejut mendapati Jeon Jungkook yang terkulai lemah di pangkuannya. Pria itu masih pingsan, deru napasnya lemah. Kaki serta tangannya diikat, begitu pula dengan Jungkook.

“Sudah sadar?”

Kepala Taehyung sontak mendongak, mengubah tatapan matanya menjadi tajam kala mendapati sosok Kim Mingyu di hadapan. Ia tetap memperhatikan, bahkan sampai ketika Kim Mingyu merunduk dan bersejajar dengannya.

“Dari tatapanmu itu, sepertinya kau masih mengenalku, hum?”

Tak acuh pada pandangan Taehyung yang semakin menajam, Kim Mingyu menggulirkan mata, menemukan tag nama yang terkalung di leher Taehyung. Ia tersenyum lebar sembari meraih tag nama tersebut.

“Apa ini?” ia menyipit main-main. “Detektif Oh Taesung, satres narkoba?” kemudian menyeringai menatap Taehyung. “Oh Taesung? Rupanya keparat Kim Namjoon menjadikanmu polisi." ia tertawa.

Kim Mingyu memerintahkan anak buahnya untuk memindahkan tubuh Jeon Jungkook, yang segera saja dipatuhi mereka. Dengan itu, Kim Mingyu kian mendekatkan diri. Telapak tangannya terulur, meraih kepala Taehyung yang mati-matian memberontak. Mengabaikan itu, ia mendekatkan kepala mereka hingga hidung saling bersentuhan. Taehyung bisa merasakan deru napas Kim Mingyu menerpa wajahnya.

“Sayang sekali Seo Byeongju tidak bisa melihat pelacurnya tak berdaya seperti ini.” ia tertawa rendah. “Sialan itu sudah mati di tangan Kim Namjoon sekarang.”

“Lepaskan Jeon Jungkook dan hadapi aku, sialan," ujar Taehyung. Nadanya bergetar oleh rasa amarah yang kian menggelagak di udara. “Ini hanya urusanmu dan aku, bukan dia.”

Kim Mingyu tertawa keras. Tawanya menggema di keheningan malam. Ia melepaskan kepala Taehyung dari telapaknya, lalu beralih mencengkeram rahang Taehyung dengan kuat. “Pikirkan saja dirimu sendiri, keparat. Kau bahkan tidak bisa hidup esok hari.”

Ia menepuk-nepuk pipi Taehyung menggunakan telapaknya yang bebas. “Sayang sekali kau banyak bertingkah sampai membuatku geram. Padahal, kau sangat manis kalau diam. Pantas, Seo Byeongju sangat bernafsu.”

Kata-kata menjijikan itu terasa sangat mengotori telinganya. Dengan segenap rasa hinanya, Taehyung memuntahkan liurnya tepat di wajah Kim Mingyu yang seketika berhenti tertawa.

Terjadi keheningan sesaat. Kim Mingyu melepas cengkeraman tangan di rahang Taehyung begitu saja. Anak buah Kim Mingyu di belakang pria itu, menanti apa yang akan dilakukan pria itu pada Taehyung. Begitu juga, Taehyung. Beberapa saat kemudian, kepala Taehyung tertoleh paksa dan serangan rasa panas bergumul di pipi.

Kim Mingyu menamparnya. Keras. Panas. Tamparannya terdengar nyaring di telinga. Sudut bibir Taehyung yang semula sudah robek, bertambah lebar.

“Pelacur ini,” desis Kim Mingyu, jengkel.

Namun, tamparan itu tak lantas membuat Taehyung berhenti melayahkan tatapan tajamnya. Ia dengan berani memandang tajam, menguarkan aura permusuhan yang kental. Tak peduli rasa sakit. Hasrat untuk membunuh Kim Mingyu kian kental.

“Mari kita lihat, sampai mana kau berhasil bertahan.”

Sesaat kemudian, pisau tajam telah menembus fabrik celana jins milik Taehyung. Paha bagian kanannya ditusuk kuat. Taehyung mengernyit, dahinya menukik, namun tak ada jeritan. Telapak tangan mengepal di punggung, menyentak tali temali yang mengikat pergelangan tangan. Rasa sakit menjalar di sekujur tubuh, tapi Taehyung berusaha untuk menahan diri.

The TruthWhere stories live. Discover now