Special Chapter: 1

123 13 6
                                    

An alternative ending;

.
.
.
.

Berisik-berisik suara dari dapur sampai ke rungu membuat Jungkook terbangun dari tidurnya. Kelopak matanya mengerjap-erjap, masih memproses siapa pelaku yang mengusik mimpi. Dia melirik sesaat pada jam dinding yang menunjukkan pukul 8 pagi, kemudian mengerang sebab tidurnya kurang puas.

Karena suara bising dari dapur tak kunjung sudah, Jungkook terpaksa bangkit. Pandangannya jatuh pada bagian sampingnya yang sudah tidak ditinggali lagi. Mungkin sejak sangat pagi tadi karena terasa dingin kala dia sentuh. Selimut dikumpulkan, kedua tungkai kakinya melangkah keluar dari kamar menuju dapur dengan setengah badannya yang terekspos bebas. Udara musim dingin bahkan tak lantas membuat Jungkook goyah.

“Taehyung, apa yang kau laku —kan.” ucapan Jungkook memelan di akhir kata, tercengang dengan apa yang dilihatnya.

Sementara si pelaku menoleh kaget. Matanya melebar, juga dengan mulutnya yang membentuk huruf O. Di tangannya, mangkuk alumunium berisi adonan hampir saja tergelincir karena terkejut dengan kehadiran Jungkook di dapur.

“Astaga ....”

Buru-buru Jungkook mendekat dan merebut mangkuk alumunium dari tangan si pelaku. Dia meletakkan mangkuk tersebut di atas pantri, kemudian mengangkat si pelaku dengan mudah untuk didudukkan di samping mangkuk.

Tatapan Jungkook mengedar ke segala penjuru dapur. Kacau. Dapurnya yang senantiasa selalu bersih dan rapih kini kacau balau. Jungkook suka kebersihan. Dia selalu memastikan dapurnya bersih dan rapih setiap waktu. Tapi sekarang, bagaimana bisa adonan tepung bercecer di lantai, di cucian piring, bahkan di kompor. Pandangan Jungkook kembali memandang ke si pelaku. Sementara si pelaku menatapnya dengan tatapan polos.

“Uh, begini ...,” Taehyung menggigit bibir, “aku berniat membuat sarapan karena, ya, karena lapar ... untukmu juga aku buat, hanya pankek sederhana ... aku menemukan bahannya di lemari dan mencoba membuatnya, tapi, ya ... maafkan aku.”

Melihat Jungkook yang diam dengan air muka datar membuat Taehyung resah. Merasa bersalah juga karena dia sudah mengacaukan dapur pria itu pagi ini. Harusnya dirinya tidur saja sampai siang seperti biasa, tidak perlu berencana membuat sarapan apalagi berakhir seperti ini. Taehyung berpikir dia sudah mengacaukan mood si pria Jeon pagi ini, dan dia merasa bersalah. Kepala Taehyung menunduk.

Diam-diam Jungkook melirik selagi dia mengelap ceceran adonan di samping kompor. Taehyung terlihat sangat merasa bersalah. Dalam imajinernya, Jungkook melihat awan mendung di atas kepala Taehyung yang siap menumpahkan hujan. Tidak, dia tidak marah kalau hanya seperti ini. Jungkook bahkan pernah melihat kekacauan yang dibuat Taehyung lebih dari ini. Fakta bahwa Taehyung rela bangun pagi cuma untuk membuatkannya sarapan membuat dada Jungkook hangat, meski berakhir gagal. Bahkan adonan di mangkuk stainless di samping Taehyung tidak bisa diapa-apakan karena sangat encer. Setelah selesai, Jungkook mendekat ke arah Taehyung.

“Kau terluka?” tanya Jungkook.

Taehyung mengangkat wajahnya, bertatapan langsung dengan manik Jungkook. “Tidak,” jawabnya pelan, “Maafkan aku.”

“Tidak apa-apa. Kita bisa membereskannya nanti.” Tangan Jungkook terangkat, mengusap pelan rambut Taehyung yang berantakan untuk yakinkan Taehyung dia tidak marah. Jungkook tersenyum. “Kau lapar? Aku akan membuatkanmu sarapan.”

Baru Taehyung akan menjawab tidak, perutnya sudah berbunyi. Dia reflek memegang perutnya. Pipinya merona malu ketahuan. Tapi Jungkook tidak menertawakannya, dia cuma tersenyum dan berbalik untuk mengambil bahan makanan yang tersisa di lemari pendingin. Tidak banyak pilihan yang tersisa sebab minggu ini dia belum belanja kebutuhan karena terlalu sibuk di kantor polisi. Pilihannya jatuh pada nasi goreng dan telur ceplok yang bisa dia buat dalam waktu singkat.

Taehyung masih duduk di atas pantry,  perhatikan Jungkook yang luwes memasak sarapan. Tidak ada gerakan canggung sama sekali yang terlihat, buat Taehyung kagum. Belakangan Taehyung selalu dibuat kagum oleh bakat-bakat Jungkook selama mereka menempati apartemen bersama. Ya, Jungkook memutuskan untuk memboyong Taehyung tinggal di rumahnya setelah Taehyung sadar dari masa kritisnya dan pulih sepenuhnya. Sebenarnya Taehyung sempat ragu, namun seiring berjalannya waktu, Jungkook menunjukkan ketulusan padanya.

Jeon Jungkook bisa masak, pria itu juga bisa mencuci pakaian, membersihkan apartemen, bahkan sampai membetulkan peralatan elektronik yang rusak. Jeon Jungkook di mata Taehyung adalah sosok yang dia kagumi sekarang ini.

Tak sadar Taehyung melamun lumayan lama, kesadarannya kembali kala suara Jungkook yang memintanya untuk mengambilkan ponsel pria itu di kamar. Dapat Taehyung dengar dering ponsel tersebut. Dia bergegas turun dan berjalan menuju kamar untuk mengambil ponsel dan kembali dengan cepat.

“Dari Kapten Seokjin.”

“Bisa kau jawab teleponnya?” pinta Jungkook tanpa menoleh. Kedua tangannya sibuk membalik telur dan memasak nasi goreng.

Taehyung menjawabnya. Suara Kim Seokjin terdengar di telinga, memberitahukan kalau Jungkook diminta untuk ke kantor polisi setelah jam makan siang sebab akan ada rapat dadakan yang dihadiri oleh kepala kepolisian. Taehyung menjawab ya, aku akan memberitahunya setelah itu telepon terputus.

“Kapten Seokjin memintamu datang ke kantor setelah jam makan siang nanti.”

“Hm? Untuk apa?”

Taehyung mengedikkan bahu. Kedua tungkai kakinya berjalan mencari dua piring untuk diberikan pada si Jeon. “Katanya ada rapat dadakan dengan kepala kepolisian.”

Jungkook mendengus. Merasa sebal sebab akhir pekannya terganggu. Taehyung mengisi dua gelas dengan air putih, kemudian diletakkan berseberangan di atas meja makan. Dia duduk di bangku meja makan, menunggu dengan tekun sampai nasi goreng yang dibuat Jungkook terhidang di hadapannya. Asapnya menari-nari di udara, bersamaan dengan harum yang seketika buat perut Taehyung kelaparan.

Omong-omong soal kepolisian, Taehyung sempat ditawarkan oleh kapten untuk kembali menjadi detektif setelah mereka tahu semua kebenarannya. Dan karena kinerja Taehyung lumayan bagus, juga berhasil menyelesaikan kasus gembong narkoba Kim Namjoon yang bertahun-tahun tak terselesaikan. Jungkook menyerahkan semua keputusan tersebut kepada Taehyung sepenuhnya. Dia mendukung apapun itu, entah Taehyung akan menerima tawaran Kim Seokjin atau tidak. Toh, kalaupun Taehyung menolak dan menjadi pengangguran, Jungkook bisa menafkahi Taehyung dengan uangnya.

Keputusannya adalah menolak. Taehyung tidak menerima tawaran tersebut sebab semua hal itu membuatnya terus teringat akan Ayahnya dan Kim Namjoon. Dia merasa kalau pekerjaan tersebut akan menjadi bom waktu untuknya, maka dari itu Taehyung menghindarinya. Taehyung ingin membuka lembaran baru dalam hidupnya, menulis kisahnya sendiri dengan Jungkook yang ikut andil sebagai tokoh dalam ceritanya. Mungkin dia bisa mencari pekerjaan lain jadi tidak sepenuhnya membebankan Jungkook.














Aku tuh pingin buat kookv ciuman sebenernya, cuma bingung harus di adegan mana sebab menurutku terlalu maksa untuk adegan ini (sorry)

Pun, ini adalah alternative ending. Jadi bebas mau berhenti baca di chapter kemarin atau baca ini.

Oh, aku kepikiran buat cerita:
1. ABO (ada unsur mafia juga)
2. Zombie
3. Historical (mungkin short chapter)

Entah yang mana yang bakal terealisasikan lebih dulu.

Terima kasih yang sudah bersedia membaca cerita ini, terus sehat dan semangat!!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 28 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The TruthWhere stories live. Discover now