16 - Baik-Baik Saja

227 54 16
                                    

.

.

Meski hidup tidak selalu 'baik-baik saja', jawaban 'baik-baik saja' bisa jadi bukan bentuk kepura-puraan. 

Bisa jadi jawaban itu adalah bentuk dari rasa enggan mengeluhkan pemberian Allah kepada sesama makhluk ciptaan Allah.

.

.

***

"Ini sudah semua?" tanya Adli setelah menandatangani beberapa dokumen yang dibawakan sekertarisnya, Laras.

"Sudah, Pak. Ini sudah yang terakhir," jawab Laras sambil merapikan dokumen dan bersiap membawanya ke mejanya.

"Oke," sahut Adli terdengar lega. Setelah ini jam istirahat. Dia bisa mengurus urusan pribadinya segera.

Laras pamit keluar ruangan. Adli membuka daftar grup chat di ponselnya. Mencari nomor seseorang di grup chat SMU-nya. Dan ... ketemu.

Elena Dianita Zahra. Mantan pacar Adli dulu waktu remaja.

Adli menyimpan nomornya, lalu mengamati foto profil wanita itu. Dulu waktu di SMU Islam, Elena berjilbab karena mengikuti seragam. Namun begitu lulus, kata teman-teman Adli, Elena sempat melepas jilbabnya. Tapi begitu wisuda dan bekerja di biro hukum, ibunya wafat, lalu tak lama kemudian, Elena kembali memakai jilbab. Sepertinya Elena mengalami berbagai pergolakan batin dalam hidupnya.

Elena masih nampak cantik di profil chat itu. Mantan Adli semuanya cantik. Sebab saat itu yang bisa dilihat Adli memang cuma fisik saja. Tapi sekarang melihat foto Elena tidak membuat hati Adli tergetar sama sekali. Apalah daya. Hati Adli sudah telanjur nyangkut pada bocah bernama Elaine Lham.

Adli menghela napas singkat. Jarinya menekan ikon telepon di samping nama Elena pada layar ponselnya.

"Assalamu'alaikum," sapa suara wanita di ujung sana. Terdengar gamang, mungkin karena dia ragu mengangkat telepon dari nomor yang tak dikenalinya, tebak Adli. Sebab Adli sudah mengganti nomornya tentu saja, sudah sepuluh tahun lebih berlalu sejak hubungan mereka dulu.

"Wa'alaikum salam. Elena, ini Adli. Maaf tiba-tiba telepon kamu. Aku tahu nomormu dari grup SMU. Kamu masih ingat aku?"

Suara di ujung sana terhenti. Berganti hening dengan suara latar perkantoran terdengar samar. Mungkin syok, tebak Adli.

"A-Adli? Adli Pratama Danadyaksa? CEO Danadyaksa Corp.? Mantan pacarku yang songong itu?"

Adli tertawa. "Kamu gak punya mantan lain yang songong kayak aku?" tanya Adli.

"No way! Mana ada yang lebih songong dari kamu?" canda Elena sebelum tertawa.

"Gimana kabarmu? Kamu lagi sibuk? Kudengar, kamu sekarang jadi kuasa hukum?" tanya Adli lagi. 

"Kabarku baik alhamdulillah. Kalau untuk bicara denganmu, anggap saja aku lagi gak sibuk sekarang. Kok kamu tahu kalau aku sekarang jadi kuasa hukum? Kamu stalking aku, ya?" Elena cekikikan.

"Kok aku bisa tahu? Tahu, dong," Adli terkekeh.

"Gimana kabarmu, Mr. CEO? Life's good?"

"Life's good, alhamdulillah," jawab Adli tersenyum. "Always good," imbuh Adli. Meski bayangan akan Elaine yang mencemberutinya tadi pagi, mendadak muncul di ingatan. Entah dia salah bicara apa, sampai tiba-tiba Elaine bermuka masam padanya. Life's not always good, sebenarnya, bahkan bagi CEO Danadyaksa Corp. sekalipun. 

Meski hidup tidak selalu 'baik-baik saja', jawaban 'baik-baik saja' bisa jadi bukan bentuk kepura-puraan. Bisa jadi jawaban itu adalah bentuk dari rasa enggan mengeluhkan pemberian Allah, kepada sesama makhluk ciptaan Allah.

ANXI EXTENDED 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang